Pasokan oksigen habis, 30 bayi di rumah sakit India tewas
Puluhan bayi dan anak-anak di sebuah rumah sakit India meninggal dunia akibat pasokan oksigen cair semakin menipis dan nyaris habis. Sementara bayi dan anak-anak itu semakin tak berdaya menjelang ajal, para orangtua hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apapun.
Puluhan bayi dan anak-anak di sebuah rumah sakit India meninggal dunia akibat pasokan oksigen cair semakin menipis dan nyaris habis. Sementara bayi dan anak-anak itu semakin tak berdaya menjelang ajal, para orangtua hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apapun.
"Kami melihat anak-anak sekarat di sekitar kami. Jelas itu salah rumah sakit. Begitu banyak anak meninggal karena mereka. Anak saya masih baik-baik saja sampai malam kemarin lalu tiba-tiba terjadi sesuatu yang salah," kata ayah dari salah seorang pasien, Vijay, seperti dilansir dari laman Washington Post, Minggu (13/8).
Sementara itu, pejabat setempat mengatakan bahwa kasus kematian akibat kekurangan oksigen cair itu diakibatkan oleh tagihan yang belum dibayar. Oleh karena itu, dalam kurun waktu Kamis dan Jumat lalu, ada 30 bayi dan anak-anak yang meninggal di rumah sakit Uttar Pradesh, India Utara.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri India telah mengonfirmasi bahwa kematian 21 tersebut berkaitan langsung dengan kekurangan oksigen.
Kendati demikian, Menteri Kesehatan Negara Bagian dan pejabat rumah sakit membantah bahwa sebab kematian itu karena ada masalah dengan tagihan oksigen. Mereka mengungkapkan bahwa da 60 angka kematian sejak 7 Agustus lalu dan penyebabnya bermacam-macam.
Namun meski telah memberi bantahan, masyarakat India tetap mengecam tindakan rumah sakit yang terlibat langsung kematian ini.
"30 anak meninggal di rumah sakit karena tak ada oksigen. Ini bukan tragedi. Ini adalah pembantaian," kata pemenang Hadiah Nobel Perdamaian India Kailash Satyarthi yang juga seorang advokat anak.
Berdasarkan hasil penelusuran, rumah sakit berutang kepada perusahaan pemasok medis "Pushpa Sales Private Limited" yang berbasis di Lucknow sebesar USD 89.750. Tak hanya itu, pihak rumah sakit juga disebutkan telah melanggar peraturan sehingga perusahaan itu menghentikan pasokan oksigen ke rumah sakit pada 4 Agustus lalu.