Lima cerita orang pura-pura mati demi selamat dari teror
Lima cerita orang pura-pura mati demi selamat dari teror
Setiap orang memiliki cara masing-masing guna bisa bertahan hidup, salah satunya adalah berpura-pura mati. Hal ini dilakukan guna mengelabui pembunuh dan terbebas dari cara kematian yang brutal.
Hal tersebut rupanya sering terjadi dalam insiden teror berbahaya, seperti teror Paris, Penembakan massal di Orlando, dan kebiadaban tentara militan.
Banyak cara yang dilakukan para pejuang nyawa ini, mulai dari berbaring bersama mayat hingga tertidur di genangan darah. Semua dilakukan demi bisa merasakan hari esok.
Berikut rangkuman berita merdeka.com dari pelbagai sumber
-
Kapan es krim mulai menyebar di Paris? Nah, sekitar tahun 1676, makin banyak bermunculan pembuat es di Paris, yaitu mencapai 250 orang.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Kapan pencurian tas turis Perancis terjadi? Peristiwa itu, terjadi pada Minggu (28/4) sekira pukul 18.30 WITA, di Terminal keberangkatan International Bandara I Gusti Ngurah Rai.
-
Bagaimana Hotman Paris dan Hadi Tjahjanto saling mengenal? Keduanya sempat berbincang santai sebelum pesawat takeoff.
-
Apa yang dicuri dari turis Perancis? Dalam tas yang dibawa kabur oleh pelaku usai pelaku mengantar korban ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, berisi uang puluhan juta Rupiah.
-
Apa yang dilakukan Jenderal Agus Subiyanto di Paris? Agus juga mengatakan bahwa pameran tersebut diikuti oleh 2.000 peserta pameran komunitas industri pertahanan. Lebih lanjut, Agus berkesempatan mengunjungi Markas Angkatan Bersenjata Perancis di sela-sela kegiatan. Kunjungannya kali itu juga atas undangan Panglima Angkatan Bersenjata Perancis General Thierry Burkhard. Di mana undangan itu diberikan dalam rangka meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan.
Baca juga:
Ledakan di Bandara Shanghai disengaja, pelaku gorok leher sendiri
Dalai Lama: Jangan samakan semua muslim sebagai teroris
Omar Mateen sering ke klub LGBT dan pakai aplikasi kencan gay
Beli senjata untuk serang Piala Eropa, pria Prancis dicokok polisi
Militan Palestina tembak mati 4 warga Yahudi di Kafe Tel Aviv
3 Terduga teroris dibekuk di Surabaya, satu orang calon 'pengantin'
Gadis ini berbaring pura-pura mati di tengah lautan mayat korban Teror Paris
Isobel Bowdery, gadis 22 tahun asal Afrika Selatan mengaku sedang berada di tengah pertunjukan konser musik di Gedung Bataclan ketika pria bersenjata melepaskan tembakan ke tengah penonton di Paris, Prancis, Jumat malam lalu.
Polisi kemudian menyatakan 89 orang tewas dalam serangan brutal itu.
Koran the Daily Mail melaporkan, Ahad (15/11/2014), Isobel berhasil menyelamatkan diri dengan cara berbaring diam berpura-pura mati di tengah mayat para korban. Dia menuliskan pengalaman mengerikan itu dalam laman media sosial Facebook.
"Puluhan orang ditembak di depan mata saya. Darah menggenang di lantai. Pria dewasa menangis sambil memeluk pacar mereka yang tewas di dalam gedung musik itu.
Saat saya berbaring di tengah genangan darah orang asing dan menunggu peluru menghabisi usia saya yang baru 22 tahun, saya mengingat kembali setiap wajah orang-orang yang saya cintai dan membisikkan kata 'saya mencintaimu'" tulis Isobel.
Gadis pirang semampai lulusan Universitas Cape Town itu lalu menyampaikan rasa terima kasih atas pertolongan orang-orang tak dikenal yang membantunya dalam kejadian Jumat malam itu.
Pria AS beruntung, 2 kali selamat dari serangan WTC dan Teror Paris
Pria dengan nama samaran Orlando berhasil selamat dalam insiden berdarah di kelab malam Pulse di Orlando, Amerika Serikat pada Minggu dini hari. Pria 52 tahun itu mengaku berpura-pura mati saat si pelaku menembakkan pistol ke arah orang-orang yang ada di toilet.
"Orang-orang berteriak, memohon untuk dibiarkan hidup," seru Orlando melalui telepon yang dilaporkan koran New York Times, Rabu (15/6).
Setelah melihat korban berjatuhan di toilet, Omar Mateen, si pelaku, kemudian meninggalkan ruang kecil tersebut dan kembali menembaki pengunjung di bar.
"Dia keluar dan kembali menembak lagi di luar," ujarnya.
Selama tiga jam Orlando dan teman perempuannya pura-pura tewas hingga akhirnya sang pelaku dilumpuhkan kepolisian Orlando. Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya mengalami luka-luka akibat hal tersebut.
Orlando sendiri mengaku dirinya mendengar si pelaku mengancam para korban untuk tidak mengetik pesan kepada siapapun. Tetapi Mateen mengambil ponsel mereka, menelepon 911 dan mengatakan dia setia kepada kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta mengatakan Amerika untuk berhenti melakukan serangan ke Suriah.
"Dia juga mengancam akan membuat lebih banyak orang yang mati jika polisi bergerak," lanjut Orlando.
Pria ini juga menceritakan momen menegangkan ketika Mateen di kamar mandi dan mengisi kembali amunisinya serta menggunakan pengering tangan. Di saat itu lah Orlando melakukan permainan pura-pura mati.
"Dia mengecek tubuh yang sudah tak bernyawa di sekitar dia, dan saya berusaha untuk pura-pura mati. Saya merasakan ada yang menendang saya, dan saya yakin itu si pelaku, dia mengecek apakah saya sudah tewas atau belum," tuturnya.
Orlando juga mengucapkan turut berduka kepada keluarga dan kerabat korban penembakan tersebut.
Penembakan di kelab gay Pulse yang terjadi pada Minggu dini hari tersebut menewaskan setidaknya 50 orang. Korban tewas kebanyakan dari Puerto Rico karena memang kebetulan sedang ada acara khusus.
Pura-pura mati, tentara Irak selamat dari pembantaian ISIS
Seorang tentara Irak bernama Ali, 23 tahun, selamat dari salah satu pembantaian massal kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Saat pembantaian dilakukan dia menjatuhkan diri ke tanah dan berpura-pura mati dalam keadaan telungkup.
Menurut laporan lembaga pembela hak asasi Human Right Watch, ISIS mengeksekusi massal sekitar 770 orang di lima lokasi di Tikrit setelah menguasai kota di utara Irak itu pada Juni lalu, seperti dilansir surat kabar the Independent, Rabu (3/9).
Ali ditangkap ISIS pada 12 Juni lalu bersama ribuan orang lainnya pada pukul 11 saat mereka mencoba kabur di jalan utama dari sebuah markas militer.
Sejumlah tentara lain sudah menyarankan dia untuk memakai pakaian sipil supaya tidak ketahuan oleh militan ISIS.
Ali mengatakan dia termasuk salah satu tahanan yang dimasukkan ke dalam kontainer kapal di sebuah tempat di Tikrit sebelum dibawa keluar bersama kelompok terdiri dari sepuluh orang pada pukul 17.00. Mereka kemudian dibariskan untuk ditembak pistol secara bergantian.
Ali menyampaikan ceritanya kepada HRW, dia langsung berbaring berpura-pura tewas ketika peluru militan ISIS sebenarnya meleset tidak mengenai dia. Dia lalu menunggu berjam-jam sebelum kabur di kegelapan malam.
Ali kemudian bersembunyi di antara rimbun alang-alang selama beberapa hari sebelum akhirnya dia berhasil menghubungi HRW. Ali kini berada di luar wilayah ISIS dan dalam keadaan selamat.
Pria ini pura-pura mati agar selamat dari pembantaian Boko Haram
Ikenna Nzeribe(33) berhasil selamat dari pembantaian Boko Haram atas pembinasaan gereja di tahun 2012. Menurut penuturannya, Nzeribe berhasil bertahan karena berpura-pura mati saat insiden terjadi.
Dilansir laman naij.com, dua tahun lalu, peristiwa berdarah itu mengancam nyawanya berserta 13 teman lainnya. Pembantaian sporadis dari Boko Haram datang disertai teriakan takbir.
Di saat 13 temannya telah dieksekusi dengan luka tembak di kepal, Nzeribe tahu bila giliran selanjutnya adalah dirinya. "Saya memohon kepada Tuhan Yesus dalam doa terakhir demi perlindungan," katanya pada saat itu.
Tidak ada pilihan selain mencoba berpura-pura mati. Dalam luka tembak di sejumlah sisi akibat peluru AK-47, dia mencoba berbaring bersama genangan darah.
"Saya ingin mengatakan saya telah mati, namun Tuhan membawa saya kembali kepada kehidupan," tuturnya.
Nzeribe berhasil bangkit usai tahu kondisi telah aman. Dia langsung dibawa ke rumah sakit setempat di Mubi, kota Adamawa, sebelum diterbangkan ke London, untuk operasi rekonstruksi wajah.
Pura-pura mati saat penembakan Orlando, pria ini selamat
Pria dengan nama samaran Orlando berhasil selamat dalam insiden berdarah di kelab malam Pulse di Orlando, Amerika Serikat pada Minggu dini hari. Pria 52 tahun itu mengaku berpura-pura mati saat si pelaku menembakkan pistol ke arah orang-orang yang ada di toilet.
"Orang-orang berteriak, memohon untuk dibiarkan hidup," seru Orlando melalui telepon yang dilaporkan koran New York Times, Rabu (15/6).
Setelah melihat korban berjatuhan di toilet, Omar Mateen, si pelaku, kemudian meninggalkan ruang kecil tersebut dan kembali menembaki pengunjung di bar.
"Dia keluar dan kembali menembak lagi di luar," ujarnya.
Selama tiga jam Orlando dan teman perempuannya pura-pura tewas hingga akhirnya sang pelaku dilumpuhkan kepolisian Orlando. Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya mengalami luka-luka akibat hal tersebut.
Orlando sendiri mengaku dirinya mendengar si pelaku mengancam para korban untuk tidak mengetik pesan kepada siapapun. Tetapi Mateen mengambil ponsel mereka, menelepon 911 dan mengatakan dia setia kepada kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta mengatakan Amerika untuk berhenti melakukan serangan ke Suriah.
"Dia juga mengancam akan membuat lebih banyak orang yang mati jika polisi bergerak," lanjut Orlando.
Pria ini juga menceritakan momen menegangkan ketika Mateen di kamar mandi dan mengisi kembali amunisinya serta menggunakan pengering tangan. Di saat itu lah Orlando melakukan permainan pura-pura mati.
"Dia mengecek tubuh yang sudah tak bernyawa di sekitar dia, dan saya berusaha untuk pura-pura mati. Saya merasakan ada yang menendang saya, dan saya yakin itu si pelaku, dia mengecek apakah saya sudah tewas atau belum," tuturnya.
Orlando juga mengucapkan turut berduka kepada keluarga dan kerabat korban penembakan tersebut.
Penembakan di kelab gay Pulse yang terjadi pada Minggu dini hari tersebut menewaskan setidaknya 50 orang. Korban tewas kebanyakan dari Puerto Rico karena memang kebetulan sedang ada acara khusus.
Â