Ilmuwan Temukan DNA Berusia 1 Juta Tahun, Bisa Jadi Petunjuk Bagi Masa Depan
Tim ilmuwan yakin temuan DNA itu dapat menjelaskan kehidupan laut dan lingkungan Kutub Selatan 1 juta tahun lalu serta bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi wilayah itu di masa depan.
Bumi telah menjadi rumah bagi miliaran makhluk hidup. Berbagai peninggalan yang membuktikan kehidupan pun dapat ditemukan, salah satunya seperti temuan DNA berusia 1 juta tahun oleh tim ilmuwan di Kutub Selatan.
DNA kuno yang disebut sebagai sedaDNA itu ditemukan di dasar Laut Scotia, wilayah utara Kutub Selatan atau Antartika. DNA atau asam deoksiribonukleat sendiri adalah nukleat yang mampu mewarisi unsur genetika makhluk hidup.
-
Mengapa para ilmuwan menanam semangka di Antartika? Eksperimen ini tidak hanya berhasil membuktikan bahwa semangka dapat tumbuh di tempat terdingin di planet ini. Tetapi juga memberikan camilan pencuci mulut yang menarik bagi para ilmuwan yang tinggal di kondisi dingin Antartika.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di kota kuno Ani? Para arkeolog menemukan sebuah sabuk emas dengan desain yang sangat unik 22 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di bawah tanah? Dengan menggunakan detektor logam, seorang arkeolog menemukan sekumpulan benda logam yang tersembunyi di bawah tanah. Para ahli dari Museum Podřipské di Roudnice nad Labem, menemukan bahwa benda-benda tersebut merupakan bagian dari harta karun yang berasal dari Zaman Perunggu.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan dunia kuno di bawah lapisan es Antartika? Ilmuwan menggunakan teknologi satelit dan metode radio-echo-sounding untuk memetakan area seluas 32.000 km2 di bawah lapisan es tersebut.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di bawah lapisan es Antartika? Penelitian terbaru mengungkapkan bentang alam luas yang tampaknya terbentuk oleh sungai setidaknya 14 juta tahun yang lalu, mungkin bahkan sebelum pertumbuhan awal es Antartika Timur sekitar 34 juta tahun yang lalu.
Tim ilmuwan yakin temuan DNA itu dapat menjelaskan kehidupan laut dan lingkungan Kutub Selatan 1 juta tahun lalu serta bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi wilayah itu di masa depan.
“Ini terdiri dari sedaDNA tertua yang terbukti hingga saat ini,” kata ahli ekologi kelautan Linda Armbrecht dari Universitas Tasmania Australia, seperti dilansir Science Alert, Senin (10/10).
SedaDNA dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti gua terestrial dan permafrost subarktik yang umumnya menjadi tempat ditemukannya sedaDNA berusia 400,000 – 600,000 tahun.
Suhu dan tingkat oksigen yang rendah serta kurangnya radasi sinar ultraviolet menjadikan Laut Scotia lokasi yang baik untuk menjaga sedaDNA.
DNA yang diambil dari dasar laut pada 2019 lalu itu telah melewati proses kontrol kontaminasi. Tim ilmuwan melakukan proses itu untuk mengetahui secara akurat usia DNA.
Tim ilmuwan juga menjumpai temuan lain, seperti diatom atau organisme bersel satu yang hidup 540,000 tahun lalu. Tim ilmuwan berhasil menghubungkan kehidupan diatom itu dengan keadaan Laut Scotia yang hangat sekitar 14,500 tahun lalu.
Keberadaan diatom yang berlimpah menyebabkan peningkatan aktivitas kehidupan Laut Scotia dan seluruh wilayah Antartika. Dua temuan itu diyakini mampu untuk memberikan penjelasan tentang perubahan-perubahan di sekitar Kutub Selatan.
“Ini adalah perubahan menarik dan penting yang terkait dengan peningkatan permukaan laut di seluruh dunia serta hilangnya es secara besar-besaran di Antartika akibat pemanasan alami,” jelas ahli geologi Michael Weber dari Universitas Bonn Jerman.
SedaDNA sendiri diyakini mampu untuk membentuk ekosistem makhluk hidup yang bertahan selama ratusan hingga ribuan tahun. Maka itu ilmuwan di seluruh dunia masih berusaha untuk meneliti sedaDNA agar makin mudah melihat kehidupan masa lalu.
Dengan mengetahui kehidupan masa lalu, maka ilmuwan dapat memprediksi masa depan Kutub Selatan.
“Antartika adalah salah satu daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim di Bumi, dan mempelajari perubahan masa lalu dan sekarang dari ekosistem laut kutub terhadap perubahan lingkungan adalah hal yang mendesak,” tulis salah satu ilmuwan dalam penelitian mereka.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)