Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Lebih dari satu dari tiga orang di dunia mengatakan mereka memboikot sebuah merek produk karena dianggap mendukung perang Israel di Gaza.
-
Siapa yang menyerukan boikot produk asing terkait konflik Israel? Sesuai Amanat UUD 1945 Pengacara muslim, Ahmad Wakil Kamal, menyerukan bahwa tindakan YKMI dalam melakukan boikot tersebut sudah sesuai dengan hal yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu kemerdekaan merupakan hak segala bangsa sehingga seluruh penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
-
Kenapa boikot terhadap produk Israel akhir-akhir ini ramai? Seruan untuk memboikot produk-produk yang berafiliasi atau mendukung Israel akhir-akhir ini ramai di media sosial. Hal ini sebagai bentuk protes terhadap Israel yang terus melancarkan serangan terhadap warga Palestina.
-
Apa pernyataan yang beredar tentang Google di Indonesia terkait boikot Israel? Di media sosial pun beredar narasi yang mengeklaim pendiri Google akan menghentikan operasionalnya di Indonesia imbas dari gerakan boikot. Berikut narasinya: “tidak usah ribut2 boikot, katakana saja boikot dan akan kami hentikan GOOGLE beroperasi di IndonesiaKami berdua pendiri Google dan kami keturunan Yahudi”
-
Bagaimana YKMI mengkampanyekan boikot produk asing terkait konflik Israel? Langkah YKMI sesuai Irsyadat ini dikenal sebagai gerakan #RamadhanTanpaProdukGenosida yang dilakukan sebagai komitmen melakukan anjuran MUI yang menginginkan kaum muslim meninggalkan produk perusahaan yang terkait konflik Israel.
-
Apa yang menjadi dasar hukum boikot produk asing terkait konflik Israel? "Kita dilindungi oleh konstitusi untuk menyuarakan boikot terhadap produk terkait konflik Israel seperti ini. Langkah-langkah YKMI ini luar biasa. Konstitusi juga sudah melindunginya seperti dalam amanat Pembukaan UUD secara tegas," ucap dia dalam dialog publik yang bertema "Ramadan Tanpa Dukungan Produk Genosida" pada Jum’at (15/3) sore.
-
Apa dampak dari seruan boikot terhadap produk asing yang dianggap terafiliasi dengan konflik Israel di Asia Tenggara? Di wilayah Asia Tenggara, seruan ini ternyata berdampak signifikan terhadap produk asing yang dianggap terafiliasi konflik Israel. Hal ini membuat keuntungan merek besar menurun secara signifikan.
Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Sejumlah negara di Teluk dan negara mayoritas Islam memimpin dalam survei ini.
Survei tahunan terbaru Trust Barometer dari perusahaan hubungan masyarakat Edelman menyoroti betapa konsumen di dunia terbelah dalam isu konflik Palestina-Israel kali ini.
Jajak pendapat dari Trust Barometer ini dilakukan terhadap konsumen di 15 negara, termasuk Prancis, Arab Saudi, Inggris, Amerika Serikat, dan Indonesia.
Dilansir dari Middle East Eye, Jumat (14/6), survei ini tidak mengungkap apakah responden membela salah satu pihak dalam perang ini, tapi dari lima negara teratas yang memboikot Israel karena perang di Gaza adalah tiga negara mayoritas muslim, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. India ada di urutan keempat dan Jerman di posisi kelima.
Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) di seluruh dunia meraih banyak perhatian karena bertujuan menekan Israel atas aksi kejinya melanggar hukum internasional terjadap rakyat Palestina.
Namun survei ini mendapat perlawanan sengit dari konsumen yang berada di AS dan sejumlah negara Barat yang lebih memilih bersimpati kepada Israel.
- Hasil Survei: Mayoritas Warga Israel Ingin Media Sosial Batasi Unggahan Soal Penderitaan Warga Gaza
- Survei: Sebagian Besar Tentara Israel Sudah Tidak Percaya dengan Panglimanya
- Hasil Survei Terhadap Warga Israel soal Perang Gaza Sungguh Mencengangkan, Tak Masuk Akal Sehat
- Survei: Mayoritas Warga Amerika Tolak Kirim Tentara untuk Bantu Israel
Namun survei ini mendapat perlawanan sengit dari konsumen
yang berada di AS dan sejumlah negara Barat yang lebih memilih bersimpati kepada Israel.
Arab Saudi memiliki 71 persen responden yang menyatakan mereka memboikot produk untuk mendukung salah satu pihak yang bertikai.
Sebagian besar rakyat Arab Saudi memilih pro-Palestina.
Sebuah polling yang digelar Desember lalu oleh Washington Institute for Near Eastern Affairs, lembaga peneliti pro-Israel, menyatakan 96 persen warga Saudi meyakini negara Arab seharusnya memutus hubungan dengan Israel karena perang di Gaza.
Di Uni Emirat Arab, 57 persen responden menyatakan mereka memboikot produk karena perang Israel di Gaza.
Di Indonesia, negara mayoritas muslim, lebih dari satu dari dua orang mengatakan mereka memboikot produk yang mendukung Israel.
Jumlah responden dari negara Arab dan mayoritas muslim yang memboikot Israel lebih tinggi dari rata-rata global yang mencapai 37 persen. Lebih dari satu dari tiga responden.
Aksi boikot kali ini bisa dirasakan di jajaran bos-bos di perusahaan Barat.
Pada Maret lalu Alshaya Group yang memiliki lisensi Starbucks di Timur Tengah, mulai memecat lebih dari 2.000 karyawannya di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau sekitar 4 persen dari seluruh pekerjanya karena dampak boikot.
CEO McDonald's Chris Kempczinski awal tahun ini sudah mengatakan penjualan di sejumah negara muslim mengalami penurunan, seperti di Malaysia dan Indonesia, serta di Timur Tengah.
McDonald's memicu kemarahan dari banyak aktivis pro-Palestina ketika Oktober lalu mereka mengumumkan memberikan makanan gratis bagi tentara Israel.
Middle East Eye melaporkan, konsumen di Oman, sekutu Barat, memboikot produk-produk barat karena AS dan sekutunya menyokong Israel. Mereka beralih dari membeli minuman seperti Mountain Dew ke Kinsa, minuman merek Saudi. Di Pakistan sejumlah merek lokal juga mulai memproduksi produk untuk menggantikan minuman dan kosmetik barat.
Sejumlah responden di Saudi dan UEA juga mengatakan mereka kini memilih produk lokal dibanding produk luar. Angkanya meningkat sebanyak 13 dan 10 poin di kedua negara tersebut.