Ini Cerita di Balik Tagar #BlueforSudan Mendadak Mendunia
Tanda pagar (tagar) #BlueforSudan populer beberapa hari terakhir. Mendadak banyak pengguna media sosial mengubah gambar profil mereka menjadi biru.
Tanda pagar (tagar) #BlueforSudan populer beberapa hari terakhir. Mendadak banyak pengguna media sosial mengubah gambar profil mereka menjadi biru.
Bukan sekadar tren, tagar #BlueforSudan dan ramai-ramai mengunggah warna biru adalah bentuk solidaritas warganet global kepada para pengunjuk rasa di Sudan. Belasan di antaranya tewas di ibu kota Khartoum.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang dilakukan Syahrini di Jakarta? Tidak ada perubahan, Syahrini selalu terlihat anggun dan menenangkan sekali.
-
Siapa yang akan pindah ke Jakarta? Kini, setelah diwarnai dengan berbagai keseruan, Ayu Ting Ting bersiap untuk pindah ke Jakarta menyusul rencana pernikahannya dengan Lettu Muhammad Fardhana, seorang anggota TNI.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (14/6), gelombang biru semakin viral di berbagai platform, di mana banyak pengguna Twitter dan Instagram bersama-sama mengenang salah satu korban, Mohamed Mattar, yang warna favoritnya dikabarkan adalah biru.
Insinyur berusia 26 tahun itu ditembak secara brutal hingga tewas dalam bentrok pada 3 Juni lalu, yang disalahkan pada simpatisan unit Rapid Support Forces (RSF), sebuah kelompok paramiliter pimpinan anggota senior Dewan Militer Transisi yang berkuasa di Sudan.
Mattar dilaporkan ditembak ketika berusaha melindungi dua wanita selama pembubaran kamp protes di luar markas militer Sudan.
"Setelah dia dibunuh, teman-teman dan keluarganya mengubah gambar profil mereka sebagai penghormatan, dan akhirnya orang lain mulai mengikuti," kata Shahd Khidir, salah satu teman Mattar.
Khidir yang juga merupakan seorang influencer kecantikan di Instagram, meminta para pengikutnya (followers) untuk mengubah foto profil merek menjadi biru, seperti yang dipasang oleh Mattar di akun Instagram-nya.
"Sekarang (warna biru) mewakili semua orang Sudan yang menjadi korban dalam pemberontakan," jelas Khidir.
Aksi protes yang dimulai pada 6 April lalu itu mencapai puncaknya pada awal Juni, ketika massa yang memilih bertahan dipukul mundur secara paksa oleh pihak keamanan Sudan.
Internet Diblokir
Alasan massa tetap bertahan adalah seruan untuk segera membentuk pemerintahan sipil, setelah sebelumnya rezim penguasa lama Sudan, Omar al-Bashir, berhasil dilengserkan pada 11 April oleh kudeta militer.
Sejak itu, penguasa militer Sudan telah mengurangi akses internet hingga benar-benar diblokir total pada 10 Juni.
Internet, khususnya media sosial, digunakan oleh para pemrotes dan jurnalis warga untuk mengorganisir demonstrasi, dan juga untuk berbagi berita ke seluruh dunia tentang informasi terbaru dari pemberontakan.
Pemblokiran itu menjadi tantangan besar bagi diaspora Sudan, yang memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dari gerakan protes setempat.
Mereka yang berada di luar Sudan terpaksa mengandalkan panggilan telepon, atau dari mulut ke mulut, untuk menerima informasi dari negara yang tengah berkonflik itu, untuk kemudian mereka bagikan di media sosial.
"Sudan benar-benar dalam kegelapan sekarang," kata Aza Elnimah (25), seorang profesional muda Sudan yang berbasis di Qatar.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi. Satu-satunya cara kami dapat menjangkau keluarga di Sudan sekarang adalah melalui telepon, tetapi itu masih belum cukup," ujar Aza prihatin.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Sudan Tangkap Tentara yang Dianggap Terlibat Pembunuhan Demonstran
Demonstran Sudan Serukan Pembangkangan Sipil di Ibu Kota Usai 4 Orang Tewas
Tuntut Rezim Militer Mundur, Uni Afrika Bekukan Keanggotaan Sudan
Jasad Demonstran Sudan Bergelimpangan di Sungai Nil
Bentrokan Tentara dan Demonstran di Sudan, 35 Orang Dikabarkan Tewas
Militer Sudan dan Demonstran Sepakat Tiga Tahun Transisi Kekuasaan