Para Pakar di Iran Sebut Gejala Infeksi Covid-19 Berubah, Tak Hanya Batuk & Demam
Gejala penyakit Covid-19 yang umum dikenali adalah batuk dan demam tinggi. Tapi para pakar epidemiologi di Iran mengamati ada perubahan gejala termasuk diare dan kejang perut atau berkaitan dengan gangguan gastrointestinal.
Sejumlah pakar epidemiologi Iran mengamati, gejala infeksi Covid-19 di negara itu telah bergeser dari gangguan pernafasan ke gangguan gastrointestinal.
Penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru ini pertama kali muncul di kota Wuhan, provinsi Hubei, China akhir tahun lalu, dan telah ditandai dengan gangguan gejala pernapasan, termasuk demam tinggi, batuk dan sesak napas.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi sel inang? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Namun setelah berbulan-bulan, dokter dan ahli epidemiologi di seluruh dunia mengidentifikasi indikator baru penyakit Covid-19, seperti menurunnya kepekaan indera perasa dan indera penciuman.
Ahli epidemiologi di Iran mengamati pergeseran gejala pada pasien Covid-19 yang memerlukan rawat inap, sebagaimana dilaporkan Radio Farda pada Selasa.
"Sebelumnya diidentifikasi Covid-19 memiliki gejala seperti batuk, sesak napas dan demam tinggi. Gejala-gejala ini diamati dalam dua bulan pertama setelah wabah. Namun sekarang gejala yang paling penting dari Covid-19 adalah gastrointestinal," jelas Dr Mohammad Reza Mahboubfar, seorang ahli epidemiologi virus dan anggota Satuan Tugas Virus Corona Iran, dilansir dari Alaraby, Kamis (21/5).
Gejala gastrointestinal termasuk diare akut, sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kejang perut, demam rendah, dan kehilangan rasa atau penciuman. Mahboubfar mengatakan persoalan ini telah diamati pada pasien dari segala usia.
Gejala-gejala ini sering disertai dengan demam rendah, atau bahkan tidak demam sama sekali, menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis penyakit Covid-19. Penundaan seperti itu dapat menyebabkan penyebaran virus lebih lanjut dan meluas.
Diare Akut
Hassan Abedi, ahli gastroenterologi di Universitas Ilmu Kedokteran Babol memperingatkan terkait perubahan gejala ini pekan lalu.
Abedi mengatakan, lebih sedikit pasien yang dirawat dengan gejala pernapasan dan ada lonjakan pada pasien Covid-19 dengan gejala gastrointestinal.
Menurutnya, sekitar seperempat dari pasien Covid-19 secara eksklusif menunjukkan gejala gastrointestinal.
Dalam sepertiga kasus yang diamati, pasien dengan gejala gastrointestinal tidak menderita suhu tinggi, kata dokter yang bekerja di rumah sakit di kota utara Babol ini, yang menjadi titik awal epidemi Covid-19 di Iran.
Sebaliknya, pasien-pasien ini menderita diare akut yang terjadi setidaknya lima kali sehari dan dapat bertahan hingga dua pekan.
Kerusakan Hati dan Pankreas
Ahli gastroenterologi dari Universitas Shahid Beheshti di Teheran, Seyed Reza Fatemi, mengatakan telah mengamati 50 persen pasien Covid-19 yang mengalami gejala gastrointestinal.
Fatemi mengatakan para pasien ini juga mengalami kerusakan hati dan pankreas. Kerusakan seperti itu terjadi pada 20 hingga 30 persen pasien Covid-19.
Mahboubfar menambahkan, munculnya gejala gastrointestinal dapat mempengaruhi jumlah resmi kasus Covid-19 yang didata Kementerian Kesehatan Iran.
Ahli epidemiologi juga mengatakan kasus-kasus baru kemungkinan akan meningkat dalam beberapa hari dan pekan mendatang karena pihak berwenang Iran mulai memperlonggar lockdown sejumlah tempat.
Iran telah melaporkan lebih dari 124.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, termasuk 7.119 kematian.