Warga Singapura segera dilarang isap Shisha
Aturan ketat lain setelah rokok dibikin amat mahal. Wacana ini dikritik warga etnis Arab di Negeri Singa.
Rokok berperasa dengan saripati tembakau, shisha, akan dilarang beredar di Singapura. Kementerian Kesehatan negara kota itu menilai alat isap yang berbentuk tabung tersebut tak kalah berbahaya dibanding produk olahan tembakau.
Sekretaris Parlemen Muhammad Faishal Ibrahim mengatakan larangan tersebut segera berlaku bulan ini, seperti dilansir Stasiun Televisi Channel News Asia, Selasa (4/11) malam.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Apa yang diekspor ke Singapura? Sebanyak 557.280 butir telur ayam konsumsi diekspor ke Singapura dengan nilai SGD 101.730 atau setara Rp 1,15 M.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Bagaimana bentuk Rangkiang? Dari segi arsitektur, secara kasat mata terlihat jelas pada bagian atapnya menyerupai rumah gadang. Atap Rangkiang berbentuk gonjong dan terbuat dari bahan ijuk. Untuk dindingnya, Rangkiang terbuat dari anyaman bambu tanpa diberi jendela maupun pintu.
-
Di mana letak Kampung Melikan? Melikan merupakan sebuah kampung terpencil yang berada di Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara.
"Adapun sebagai masa transisi, maka importir shisa, penjual, dan penyedia layanan shisha yang terdaftar masih bisa menjalankan kegiatan usaha hingga 31 Juli 2016. Kami menyediakan waktu bagi mereka beralih dari bisnis ini," ujarnya.
Dari Survei Kesehatan Nasional Singapura pada 2010, 7,8 persen dari penduduk usia 18 hingga 29 aktif merokok shisha. Gaya hidup ala Timur Tengah itu juga semakin digemari anak muda Negeri Singa, dengan peningkatan jumlah pengisap 9 persen dari total populasi nasional antara 2009-2012. Padahal risiko kesehatan shisha tak jauh beda dari rokok konvensional.
Shisha yang menyaring saripati tembakau lewat pipa air, dianggap Faishal mengendurkan kewaspadaan para pengisapnya. Mereka merasa tidak merokok.
"Karena baunya sedap dan diisap melalui pipa air, muncul penilaian bahwa mengisap shisha tidak terlalu berbahaya dan merusak dibanding tembakau," kata Faishal.
Adapun beberapa pemilik kafe shisa di Kampong Glam yang dikenal sebagai kampung arab, menilai kebijakan pemerintah Singapura kurang tepat. Daripada melarang sepenuhnya, lebih baik diatur jam berapa saja kafe shisha boleh buka.
Soalnya, warga Singapura juga masih boleh merokok. Dan di sana, rokok adalah salah satu komoditas termahal dengan satu pak Marlboro, misalnya, dihargai hingga 12 Dolar Singapura.
"Kuliner Arab artinya ya makanan, minuman non-alkohol, dan shisha, itu sudah satu paket. Kalau tiba-tiba dilarang, saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi konsumen," kata Muzaffar Mahmud, salah satu penjual Shisha.
(mdk/ard)