Saudi akan Deportasi 250 Pengungsi Rohingya ke Bangladesh
Kelompok aktivis di Arab Saudi mengungkapkan rencana pemerintah Arab Saudi yang akan mendeportasi 250 warga etnis Rohingya ke Bangladesh. Ini tercatat akan menjadi deportasi kedua.
Kelompok aktivis di Arab Saudi mengungkapkan rencana pemerintah Arab Saudi yang akan mendeportasi 250 warga etnis Rohingya ke Bangladesh. Ini tercatat akan menjadi deportasi kedua. Arab Saudi saat ini telah menjadi rumah bagi hampir 300 ribu warga Rohingya, menurut Koordinator Kampanye Koalisi Pembebasan Rohingya, Nay San Lwin, yang mendesak otoritas Arab Saudi menghentikan deportasi. Pasalnya, para pria Rohingya yang dideportasi terancam dipenjara saat tiba di Bangladesh.
"Mayoritas warga Rohingya ini telah mendapat izin tinggal dan bisa tinggal di Arab Saudi secara legal," kata dia dilansir dari Al Jazeera, Selasa (22/1).
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Dimana Rohingya itu ditemukan? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Kenapa pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
"Tetapi para tahanan ini, yang ditahan di pusat penahanan Shumaisi (di Jeddah), tak diperlakukan seperti saudara Rohingya mereka. Sebaliknya, mereka diperlakukan seperti penjahat," imbuhnya.
Dari salah satu video yang diperoleh Nay San Lwin, sebagian besar warga Rohingya yang tiba di negara itu beberapa tahun lalu, sedang dipersiapkan untuk dibawa ke Bandara Internasional Jeddah pada hari Minggu di mana mereka akan dibawa dengan penerbangan langsung menuju Dhaka. Mereka diperkirakan akan diterbangkan pada Minggu atau Senin malam.
Nay San Lwin menambahkan, banyak warga Rohingya memasuki Arab Saudi setelah mengantongi paspor Pakistan, Bangladesh, India dan Nepal yang didapatkan melalui penyelundup dengan menggunakan dokumen palsu. Seperti diketahui, Myanmar mencabut kewarganegaraan Rohingya pada tahun 1982, menjadikan mereka warga tanpa kewarganegaraan.
Di bawah Undang-Undang Kewarganegaraan 1982, Rohingya tidak diakui sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis negara itu, membatasi hak mereka untuk belajar, bekerja, bepergian, menikah, memberikan suara saat Pemilu, mempraktikkan ajaran agama dan mengakses layanan kesehatan. Arab Saudi berhenti mengeluarkan izin tinggal kepada Rohingya yang memasuki Arab Saudi setelah 2011.
Nay San Lwin mengatakan beberapa aktivis hak asasi manusia telah mengajukan banding ke pemerintah Saudi selama dua tahun terakhir. Dia secara pribadi mendekati pejabat dan diplomat Saudi untuk melakukan intervensi.
"Ketika Rohingya ini tiba di Bangladesh, mereka bisa dipenjara," katanya. "Arab Saudi harus menghentikan deportasi ini dan memberikan mereka izin tinggal seperti para Rohingya lainnya yang tiba di negara itu sebelum mereka," sambungnya.
Tahun lalu, Middle East Eye (MEE) melaporkan tahanan Rohingya sedang dipersiapkan untuk dideportasi tidak lama setelah Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengunjungi Arab Saudi. Beberapa tahanan yang ditahan di pusat penahanan Shumaisi mengatakan mereka telah tinggal di negara monarki itu sepanjang hidup mereka dan telah dikirim ke tahanan setelah polisi Saudi menemukan mereka tanpa dokumen identitas.
Digambarkan sebagai "minoritas paling teraniaya di dunia", sekitar satu juta Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh pada akhir 2017 ketika tentara Myanmar melancarkan tindakan brutal terhadap mereka. PBB menuduh tentara pemerintah dan umat Buddha setempat membantai keluarga, membakar ratusan desa dan melakukan pemerkosaan massal.
Myanmar membantah tuduhan itu, mengatakan pasukan keamanan memerangi pemberontak bersenjata. Namun, banyak dari pengungsi yang tinggal di kamp-kamp yang sempit dan kotor di Bangladesh mengatakan, mereka takut kembali ke Myanmar tanpa hak yang dijamin seperti kewarganegaraan, akses kesehatan dan kebebasan bergerak.
Baca juga:
Sederet Tragedi Kemanusiaan Terbesar di Dunia Sepanjang 2018
Selain Trump dan Kim Jong-un, Lima Sosok Ini Paling Curi Perhatian Dunia di 2018
Semangat Pengungsi Rohingya Tempuh Pendidikan Tinggi di Bangladesh
Resolusi DPR AS: Kejahatan Militer Myanmar terhadap Rohingya adalah Genosida
CEO Twitter Jack Dorsey Tuai Kecaman Usai Bertapa di Myanmar
Bangladesh Berang Dituding Menteri Myanmar Cuci Otak Rohingya