Terungkap Alasan Hamas Serang Israel Pada Tanggal 6 Oktober, Begini Sejarahnya
Ada alasan khusus mengapa Hamas memilih menyerang Israel dengan ribuan roket pada tanggal 6 Oktober.
Terungkap Alasan Hamas Serang Israel Pada Tanggal 6 Oktober, Ada Sejarahnya
Lebih dari 5.000 roket menghujani Israel ketika kelompok Hamas yang berbasis di Gaza mengumumkan operasi "Al-Aqsa Flood", Jumat (6/10). Para pejabat Hamas mengaitkan serangan baru ini dengan penjajahan yang telah berlangsung selama 75 tahun.
Sumber: NDTV
Ada alasan mengapa Hamas memilih tanggal 6 Oktober untuk menyerang Israel. Tanggal tersebut bertepatan dengan Simchat Torah, hari libur Yahudi.
- Batu Akik Kuno yang Ditemukan di Israel Ini, Diyakini Obat Mujarab Penangkal Mabuk
- Lebih dari 17.000 Pekerja Asing Tinggalkan Israel Sejak 7 Oktober 2023
- Begini Taktik Perang Cerdik Hamas, Kelabui Tentara Israel Hingga Masuk Perangkap untuk Dihabisi
- Perang Besar! Hamas Arak Jenderal Israel di Jalan Kota Gaza, Kolonel Senior Didor Sampai Tewas
Kejadian ini mengingatkan pada serangan mendadak yang mengawali Perang Yom Kippur pada tahun 1973. Fakta bahwa Hamas memilih hari tersebut tidak hanya karena hari suci dalam agama Yahudi, juga sebagai tanda peringatan 50 tahun konflik 1973.
Sumber: NDTV
Sejarah Perang Yom Kippur
Pada 6 Oktober 1973, negara-negara Arab bersatu dan melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, yang memicu Perang Yom Kippur. Pertempuran tersebut sebagian besar terjadi di Dataran Tinggi Golan, Sinai dan wilayah lain yang berada di bawah pendudukan Israel. Ketegangan geopolitik mencapai titik kritis ketika Presiden Amerika Serikat saat itu, Richard Nixon mengeluarkan peringatan nuklir global.
Saat perang semakin intensif, negara-negara Arab yang menjadi anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menghentikan pengiriman minyak ke semua negara barat yang mendukung Israel, sehingga memicu krisis energi global.
Sumber: NDTV
Selain menghujani Israel dengan rudal dan roket pada tanggal 6 Oktober 2023, Hamas juga menyusup ke tanah yang dikuasai penjajah itu melalui darat, laut, dan udara serta menangkap tentara Israel.
Hamas menyerukan “pejuang perlawanan di Tepi Barat” dan mengajak “negara-negara Arab dan Islam” untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel yang telah menjajah tanah Palestina dan menindas serta membunuh rakyatnya selama puluhan tahun.
Hamas meminta para pejuangnya di Tepi Barat dan negara-negara Arab dan Islam untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel.
Menyusul serangan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan ‘keadaan perang’ dan melancarkan serangan balik ke Jalur Gaza.