Facebook dan Twitter Hapus Jutaan Konten Berita Palsu Terkait Covid-19
Dua raksasa media sosial, Facebook dan Twitter, telah menghapus jutaan konten berita palsu dari platform mereka dalam rangka membasmi misinformasi terkait Covid-19.
Dua raksasa media sosial, Facebook dan Twitter, telah menghapus jutaan konten berita palsu dari platform mereka dalam rangka membasmi misinformasi terkait Covid-19.
Dua perusahaan ini juga telah memperluas langkah-langkah untuk menyoroti informasi yang kredibel terkait penyakit tersebut dan mendorong vaksinasi.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Bantuan sosial apa yang dikatakan sebagai hoaks? Itu hoaks dan tidak benar, kami di lembaga BP2MI tidak pernah mengeluarkan program bantuan sosial kepada Pekerja Migran Indonesia seperti informasi yang beredar," kata Wahyuningrum atau yang akrab disapa Yayuk, dikutip dari situs bp2mi.go.id, Senin (4/12).
-
Mengapa video di Youtube yang menampilkan Erick Thohir dan DPR RI dikatakan Hoaks? Dari awal hingga akhir video tidak ada pembahasan soal Erick Thohir dan DPR sepakat untuk membongkar kasus-kasus dari Presiden jOkowi. Sehingga narasi tersebut adalah hoaks dan tidak dapat dibuktikan.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Bagaimana cara menghiasi media sosial dengan status Facebook yang kekinian? Ada banyak sekali status FB kekinian yang bisa ditulis dalam akun pribadimu. Status FB ini akan membuat FB-mu semakin penuh dengan keceriaan, keromantisan dan kekinian.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
Juru bicara Twitter menyampaikan kepada The Straits Times pada Kamis lalu, pihaknya menghapus lebih dari 22.400 tweet atau kicauan dan memberi peringatan kepada 11,7 juta akun di seluruh dunia yang berisi konten bermasalah, yang dilakukan sejak tahun lalu. Sebelumnya Twitter juga menyampaikan pihaknya telah menghapus 8.493 tweet dan memperingatkan 11,5 juta akun.
Dilansir The Straits Times pada Selasa (23/3), pemilik akun yang diberi peringatan harus melakukan verifikasi, seperti nomor telepon atau alamat surel, untuk mencegah penyalahgunaan.
Sementara itu, sejak Februari, Facebook telah menghapus 2 juta konten dari Facebook dan Instagram, setelah memperluas daftar klaim palsu yang akan dihapus selama pandemi.
Daftar Facebook, yang dikembangkan bersama otoritas kesehatan seperti WHO, awalnya menemukan informasi palsu terkait keberadaan dan keparahan Covid-19, cara penyakit ini menyebar, juga terkait rekomendasi meminum cairan pemutih untuk mengobati penyakit ini.
Saat ini klaim palsu yang banyak beredar di media sosial terkait vaksin, seperti vaksin tidak efektif mencegah virus corona, vaksin beracun, vaksin berbahaya dan bisa menyebabkan autisme, dan informasi palsu lainnya.
Twitter juga memperluas kebijakannya seputar berita palsu terkait vaksinasi.
“Tweet yang sangat merugikan, narasi palsu atau menyesatkan terkait vaksinasi Covid-19 akan dihapus,” kata juru bicara Twitter kepada The Straits Times.
Mulai bulan ini, Twitter telah menerapkan label peringatan ke tweet yang mungkin berisi informasi menyesatkan tentang vaksin Covid-19.
Twitter juga telah menerapkan sistem yang dapat membuat pengguna dilarang secara permanen karena melakukan pelanggaran berulang kali terhadap kebijakannya.
Facebook juga berencana menambahkan label pada unggahan yang membahas vaksin.
Pekan lalu, pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan dalam sebuah unggahan Facebook, perusahaannya akan meluncurkan kampanye global untuk membantu membawa 50 juta orang "selangkah lebih dekat" untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Perusahaan tersebut meluncurkan alat yang akan memberi tahu pengguna kapan dan di mana mereka bisa divaksinasi, dan sertai memberikan tautan informasi di mana mereka bisa mendapatkan suntikan
Facebook akan bekerja dengan otoritas kesehatan dan pemerintah di seluruh dunia untuk membantu orang mendaftar vaksin dengan membuat penyesuaian pada chatbots di WhatsApp, yang dimiliki Facebook.
Zuckerberg mengatakan lebih dari 3 miliar pesan yang terkait dengan Covid-19 telah dikirim oleh pemerintah, nirlaba, dan organisasi internasional kepada warga negara melalui chatbots WhatsApp resmi, dan pembaruan ini juga akan membantu upaya vaksinasi.
(mdk/pan)