Penembakan Masjid, Teror Paling Mengerikan dalam Sejarah Selandia Baru
Hari Jumat, 15 Maret 2019 menjadi sejarah kelam bagi Selandia Baru. Jumat siang, terjadi penembakan brutal di dua masjid di Kota Christchurch yang menewaskan 51 jemaah. Aksi terorisme ini menuai kecaman dunia internasional.
Pada suatu Jumat siang yang cerah, warga Muslim di Selandia Baru tengah bersiap melaksanakan salat jumat. Di kota Christchurch, ada dua masjid yang dijadikan lokasi salat jumat bagi komunitas Muslim setempat. Masjid tersebut tak pernah sepi.
Para jemaah mulai berdatangan dan mempersiapkan diri untuk beribadah. Tiba-tiba, seorang teroris memasuki masjid, menembaki para jemaah dengan membabi buta.
-
Apa yang dilakukan pasukan Belanda seusai mendarat? Dalam buku berjudul Brigade Ronggolawe, keesokan paginya yakni pada 19 Desember 2023, pasukan Belanda yang datang melalui pantai Glondong menyebar ke beberapa tempat.
-
Apa yang ditemukan para pekerja di kuburan massal itu? Para pekerja sangat kaget ketika menemukan kuburan massal ini. Para pekerja yang sedang membangun jalan di Luzino, Polandia, menemukan kuburan menyeramkan berisi banyak kerangka manusia dengan kepala terputus dan disusun dalam posisi yang aneh. Hal tersebut terkait dengan keyakinan mengerikan pada masa lalu.
-
Apa yang dilakukan pada jasad yang dikuburkan di kuburan massal? Orang-orang ini telah terpenggal kepalanya dan beberapa di antaranya memiliki koin di mulut mereka dan tengkorak di antara kaki mereka.
-
Apa yang dilakukan Ditto Percussion dan Ayudia di Selandia Baru? Keluarga kecil Ayudia dan Ditto Percussion tengah menikmati momen liburan dengan campervan di Selandia Baru.
-
Kapan kompleks makam Belanda di Majalengka dibangun? Dalam akun Instagram @cirebonhistory, terungkap bahwa deretan makam ini sudah ada sejak tahun 1830-an.
-
Kenapa Jaka Sembung melawan Belanda? Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
Jumat (15/3) itu menjadi hari berdarah dan sejarah gelap bagi Selandia Baru yang selama ini dikenal sebagai negara yang aman dan ramah bagi imigran. Jumlah korban tewas dalam serangan tersebut 51 orang, termasuk dari Indonesia. Penembakan terjadi di dua masjid; Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre.
Pelaku teror, yang berkebangsaan Australia dikaitkan dengan kelompok ekstrem kanan dan supremasi kulit putih. Sebelum melakukan aksi kejamnya, dia mengunggah manisfeto yang menguak alasannya melancarkan serangan. Dia langsung didakwa dengan kasus terorisme.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern langsung menyatakan penembakan tersebut sebagai aksi terorisme. Solidaritas untuk para korban datang dari seluruh dunia. Kecaman pun ditujukan bagi pelaku. Pangeran William dan Sekjen PBB, Antonio Gutteres berkunjung ke Selandia Baru dan bertemu dengan para korban yang masih hidup dan keluarga korban lainnya.
Pelaku "Live Streaming" di Facebook
Pria pelaku penembakan melakukan aksinya dengan menyiarkan secara langsung (live streaming) di akun Facebooknya. Pria itu diketahui bernama Brenton Tarrant (28). Dia menyiarkan aksinya secara langsung selama 17 menit.
Siaran yang ditayangkan di laman Facebooknya dimulai saat dia mengendarai mobilnya ke Masjid Al Noor di Deans Ave, dan kemudian memarkir mobilnya di pintu masuk terdekat.
Mobilnya yang berwarna cokelat berisi senjata dan amunisi di kursi penumpang depan. Dia kemudian membawa senjatanya dan berjalan ke masjid. Korban pertama ditembak di ambang pintu.
Tarrant membawa setidaknya satu senjata api semi-otomatis dan beberapa klip amunisi. Pesan-pesan dengan tulisan putih tertulis di pistol dan amunisi.
Begitu memasuki masjid, dia mulai menembak. Korban kedua mencoba menyelamatkan diri dengan merangkak menuju lorong utama masjid namun kemudian kembali ditembak beberapa kali dengan brutal.
Orang-orang yang meringkuk di sudut ruangan semua ditembak ketika pria bersenjata itu memblokir lorong, menghalangi upaya siapa pun untuk melarikan diri. Tarrant kemudian menelusuri ruangan-ruangan di dalam masjid dengan menembak berulang kali, berhenti beberapa kali untuk memasukkan amunisi dalam senjatanya.
Dia kemudian keluar masjid melalui pintu depan - setelah kurang dari tiga menit di dalam dan menuju ke jalan - menembakkan tembakan acak ke setiap mobil yang melaju di depannya.
Dia kembali ke mobilnya yang diparkir untuk mengambil amunisi. Dia kembali melontarkan tembakan tanpa target di jalan dan berkata, "Sepertinya kita tidak akan mendapatkan burung hari ini, kawan."
Dia kemudian masuk kembali ke masjid untuk memeriksa korban selamat - dan mulai menembaki orang-orang yang tak bergerak. Video 17 menit itu berakhir ketika pria kejam itu kabur dari tempat kejadian dengan kecepatan tinggi.
Facebook langsung merespons dengan memblokir akun pelaku dan menghapus video siaran langsung aksi brutal tersebut.
Selama siaran langsung, video itu hanya ditonton 200 orang. Namun kemudian hasil rekamannya ditonton 4.000 orang sebelum akhirnya dihapus Facebook.
Dalam laporan yang sama, perusahaan itu juga mengatakan tidak menerima laporan dari pengguna Facebook hingga 12 menit setelah video berakhir. Sayangnya, walaupun video itu hanya dilihat sedikit pengguna, beberapa pengguna telah merekam ulang dengan fitur tangkapan layar; untuk selanjutnya dibagikan secara sporadis.
Dilansir dari The Verge, Selasa (19/3/2019), rekaman telah dibagikan ulang sebanyak 1,5 juta kali hingga 24 jam pascapenembakan. Belum lagi video itu sudah disebar melalui berbagai media sosial berbeda.
Perwakilan Facebook Selandia Baru, Mia Garlick mengatakan pihaknya bekerja sama dengan polisi Selandia Baru untuk kelanjutan penyelidikan.
Facebook juga menyatakan duka cita yang mendalam atas insiden itu. "Hati kami tertuju kepada para korban, keluarga mereka dan masyarakat yang terkena dampak penembakan yang mengerikan di Selandia Baru," tulisnya.
PM Ardern Tak Sudi Sebut Nama Pelaku dan Lantunan Alquran di Parlemen
PM Jacinda Ardern mendapat banyak pujian karena ketegasan dan ketangkasannya dalam mengatasi serangan teroris tersebut. Ardern langsung bergerak cepat menemui keluarga korban dan menunjukkan solidaritasnya sebagai pemimpin.
Bahkan Ardern menolak menyebut nama teroris tersebut. Penolakan ini dilakukan saat Ardern menyampaikan pidato parlemen untuk menghormati korban penembakan di Wellington, Selasa (19/3).
Dalam pidatonya, Ardern menyampaikan tak akan menyebut nama pria Australia itu dan meminta yang lainnya melakukan hal yang sama.
"Dia mungkin mencari ketenaran, tetapi kita di Selandia Baru tidak akan memberinya apa pun, bahkan namanya," tegasnya.
"Dia seorang teroris. Dia seorang kriminal. Dia seorang ekstremis. Tapi dia, ketika saya berbicara, menjadi tak bernama," lanjutnya, dilansir dari laman SBS News, Selasa (19/3).
Dalam sidang khusus parlemen itu, Ardern menyampaikan pelaku akan menghadapi seluruh tuntutan hukum.
"Orang yang terlibat dalam aksi teroris ini bukan dari sini. Dia tidak dibesarkan di sini. Dia tak menemukan ideologinya di sini. Tapi bukan berarti yang memiliki pandangan yang sama tak ada di sini," tegasnya.
Ardern juga menawarkan penghiburan bagi keluarga korban.
"Kami tidak tahu seberapa dalam duka kalian, tapi kami akan berjalan bersama kalian di setiap tahap," ujarnya.
Berpakaian warna hitam, pemimpin 38 tahun itu membuka pidatonya dengan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga damai, kasih, dan berkah Allah menyertaimu juga," sapanya.
Dia menutup pidatonya menyatakan, "Pada hari Jumat, akan menjadi sepekan sejak serangan itu, anggota komunitas Muslim akan berkumpul untuk beribadah pada hari itu. Mari kita menyatakan kesedihan mereka seperti yang mereka lakukan."
Beberapa hari setelah serangan, ayat Alquran berkumandang di parlemen Selandia Baru. Seorang ulama juga memimpin doa di dalam sidang pada Selasa (19/3) itu. Hal ini dipandang sebagai tanda solidaritas bagi para korban penembakan, sebagaimana dilansir dari laman The Independent, Rabu (20/3).
Ayat-ayat Alquran yang dibacakan dalam sidang tersebut yaitu bagian dari surat Al Baqarah yang menekankan kesabaran, doa, dan keadilan pada hari penghakiman. Ini baru pertama kali Alquran dibaca di dalam parlemen Selandia Baru.
Revisi UU Kepemilikan Senjata
Pemerintah Selandia Baru langsung melakukan revisi UU kepemilikan senjata setelah serangan tersebut, hanya 10 hari setelah teror tersebut. Pengumuman revisi ini disampaikan langsung PM Ardern. Setelah kejadian tersebut, warga Selandia Baru juga beramai-ramai menyerahkan senjata mereka kepada pihak berwenang.
Pada Juni, pemerintah Selandia Baru meluncurkan program amnesti senjata api, termasuk layanan pembelian kembali senjata warga, selama enam bulan ke depan, dalam upaya untuk membersihkan negara itu dari jenis senjata semi-otomatis yang digunakan dalam aksi teror tersebut.
Pemerintah mengalokasikan Rp1,9 triliun untuk pelaksanaan seluruh program amnesti. Pembelian kembali senjata api ilegal akan dibayar 95 persen dari harga dasarnya, jika masih dalam kondisi hampir baru. Lalu, pembayaran 70 persen untuk senjata bekas, dan 25 persen untuk yang berada dalam kondisi buruk.
Adapun toko senjata yang berpartisipasi dalam program ini, akan mendapat kompensasi yang disesuaikan, di mana hal itu akan dibayarkan dalam sistem penagihan berjamin.
Pada Jumat (20/12), polisi menyampaikan sebanyak 56.350 senjata api dan 188.000 bagian telah diserahkan dan penyerahan senjata dibatasi sampai pukul 20.00 hari itu.
"Tidak akan ada perpanjangan - siapa pun dapat kehilangan izin senjata api mereka dan dapat menghadapi hukuman hingga lima tahun penjara," kata polisi, dilansir dari Aljazeera, Jumat (20/12).