Rohingya dan Filipina Selatan jadi fokus Indonesia di KTM OKI
Indonesia terus mendorong perdamaian di Rakhine State dan Filipina Selatan. Hal ini juga dibawa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Organisasi Kerja Sama Islam (KTM OKI) di Abidjan, Pantai Gading.
Indonesia terus mendorong perdamaian di Rakhine State dan Filipina Selatan. Hal ini juga dibawa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Organisasi Kerja Sama Islam (KTM OKI) di Abidjan, Pantai Gading.
"Melalui resolusi mengenai Rohingnya, Indonesia terus mendorong pentingnya OKI memberikan kontribusi positif terhadap upaya untuk mencari solusi jangka panjang di Rakhine State," demikian dikutip dari keterangan resmi Kementerian Luar Negeri, Rabu (12/7).
-
Kapan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo akan pensiun? Marsekal TNI Fadjar Prasetyo sebentar lagi akan pensiun dari jabatannya. Laki-laki yang dilantik Presiden Joko Widodo pada Rabu 20 Mei 2020 sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) ke-23 akan pensiun pada pertengahan tahun ini.
-
Apa yang disampaikan Retno Marsudi kepada Komisi I DPR RI? "Kita masih akan berjumpa lagi Insyallah pada satu kali lagi yang saya dengar, tapi pertemuan hari ini merupakan salah satu pertemuan terakhir kita. Untuk itu, betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam saya mengucapkan terima kasih banyak," kata Retno.
-
Siapa yang memberikan hadiah peta jadul Indonesia kepada Retno Marsudi? Lebih mengharukan, secara khusus, beliau memberi saya peta Indonesia tahun 1890 yang sengaja beliau peroleh pada saat beliau berkunjung ke Belanda minggu lalu,"
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Hadiah apa yang diberikan Lolwah Al-Khater kepada Retno Marsudi? Lebih mengharukan, secara khusus, beliau memberi saya peta Indonesia tahun 1890 yang sengaja beliau peroleh pada saat beliau berkunjung ke Belanda minggu lalu,"
-
Bagaimana Retno Marsudi dan Lolwah Al-Khater bisa berteman? Terungkap, pertemanan keduanya rupanya telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Keduanya tak lain dipertemukan dalam forum internasional saat tengah menjadi perwakilan negara masing-masing.
Secara khusus, Indonesia mendorong agar OKI mendukung pemerintah Myanmar untuk melakukan proses perdamaian di Rakhine State. Termasuk di dalamnya, pemberian bantuan kemanusiaan dan peningkatan kapasitas.
Selain itu, mengenai Filipina Selatan, Indonesia secara khsuus mendorong OKI dan masyarakat internasional memprioritaskan bantuannya pada proses perdamaian.
"Hal ini supaya tidak terganggu dengan adanya ancama keamanan dari berbagai kelompok teroris di kawasan," tutur Kemlu dalam keterangan tertulis tersebut.
Indonesia juga menekankan bahwa ancaman keamanan dan teror di Mindanao menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan kawasan serta dunia.
Selain dua resolusi tersebut, ada juga adopsi mengenai tindak lanjut dari inisiatif Indonesia terkait pembentukan Contact Group on Peace and Conflict Resolution yang menyepakati untuk segera menyelesaikan penyusunan Terms of Reference (TOR) contact group tersebut. Disamping itu, Indonesia juga telah mengganggas dikeluarkannya resolusi terkait pentingnya kerjasama seluruh negara OKI pada forum OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF). Resolusi IBRAF tersebut diusulkan Indonesia yang selalu memajukan peran penting media sebagai salah satu pilar demokrasi, serta merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam upaya memerangi terorisme melalui pengelolaan berita yang positif dan konstruktif.
Dalam pertemuan debat umum khusus mengenai “Pemuda dan Perdamain” ini, Retno kembali menyapaikan pentingnya pemahaman terhadap nilai-nilai dialog, toleransi dan saling menghargai perbedaan. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda ini menekankan bahwa semua negara OKI memiliki kewajiban untuk meneruskan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda.
"Jika anak-anak dibiasakan dengan kekerasan maka mereka akan tumbuh menjadi manusia yang penuh dengan kekerasan. Jika anak-anak hanya melihat senjata, maka saya khawatir anak-anak akan berkeyakinan bahwa senjata akan dapat menyelesaikan semuanya," tegas Menlu Retno.
(mdk/che)