Mengenal Bill Maher, komedian paling doyan hujat agama
Dia baru saja bikin geger saat bilang Islam 'agama mafia'. Ribut dengan Ben Affleck dan Reza Aslan sesama liberalis
Perdebatan antara komedian Bill Maher dan aktor/sutradara Hollywood Ben Affleck masih terus dibahas media massa dan jejaring sosial di Amerika Serikat. Dalam acara bincang-bincang di stasiun televisi HBO, Sabtu (4/10) pekan lalu. Maher - sang pembawa acara - menyebut Islam sebagai 'agama mafia'. Alasannya ajaran Nabi Muhammad itu mengajarkan kekerasan buat setiap orang yang berani mengkritik dogma-dogma dalam agama Islam.
"Islam agama yang dijalankan seperti organisasi mafia. Kalau kamu salah omong, menggambar sesuatu yang terlarang, atau menulis buku yang keliru, kamu bakal dihabisi," kata Maher.
Affleck, bukan seorang muslim, marah besar mendengar pernyataan tersebut. Dia menuding Maher melakukan rasisme terselubung karena menyamaratakan seluruh umat muslim yang terdiri atas pelbagai bangsa, dengan segelintir fundamentalis.
Perdebatan ini unik, lantaran Maher dan Affleck sebetulnya sama-sama penganut ideologi humanisme liberal. Mereka juga mendukung Presiden Barack Obama dari Partai Demokrat.
Tapi bukan Affleck saja yang terlibat ketegangan dengan Maher kalau sudah menyangkut agama. Maher punya rekam jejak panjang menghina seluruh pemeluk agama. Mulai dari Katolik, Hindu, sampai Islam, semua jadi sasaran.
Di Negeri Paman Sam, Maher memulai karier sebagai komedian tunggal (stand up comedian) pada 1980-an. Tema-tema yang dibahasnya kebanyakan politik dan serangan kepada kaum konservatif. Tapi dia cukup sering menyelipkan gurauan soal agama di awal karir, terutama soal sunat orang Yahudi dan Islam.
Maher, 58 tahun, asal Kota New York, lahir dari keluarga beda etnis dan agama. Ayahnya penganut Katolik Roma, sedang ibunya Yahudi. Menjelang remaja, dia pilih tidak mempercayai agama, tapi enggan disebut ateis.
Saat diwawancara The AV Club pada 2002 lalu, Maher mengatakan, "ada perbedaan besar antara ateis dengan orang yang tidak percaya agama."
Karirnya menyerang agama mencuat saat membesut film dokumenter Religulous (2008). Maher keliling dunia, untuk menertawakan tingkah polah pemeluk agama. Mulai dari pendeta yang mengaku tuhan, sampai taman hiburan bertema agama.
Dia pun menyerang kaum moderat baik dalam Kristen ataupun Islam, karena dianggap pasif menyetujui prinsip-prinsip kekerasan yang terselip di tiap agama samawi. Maher juga mengaitkan religiusitas presiden Amerika, contohnya George Bush Jr, jadi alasan terjadi Perang Irak.
Salah satu kesimpulan utama Maher di film kontroversial itu, penganut agama tertentu mengidap kelainan jiwa. Dia sampai meminjam riset ahli syaraf, yang menunjukkan ada perubahan sel otak ketika seseorang berdoa.
"Iman itu artinya membuat kebajikan tanpa berpikir. Tingkah laku penganut agama mengikat umat manusia lain pada hayalan, omong kosong yang malah mendukung kegilaan dan kehancuran."
Kaum Katolik AS sudah lama mengecam Maher. Dia pernah bilang, "saya tidak akan pernah menyukai Paus Yohanes Paulus yang melarang warga Afrika memakai kondom. Padahal di sana berjangkit AIDS."
Tiga tahun terakhir, Maher lebih rajin menyerang Islam. Dalam salah satu tur stand up comedy-nya pada 2011, ditampilkan 'pagelaran busana' mengolok-olok kewajiban perempuan memakai hijab.
Sekian lama mengolok-olok agama, perlawanan terbuka pada pandangan Maher terjadi sepekan lalu. Sebelum lawan Affleck, tiga hari sebelumnya dia dikritik oleh sejarawan, Reza Aslan, saat siaran langsung di televisi CNN.
Maher bilang bahwa semua negara berpenduduk mayoritas muslim jahat pada perempuan dan mengabaikan hak-hak asasi. Aslan, yang berdarah Iran dan juga dari kubu liberal, menyanggah pendapat itu.
"Anda bilang semua negara berpenduduk muslim, berarti kita membicarakan pula Indonesia, Turki, atau Malaysia. Di sana, hak perempuan sama dengan lelaki. Bahkan di Indonesia sudah punya presiden perempuan, sesuatu yang tidak pernah dimiliki Amerika Serikat," kata Aslan.
"Saya suka lelucon Maher. Tapi untuk soal agama, harus saya bilang, Bung Maher kurang luas wawasannya," imbuh Aslan sambil menyindir.
Di forum Internet Media Matters for America akhir pekan ini, ramai muncul dukungan kepada Aslan usai perdebatan panas tersebut. Maher dianggap menyebar islamofobia, lantaran hanya membaca berita bias dari media-media di Negeri Adi Daya itu.