King Kong pernah benar-benar hidup di sekitar Indonesia
Primata raksasa yang fosilnya dijuluki gigantopithecus itu punah 100 ribu tahun lalu akibat zaman es
Primata raksasa yang di kebudayaan populer disebut King Kong ternyata benar-benar pernah ada di dunia. Hewan itu diperkirakan ilmuwan punah 100 ribu tahun lalu, karena tidak bisa beradaptasi dengan hilangnya buah-buahan yang menjadi sumber makanannya selepas zaman es berakhir.
Primata raksasa ini memiliki nama latin Gigantopithecus. Wilayah hidupnya di kawasan hutan semi-tropis selatan China hingga Asia Tenggara.
-
Apa senjata tertua dalam sejarah manusia yang ditemukan di Jerman? Tombak Schoningen yang ditemukan di Jerman pada 1990-an mengungkap banyak informasi tentang bagaimana kehidupan manusia Neanderthal.
-
Mengapa penting untuk memahami sejarah kecoak Jerman? “Memahami sejarah kecoak Jerman dan seberapa cepat ia beradaptasi dengan tempat tinggal manusia dan berevolusi adalah hal yang penting karena berkaitan dengan resistensi spesies tersebut terhadap pengendalian hama saat ini,” kata Vargo.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan Jerman? Para ilmuwan Jerman berhasil menemukan dan mendeskripsikan sebuah spesies sejenis bintang laut berusia 155 juta tahun, jenis Brittle Star atau bintang rapuh yang sedang dalam pertengahan regenerasi pada separuh tubuhnya.
-
Apa yang diungkap oleh penelitian ilmuwan tentang asal-usul kecoak Jerman? Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Texas A&M AgriLife mengungkap asal-usul kecoak Jerman, Blatella germanica dan evolusinya terhadap habitat manusia.
-
Bagaimana para ilmuwan mengetahui tentang keberadaan gua Zaman Es di Jerman? Para ilmuwan sebenarnya telah mengetahui keberadaan gua ini sejak 1970-an tapi mustahil untuk dimasuki dan dieksplorasi.
-
Apa yang dikembalikan Jerman ke Yunani? Jerman mengembalikan kendi anggur kuno yang dicuri pasukan Nazi kepada pemerintah Yunani.
Bukti keberadaan Gigantopithecus adalah fosil rahang bawah dan empat gigi yang ditemukan di China. Dari segi tubuh, kemungkinan besar badan kera raksasa itu mirip gorila punggung perak yang hidup di Afrika.
Temuan soal Gigantopithecus ini disampaikan oleh Herve Bocheres, peneliti Universitas Tubingen, Jerman, seperti dilansir Kantor Berita AFP, Selasa (5/1).
"Dari temuan rahang ini tentu kita tidak bisa mendapat gambaran utuh bentuk primata tersebut. Tapi kita bisa membayangkan ukurannya," kata Herve.
Paleontolog menduga Gigantopithecus masih bersaudara jauh dengan orang utan yang hidup di Sumatra dan Kalimantan. Namun para pakar prasejarah masih kesulitan menduga apakah primata raksasa ini vegetarian atau pemakan segala.
Fosil Gigantopithecus sudah beredar di Hong Kong sejak 1930-an. Namun para penggemar barang antik dulu menjulukinya gigi naga, karena tidak tahu bahwa fosil tersebut berasal dari seekor primata raksasa. Dari sketsa yang dibuat oleh tim Herve, King Kong di dunia nyata ini memiliki tinggi setidaknya tiga meter, serta ukuran badan lima kali lipat lelaki dewasa.
King Kong ini punah memasuki era Pleistosen, yang mana ketika itu bumi membeku. Gigantopithecus mulai kesulitan memperoleh makanan. "Di zaman es, banyak wilayah berubah menjadi padang sabana, kami memperkirakan hewan seukuran Gigantopithecus memerlukan makanan yang banyak, sehingga akhirnya mereka punah," kata Herve.
(mdk/ard)