Kerabat Manusia Setinggi 3 Meter Pernah Hidup 295.000 Tahun Lalu, Punah karena Sebab Misterius
Kerabat Manusia Setinggi 3 Meter Pernah Hidup 295.000 Tahun Lalu, Punah karena Sebab Misterius
Kerabat Manusia Setinggi 3 Meter Pernah Hidup 295.000 Tahun Lalu, Punah karena Sebab Misterius
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan hubungan Gigantopithecus dengan orangutan? Peneliti kemudian membandingkan apa yang mereka temukan itu dengan basis data pengurutan protein yang berasal dari kera besar yang hidup saat ini.
-
Siapa yang mengancam kelangsungan hidup orang utan? Orang utan sering menjadi sasaran perburuan untuk diperdagangkan secara ilegal, baik sebagai hewan peliharaan maupun untuk bagian tubuh mereka yang dianggap memiliki nilai ekonomi atau medis.
-
Kapan video orangutan kurus itu viral? Viral video 28 detik memperlihatkan dua Orangutan induk dan anaknya dalam keadaan kurus beredar sejak Rabu 20 September 2023 di grup WhatsApp maupun media sosial.
Kerabat Manusia Setinggi 3 Meter Pernah Hidup 295.000 Tahun Lalu, Punah karena Sebab Misterius
Makhluk setinggi hampir tiga meter, Gigantopithecus blacki adalah primata terbesar kerabat manusia yang pernah hidup di Bumi.
Mereka kala itu pernah mendiami wilayah yang kini adalah China kemudian punah karena sebab misterius sekitar 295.000-215.000 Tahun silam.
Dilansir IFL Science, dalam sebuah penelitian terbaru, ilmuwan menyelidiki mengapa kera besar itu bisa punah. Hasil penelitian menyimpulkan spesies kerabat manusia itu punah karena mereka gagal beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berubah cepat.
- Melihat Terowongan 15 Meter yang Membelah Gunung Rompang Cianjur, Hasil Swadaya Warga
- Pekerja Tambang Temukan Kerangka Manusia Purba Raksasa Berusia 3.000 Tahun, Tingginya Sampai 3 Meter dan Berambut Merah
- Peneliti Temukan Hiu Hantu Berbentuk Aneh, Tubuhnya Mirip Tikus
- Ilmuwan Dibuat Penasaran Punahnya Kera Raksasa Terkuat di Bumi
Bukti pertama keberadaan Gigantopithecus berawal pada 1935 ketika antropolog Ralp von Koenigswald melihat sebuah spesimen aneh di sebuah toko obat tradisional China di Hong Kong. kala itu dia melihat benda yang dilabeli "gigi naga".
Karena penasaran von Koenigswald akhirnya menemukan gigi geraham itu adalah milik sesosok spesies dari kera yang sudah punah yang dia sebut Gigantopithecus.
Bahkan hingga hari ini, hanya ada 2.000 gigi dan empat tulang rahang yang menjadi bukti dari keberadaan primata raksasa itu.
G.blacki yang terkadang disebut "King Kong dunia nyata" memiliki postur tubuh besar, meski dia lebih mirip orangutan dari keluarga Ponginae.
Dalam film The Jungle Book (2016) sosok King Louie dibuat berdasarkan G.blacki.
"Dalam Jungle Book sosok King Louie dibuat mirip orangutan besar. Kami tidak tahu banyak apakah sosok G.blacki mirip orangutan tapi jelas dia adalah sesosok Pongine. Soal apakah bulunya berwarna orange, kami tidak tahu," ujar Profesor Kira Westway, peneliti di Universitas Macquarie yang menyelidiki punahnya G.blacki kepada IFL Science.
Untuk mempelajari bagaimana spesies G.blacki punah, Westway dan tim peneliti menjelajahi 22 gua di Provinsi Guangzi, China untuk mendapatkan sampel dari fosil, serbuk sari, dan endapan.
Penemuan mereka memperlihatkan kawasan itu dulunya adalah hutan lebat pada sekitar 2,3 juta tahun lalu dan itu adalah daerah yang cocok bagi G.blacki dan primata lainnya, termasuk orangutan (Pongo weidenreichi).
Namun sekitar 600.000 tahun lalu lingkungan di sana menjadi lebih bervariasi karena meningkatnya kekuatan musim, sehingga terjadi perubahan jenis tanaman yang tumbuh di hutan. Perubahan ini bisa diatasi oleh orangutan tapi memberatkan bagi G.blacki.
"Perubahan kondisi lingkungan dimulai sekitar 600.000 tahun lalu dan itu benar-benar menguji kemampuan adaptasi G.blacki dan orangutan. Musim yang kering membuat buah-buahan sulit dicari. G.blacki bergantung pada makanan sisa yang kurang bergizi seperti kulit kayu dan ranting sedangkan orangutan (P Weidenreichi) bisa memakan pucuk, daun, bunga, kacang-kacangan, biji-bijian, dan bahkan serangan dan mamalia kecil," jelas Westway ke IFLScience.
Akhirnya dengan ukuran tubuhnya yang besar G.blacki tak mampu bertahan. Tidak mudah untuk menggerakkan tubuh setinggi 3 meter dan berat mencapai 300 kilogram.
"Kemampuan G.blacki untuk meramban terhalang ukuran tubuhnya sedangkan orangutan lebih mudah bergerak, berpindah di kanopi pepohonan dengan jarak yang lebih jauh sehingga bisa meramban lebih luas. Orangutan kemudian berpindah ke lingkungan hutan yang lebih terbuka. Yang mengejutkan, G.blacki bertambah besar ukurannya dan P.weidenreichi justru menyusut ukuran tubuhnya dan menjadi lebih gesit dalam beradaptasi," kata Westway.