Fosil 8,7 Juta Tahun Ungkap Fakta Mengejutkan tentang Asal-Usul Kera dan Manusia
Penemuan fosil kera di sebuah situs arkeologi di Turki yang berusia 8,7 juta tahun mengguncang teori-teori lama tentang asal-usul manusia.
Penemuan fosil kera di sebuah situs arkeologi di Turki yang berusia 8,7 juta tahun mengguncang teori-teori lama tentang asal-usul manusia.
Fosil 8,7 Juta Tahun Ungkap Fakta Mengejutkan tentang Asal-Usul Kera dan Manusia
Studi ini menyarankan kemungkinan nenek moyang manusia dan kera Afrika berevolusi di Eropa sebelum mereka bermigrasi ke benua Afrika antara sembilan hingga tujuh juta tahun lalu.
Penemuan ini didasarkan pada analisis fosil kera yang baru dikenali dengan nama Anadoluvius turkae. Fosil ini ditemukan di lokasi fosil Çorakyerler dekat Çankırı dan peneliti mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki.
Para peneliti mengungkap fosil kera di Mediterania memiliki keragaman yang tinggi dan merupakan bagian dari radiasi pertama hominin awal, kelompok yang mencakup kera Afrika (chimpanzee, bonobo, dan gorila), manusia, serta nenek moyang manusia dalam bentuk fosil.
-
Apa ciri khas dari fosil manusia kerdil yang ditemukan di Flores? Spesimen Liang Bua terlihat seperti sesuatu dari dunia Middle Earth dalam film tersebut.Wujud fosil "hobbit" ini volume tempurung otaknya sekitar 400 mililiter, mirip dengan otak simpanse (volume rongga otak manusia modern adalah 1.500 mililiter). Kakinya pendek, dengan kaki yang sangat besar, dan lengannya panjang seperti primata.
-
Kapan fosil tengkorak kelelawar yang ditemukan itu berusia? Tengkorak berukuran 1,8 cm ini merupakan penemuan yang penting, berusia sekitar 50 juta tahun dengan bentuk tiga dimensi yang utuh.
-
Di mana fosil manusia purba ditemukan? Fosil ini ditemukan di gua Heaning Wook Bone di Cumbria, Inggris.
-
Di mana fosil kera raksasa ditemukan di Indonesia? Selain itu, salah satu fosilnya ternyata juga ditemukan di Indonesia, tepatnya di Situs Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.
-
Siapa yang menemukan bekas sayatan pada fosil tulang kering? Fosil tulang kering ini ditemukan pada koleksi Museum Nasional Kenya di Nairobi oleh Briana Pobiner, seorang paleoantropolog dari National Museum of Natural History, Washington DC, Amerika Serikat.
-
Bekas apa yang ditemukan pada fosil tulang kering manusia kuno? Bekas luka sembilan sayatan pada fosil tulang kering manusia ungkap kemungkinan nenek moyang kita 1,45 juta tahun lalu saling bantai untuk praktik kanibalisme.
"Temuan kami lebih lanjut mengusulkan bahwa hominin tidak hanya berevolusi di Eropa Barat dan Tengah, tetapi juga menghabiskan lebih dari lima juta tahun untuk berevolusi di sana sebelum menyebar ke Mediterania timur, dan akhirnya bermigrasi ke Afrika. Ini mungkin akibat perubahan lingkungan dan berkurangnya hutan," kata Profesor David Begun, seperti dilansir Arkeonews.
Anggota dari radiasi hominin ini, termasuk Anadoluvius, saat ini hanya diidentifikasi di Eropa dan Anatolia."
Anadoluvius turkae diperkirakan memiliki ukuran yang sebanding dengan chimpanzee jantan dewasa besar, yang merupakan ukuran sangat besar untuk sejenis kera dan mendekati ukuran rata-rata gorila betina.
Dengan kata lain, kera ini hidup di lingkungan hutan kering dan mungkin menghabiskan sebagian besar waktu di darat.
Lingkungan terbuka
Profesor Ayla Sevim Erol menyatakan, "Meskipun kami tidak memiliki tulang anggota tubuh Anadoluvius, penilaian dari rahang dan giginya, hewan-hewan lain yang ditemukan bersamanya, serta petunjuk geologi mengenai lingkungannya menunjukkan Anadoluvius mungkin hidup di lingkungan yang relatif terbuka, berbeda dengan habitat hutan kera besar yang masih hidup saat ini.
Lebih mirip dengan lingkungan yang kita kira dihuni oleh manusia awal di Afrika."
Rangkaian rahang yang kuat dan gigi yang besar dan beremail tebal mengindikasikan makanannya mungkin mencakup makanan keras atau alot dari sumber terestrial seperti akar dan rizom."
Penelitian menunjukkan komunitas ekologi ini tampaknya menyebar dari Mediterania timur ke Afrika setelah sekitar delapan juta tahun yang lalu.
Temuan ini menegaskan Anadoluvius turkae sebagai cabang dari pohon evolusi yang melahirkan chimpanzee, bonobo, gorila, dan manusia. Meskipun kera Afrika saat ini hanya dikenal di Afrika, seperti juga manusia awal yang dikenal, penulis studi ini menyimpulkan nenek moyang keduanya berasal dari Eropa dan Mediterania timur.
Anadoluvius dan kera fosil lainnya dari Yunani (Ouranopithecus) dan Bulgaria (Graecopithecus) membentuk kelompok yang sangat mirip dalam banyak aspek anatomi dan ekologi dengan hominin awal yang dikenal sebagai manusia.
Analisis mendalam dari studi ini juga mengungkapkan bahwa kera-kera di Balkan dan Anatolia berevolusi dari nenek moyang di Eropa Barat dan Tengah.
Dengan data yang lebih komprehensif, penelitian ini memberikan bukti bahwa kelompok kera-kera ini juga adalah hominin dan kemungkinan besar kelompok ini berevolusi dan berkembang biak di Eropa, bukan skenario alternatif di mana cabang-cabang terpisah dari kera-kera bermigrasi secara independen ke Eropa dari Afrika selama beberapa juta tahun dan kemudian punah tanpa keturunan.
Profesor David Begun menambahkan, "Tidak ada bukti yang mendukung skenario terakhir ini, meskipun masih menjadi hipotesis favorit di kalangan mereka yang tidak menerima hipotesis asal-usul Eropa ini."
- Sempat Dikira Tanaman Purba Selama Puluhan Tahun, Ternyata Fosil Bayi Kura-Kura Berusia 125 Juta Tahun
- Dikira Sebatang Kayu, Pemburu Fosil Temukan Rahang Raksasa Berusia 10.000 Tahun di Sungai
- Arkeolog Temukan Permukiman Kuno Zaman Neolitikum, Ada Bangunan Kayu Berusia 7.300 Tahun
- Fosil Manusia Paling Awal Berusia 11.000 Tahun Ditemukan Dalam Gua, Dikubur Bersama Manik-Manik
Temuan baru ini mendukung hipotesis bahwa hominin berasal dari Eropa dan menyebar ke Afrika bersama dengan banyak mamalia lain antara sembilan hingga tujuh juta tahun lalu.