Perusahaan Ini Wajibkan Karyawannya Jalan Kaki 180.000 Langkah, Gaji Dipotong Jika Target Tak Tercapai
Gagal mencapai target akan berdampak pada pengurangan gaji.
Setiap perusahaan memiliki peraturan yang berbeda untuk para karyawannya. Peraturan ini umumnya dibuat untuk kebaikan bersama antara perusahaan dan karyawan. Namun, ada beberapa perusahaan yang menerapkan kebijakan yang cukup unik, yaitu mewajibkan karyawan untuk berjalan kaki ribuan langkah setiap bulannya.
Meskipun terdengar aneh, kebijakan ini ternyata memiliki alasan tersendiri. Pada Oktober tahun lalu, seorang karyawan anonim dari Guangzhou membagikan pengalamannya di media sosial. Ia menyatakan perusahaannya mewajibkan semua karyawan untuk mencapai 180.000 langkah dalam sebulan. Jika target ini tidak tercapai, maka gaji bakal dipotong.
- Gaji Pantarlih Pilkada 2024, Ketahui Masa Kerja, Tugas, dan Kewajibannya
- Ingat, Gaji Pekerja Dipotong 3 Persen untuk Iuran Tapera Paling Lambat Setiap Tanggal 10
- Pegawai Bisa Terima THR Lebih Besar dari Gaji, Ini Syarat dan Ketentuannya
- Begini Cara Hitung Besaran THR Karyawan Tetap dan Pekerja Lepas, Cair Satu Pekan Sebelum Lebaran
Seorang karyawan yang dikenal sebagai Xiao C mengungkapkan, ia hanya dapat mencatatkan 10.000 langkah dalam satu bulan. Akibatnya, atasan langsung memotong gajinya sebesar 15 dolar AS.
"Tugas bulanan kami 180 ribu langkah. Sepertinya tidak banyak, tapi itu masalah besar buat saya," jelasnya.
Banyak karyawan lain memilih untuk mengundurkan diri karena merasa terbebani dengan aturan tersebut. Mereka juga mengeluhkan kurangnya imbalan meskipun berhasil mencapai target yang ditetapkan.
"Persyaratannya terlalu tinggi dan tidak ada imbalan. Semua orang merasa sangat lelah," tambah Xiao.
Informasi mengenai kebijakan unik ini dirangkum Liputan6.com berdasarkan laporan dari South China Morning Post dan Oddity Central pada Selasa (17/12).
Banyak Karyawan Mengundurkan Diri
Perusahaan menyatakan, kebijakan ini dirancang untuk melindungi kesehatan para karyawan. Namun, banyak karyawan yang merasa bahwa aturan tersebut terlalu membebani dan tidak logis.
Mereka mengeluhkan adanya pemotongan gaji setiap kali target yang ditetapkan tidak tercapai. Beberapa di antara mereka bahkan merasa hak-hak pekerja telah dilanggar secara sepihak.
"Saya terpaksa mengambil rute pulang yang lebih jauh demi memenuhi target langkah," kata seorang karyawan.
Situasi ini sangat mengganggu rutinitas sehari-harinya, sehingga menambah tekanan dalam pekerjaan.
Meskipun karyawan harus berusaha lebih keras, mereka tidak menerima bonus meskipun berhasil mencapai target yang ditetapkan. Situasi ini menyebabkan banyak karyawan merasa tertekan dan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
"Kami dipaksa memenuhi target yang sulit tanpa penghargaan apa pun. Itu tidak adil," ungkap salah satu karyawan.
Tekanan kerja yang semakin meningkat menjadi salah satu faktor yang memicu tingginya angka pengunduran diri. Salah satu pekerja juga menyatakan sistem yang ada tidak memberikan fleksibilitas sama sekali. Bahkan, kondisi kesehatan pribadi karyawan tidak menjadi perhatian dalam penilaian kinerja mereka.
Daripada berjalan kaki, sejumlah karyawan berusaha mencari cara untuk menghindari sistem pelacak langkah yang ada. Mereka memanfaatkan perangkat yang dapat secara otomatis memanipulasi jumlah langkah yang terhitung.
"Kami harus cerdas mengatasi aturan ini. Beberapa teman saya bahkan membeli perangkat untuk menghitung langkah palsu," ujar seorang karyawan yang enggan disebutkan namanya.
Selain itu, banyak yang melaporkan strategi ini telah menjadi tren di kalangan pekerja. Mereka melakukan hal ini demi menjaga penghasilan yang layak tanpa harus merasa kelelahan yang berlebihan.