Lima cerita sedih muslim Rohingya terjebak di Aceh
Mereka berhari-hari terapung di laut tanpa makanan.
Isu keagamaan menjadi salah satu fokus utama yang dibahas dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015. Isu tersebut meliputi tindakan terorisme dan radikalisme mengatasnamakan agama yang saat ini sedang marak terjadi di dunia.
Namun sayangnya, tragedi muslim Rohingya belum dimasukkan ke dalam agenda pembahasan tersebut. Tragedi Rohingya meliputi merupakan pembantaian, pembakaran, dan pengusiran muslim Rohingya di Myanmar ada tahun 2012. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Retno L.P Marsudi.
Kasus Rohingya sendiri merupakan salah satu kasus berunsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang kurang mendapat perhatian di dunia.
Berikut kumpulan kisah sedih yang diderita muslim Rohingya, dari mulai terusir di Myanmar hingga terdampar di Aceh.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Kenapa Rohingya melarikan diri dari Myanmar? Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
-
Dimana sebagian besar Rohingya tinggal di Myanmar? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya itu ditemukan? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
Pengungsi Rohingya ingin ke Malaysia cari pekerjaan
Sebagian besar dari 581 pengungsi muslim Rohingya yang terdampar di Aceh Utara, mengaku tidak berniat tinggal di Indonesia. Tujuan mereka yang utama adalah Malaysia demi mencari pekerjaan.
Mendengar permintaan itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengklaim siap memfasilitasi para imigran ilegal tersebut. Dalam waktu dekat, pengungsi yang siap berangkat akan diantar ke perairan Selat Malaka. Tapi militer membantah membantu muslim Rohingya menyelundup ke Negeri Jiran.
"Kami akan sediakan bahan bakar dan mengantar mereka keluar perairan Indonesia. Kami tidak akan memaksa mereka pergi ke Malaysia atau Australia, itu sudah bukan urusan kami," kata Jubir TNI Manahan Simorangkir seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (12/5).
TNI menyatakan di kapal yang nanti akan diberangkatkan, pemerintah RI sudah memberi bantuan obat-obatan, makanan, serta air bersih. Manahan menjelaskan ratusan pengungsi Rohingya sejak awal tidak berniat ke Indonesia.
"Mereka (ke perairan Aceh) karena butuh bantuan. Mereka tidak ingin ke Indonesia, mereka ingin ke Malaysia," tandasnya.
Sejak Minggu (10/5), ratusan pengungsi Rohingya memasuki perairan Seunedon, Aceh Utara, secara ilegal. Mereka terdampar setelah kapal yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar.
Pemerintah Myanmar terbukti diskriminatif kepada muslim Rohingya
Kelompok pembela hak asasi Fortify Rights mengatakan mereka memiliki bukti dokumen-dokumen memperlihatkan kebijakan pemerintah Myanmar melakukan diskriminasi terhadap muslim Rohingya di negara Bagian Rakhine.
Pemerintah Myanmar hingga kini belum menanggapi laporan dari Fortify Rights itu, seperti dilansir BBC, Selasa (25/2).
Pemerintah Myanmar selama ini menganggap muslim Rohingya sebagai kelompok imigran asing, bukan sebagai warga negara. Warga Myanmar mayoritas Buddha juga selama ini menyiarkan kebencian terhadap muslim Rohingya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut etnis Rohingya sebagai salah satu kelompok minoritas paling ditindas di dunia.
Fortify Rights mengatakan mereka sudah menganalisa 12 dokumen pemerintah sejak 1993 hingga 2013 dan mendapatkan bukti bahwa kebijakan pemerintah membatasi kebebasan dasar dari muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine.
"Pembatasan itu terjadi dalam bentuk pergerakan, pernikahan,l kelahiran, perbaikan rumah dan pembangunan tempat ibadah," kata laporan itu.
Muslim Rohingya di Rakhine juga dilarang bepergian keluar kota tanpa izin.
Laporan itu juga menyebutkan muslim Rohingya menikah dilarang memiliki lebih dari dua anak. Pada laporan lain disebutkan mereka bahkan harus mengajukan izin jika ingin menikah.
Larangan-larangan itu sudah lama didengar tapi yang baru-baru ini diungkapkan adalah larangan itu dikampanyekan oleh pemerintah lokal di Rakhine. Di sana warga Buddha khawatir jika populasi muslim Rohingya suatu hari akan menjadi mayoritas.
Pengungsi muslim Rohingya kelaparan di laut dan terdampar di Aceh
Hampir 600 warga muslim Rohingya asal Myanmar dan Bangladesh diselamatkan di perairan Aceh dua hari lalu.
Sedikitnya dua kapal penuh sesak oleh perempuan dan anak-anak Rohingya ketika diselamatkan oleh nelayan di Aceh.
Myanmar selama ini selalu menolak mengakui warga etnis Rohingya sebagai warga negara.
BBC melaporkan, ratusan ribu warga muslim Rohingya mengungsi dari negaranya untuk menghindari konflik. Mereka keluar lewat Thailand dan juga laut.
Menurut pihak berwenang mereka sudah berada di laut selama sepekan. Mereka kemungkinan mencoba menuju Malaysia, kata Steve Hamilton dari Organisasi Internasional untuk Migrasi.
"Mereka mengira sudah sampai di Malaysia. Tapi ternyata di Indonesia. Mereka ditinggalkan oleh para penyelundup," kata Hamilton.
Kapolres Aceh Utara AKBP Achmadi mengatakan sedikitnya 50 orang pengungsi itu harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.
"Secara umum mereka kelaparan dan kebanyakan dari mereka kurus-kurus," kata Achmadi.
Salah seorang pengungsi bernama Rashid Ahmed mengatakan kepada kantor berita the Associated Press, mereka adalah etnis Rohingya yang meninggalkan Myanmar sejak tiga bulan lalu bersama putranya.
"Kami tidak punya makanan. Kami hanya bisa berdoa," kata dia.
Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan sekitar 25 ribu muslim Rohingya dan warga Bangladesh diselundupkan keluar dengan kapal sejak Januari hingga Maret tahun ini.
Banyak pengungsi muslim Rohingya dijual jadi budak kapal
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mencatat Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Bangladesh sebagai empat negara terbesar dengan catatan tertinggi untuk kasus perdagangan manusia.
Pada 2014, Myanmar bahkan dianggap gagal memangkas tingginya tingkat perdagangan manusia mereka, ungkap Kepala sub-komite Penegakan Hak Asasi Internasional Matthew Smith.
Perdagangan manusia ini memakan korban kelompok muslim Rohingya yang mencari suaka dari penyiksaan di Myanmar sejak tiga tahun terakhir. Etnis minoritas Kachin dan Shan terlibat konflik dengan perbatasan China-Myanmar, turut menjadi korban kasus kejahatan yang sama.
Sebanyak 650 ribu muslim Rohingya yang berada di Myanmar dan Bangladesh mempunyai peluang tertinggi terjebak bisnis perdagangan manusia tersebut.
Situasi Rohingya semakin terjepit, setelah Bangladesh tidak mau menampung kaum mereka. Demikian pula respon Malaysia atau Thailand di perbatasan terhadap gelombang pengungsi asal Myanmar itu.
Seperti dilansir situs Thailand, phuketwan.com, Kamis (23/4), pelaku perdagangan manusia biasanya menipu pengungsi Rohingya dengan iming-iming dibantu evakuasi ke Bangladesh atau Malaysia. Ujung-ujungnya, mereka malah dipekerjakan di kapal ikan tanpa bayaran layak, menyerupai budak.
"Perdagangan manusia adalah bisnis besar yang masif dan mereka yang terlibat di dalamnya bisa kaya sekejap dengan dalih perlindungan pencarian suaka," ungkap Smith.
Sejak 2012 lalu, pemerintah Myanmar dan Thailand dinilai membiarkan bisnis tersebut. Perdagangan manusia ini ditaksir menghasilkan keuntungan USD 250 juta (Rp 3,2 triliun).
"Jika pemerintah AS ingin benar memberhentikan perdagangan manusia ini maka standarisasi perlindungan di negara itu harus dipertegas," tegasnya.
Warga muslim Rohingya harus keluar masuk hutan selama pelarian
Konflik yang dialami muslim Rohingya Myanmar membuat mereka terus tertekan. Bahkan, banyak yang memutuskan untuk meninggalkan tanah airnya demi mencari kehidupan yang lebih baik.
Seperti keluarga Muhammad Hanif, bersama 17 sanak saudaranya yang terdiri dari 3 pria dewasa, 7 anak kecil dan 6 ibu-ibu kabur dari Myanmar menuju Australia. Namun, pelarian mereka tidaklah semudah yang dibayangkan. Dari kampung halaman mereka di Desa Monbo, Myanmar, keluarga itu harus keluar masuk hutan secara sembunyi-sembunyi.
"Naik turun bukit, sampai ke jalan raya kita melalui jalur darat sampailah ke Malaysia," ujar Hanif kepada merdeka.com di kantor YLBHI tempat mereka mengungsi di Indonesia, Selasa (9/7).
Hanif menambahkan, perjalanan dilanjutkan ke Medan, Indonesia dengan menggunakan perahu speedboat. Sesampainya di Medan, dengan menggunakan bus mereka bergerak menuju Jakarta.
"Perjalanan menghabiskan tiga hari dari Malaysia ke Jakarta," tuturnya.
Setibanya di Jakarta, nestapa mereka belum usai. Mereka ditipu oleh orang yang membawanya sejumlah 42 ribu ringgit atau setara Rp 124 juta.
Tak pelak mereka hidup luntang lantung di Jakarta hingga akhirnya tidur di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat selama dua hari. Lalu mereka diberi tahu oleh seseorang agar berada di YLBHI saja.
"Kami masih menunggu entah sampai kapan harus bisa ke Australia. Di sana ada family kami," tuturnya