'Kami Tidak Melihat Mayatnya', Teori Konspirasi Beredar Usai Kabar Kematian Baghdadi
Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kematian Baghdadi dalam penggerebekan pasukan khusus AS di Suriah pekan lalu, para pengamat berusaha menimbang apa dampak yang mungkin terjadi ketika kelompok ISIS kehilangan pemimpinnya dan wilayahnya di Irak dan Suriah.
Di Irak dan Suriah, berita kematian pemimpin kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi menimbulkan beragam reaksi, dari yang gembira sampai yang ketakutan.
Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kematian Baghdadi dalam penggerebekan pasukan khusus AS di Suriah pekan lalu, para pengamat berusaha menimbang apa dampak yang mungkin terjadi ketika kelompok ISIS kehilangan pemimpinnya dan wilayahnya di Irak dan Suriah.
-
Siapa Abu Bakar Aceh? Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Kapan Saddam Hussein menjadi Presiden Irak? Lahir pada 28 April 1937 di Al-Awja, dekat Tikrit, Irak, Saddam naik ke puncak kekuasaan sebagai Presiden Irak pada tahun 1979 dan memerintah hingga tahun 2003.
-
Bagaimana Saddam Hussein dibunuh? Hukuman mati dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2006 dengan digantung di sebuah fasilitas militer di dekat Baghdad.
-
Bagaimana Ismail Haniyeh tewas? Kamis lalu New York Times, melaporkan Haniyeh tewas karena bom yang diletakkan di kamarnya dua bulan sebelumnya.
-
Kapan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi meninggal? Makam Habib Muhammad meninggal di Kota Surabaya pada tahun 1917 Masehi.
-
Bagaimana Abu Bakar Ba'asyir menyampaikan dukungannya? Rekaman video pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Abu Bakar Ba'asyir mendukung pasangan calon presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar beredar di akun TikTok @aniesvisioner.
Tapi di lokasi ISIS pernah berkuasa, teori konspirasi mulai bermunculan. Sebagian warga senang dengan berita kematian Baghdadi, namun sebagian lagi masih mempertanyakan soal rincian kematian Baghdadi dan apakah dia benar-benar sudah mati. Sebagian lagi bahkan meragukan apakah Baghdadi adalah sosok yang benar-benar ada. Pandangan terakhir ini memperlihatkan betapa warga sangat tidak percaya dengan pemerintah Amerika.
"Pertama, Bush datang dan dia bilang Abu Musab al-Zarqawi sudah dibunuh, lalu Obama datang dan dia bilang Bin Ladin sudah tewas, sekarang orang ini bilang dia membunuh Baghdadi. Masing-masing presiden membunuh mereka," ujar Zekko Zuhair, pemilik toko hewan peliharaan di Mosul, Irak, seperti dilansir laman NPR, Selasa (29/10).
Mosul adalah kota di Irak yang pada 2014 lalu Baghdadi mengumumkan kekhalifahan dan mengklaim dirinya sebagai pemimpin umat Islam. Baghdadi kemudian bersembunyi ketika ISIS merajalela di Irak dan Suriah dengan pemahaman Islam mereka yang ekstrem, merekrut anggota dari seluruh dunia dan membantai warga serta musuh sekaligus menjadikan tawanan sebagai budak seks.
Tanyalah Donald Trump
Mahmud Said, seorang imam masjid, masih ingat ketika pada suatu hari Baghdadi datang ke kota itu dikelilingi para pengawalnya dan mengumumkan dimulainya kekhalifahan dari Masjid al-Nuri.
"Kami tidak memilih dia," kata Said.
Hingga kabar kematiannya, Said dan teman-temannya masih membahas soal apakah Baghdadi sebenarnya ciptaan Amerika.
Ketika ditanya siapa Baghdadi, Said menjawab: "Kami tidak tahu--tanya Amerika. Tanyalah Donald Trump."
Warga Mosul lainnya, Marwa Khalid, yang sedang mengasuh putranya berusia lima tahun, Muhaiman, merasa senang atas kabar kematian Baghdadi. Suaminya, seorang polisi tewas dibunuh ISIS.
"Saya senang tapi tidak yakin dengan berita itu. Kami tidak melihat mayatnya. Kami tidak melihat apa-apa."
Tidak Ada Bukti Dia Sudah Mati
Warga di Suriah yang pernah mengalami bertahun-tahun hidup di bawah kekuasaan ISIS mengaku senang dengan tewasnya Baghdadi.
"Ini berita yang menggembirakan karena rasanya dia adalah musuh tiap orang," ujar Muhammad Khidir, kepala peneliti yang mendokumentasikan kekejaman ISIS.
"ISIS melakukan kejahatan kepada anak-anak kami. Orang yang bertanggung jawab atas kematian anak-anak itu kini sudah mati."
Khidir merasa keluarganya sudah membalaskan dendam meski itu dilakukan oleh orang yang juga bertanggung jawab atas kematian anak-anak mereka, yaitu pasukan koalisi pimpinan Amerika di kota Raqqa, Suriah. Menurut kelompok pembela hak asasi, pasukan koalisi membunuh rakyat sipil lebih banyak ketimbang ISIS.
"Orang percaya penjahat membunuh penjahat lainnya," kata dia.
NPR menghubungi seorang pekerja kemanusiaan Suriah yang punya kontak dengan para tahanan di kamp penampungan keluarga bekas anggota ISIS di al-Hol, timur laut Suriah. Mereka mengetahui kabar kematian Baghdadi lewat ponsel yang diselundupkan ke kamp.
"Kami semua prajurit Baghdadi, tapi jihad tak pernah berhenti," kata seorang perempuan Irak. "Dan tidak ada bukti dia sudah mati. Kami mendengar beritanya. Sudah sering berita semacam itu. Sebagai pejuang kami yakin jika benar Baghdadi mati, kekhalifahan tidak akan berakhir. Kami di sini bukan hanya demi seseorang."
"Kalau Baghdadi mati masih ada puluhan ribu Baghdadi lain," ujar seorang tahanan berbahasa Prancis. "Jangan kira kami sudah berakhir. Kami seperti gunung api yang siap meledak kapan saja."
Sebagian perempuan di kamp itu mengatakan mereka senang Baghdadi sudah tewas.
"Dia akan masuk neraka," kata seorang perempuan Tunisia.
Namun sebagian perempuan itu tidak percaya dengan kabar disampaikan Trump yang menyebut Baghdadi mati seperti orang pengecut.
"Tidak ada orang yang percaya dongengan Trump."
(mdk/pan)