5 Tradisi Adat yang Digelar Umat Hindu Bali saat Hari Raya Nyepi
Nyepi merupakan peringatan atas pergantian Tahun Saka sekaligus momentum bagi umat Hindu di Pulau Dewata untuk berdiam diri dalam keheningan.
Pada hari Rabu, 22 Maret 2023 esok, umat Hindu di Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi. Nyepi sendiri merupakan peringatan atas pergantian Tahun Saka.
Perayaan Nyepi sekaligus menjadi momentum bagi umat Hindu di Pulau Dewata untuk berdiam diri dalam keheningan. Masyarakat juga tak diperkenankan menyalakan cahaya dan api.
-
Bagaimana umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan? Terdapat lima tradisi yang biasanya dilakukan. Mulai dari Ngelawang Barong, Perang Jampana, Grebek Mekotek, Ngurek, dan Memunjung.
-
Bagaimana cara umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan? Umat Hindu yang merayakan Galungan akan mendatangi Pura guna melakukan persembahyangan.
-
Apa yang bisa dikunjungi di Surabaya saat Nyepi? Meskipun hari raya Nyepi sering diidentikkan dengan keheningan, namun Surabaya menawarkan beragam destinasi liburan yang tetap dapat dinikmati oleh para pengunjung.
-
Apa yang dirayakan dalam Hari Raya Idul Fitri? Hari Raya Idul Fitri biasanya dikenal dengan Hari Lebaran, yang merupakan momen penting bagi seluruh Muslim di dunia. Ini menjadi tanda akhir dari bulan puasa Ramadhan dan jatuh pada 1 Syawal dalam kalender Islam.
-
Apa yang dilakukan Nia Ramadhani di Bali? Baru-baru ini, Nia Ramadhani melakukan perjalanan ke Bali untuk mengikuti acara half marathon di sebuah resor mewah.
-
Kenapa Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan? Hari Raya Galungan dan Kuningan ini merupakan wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ada beberapa upacara adat yang digelar untuk menyambut Hari Raya Nyepi di Bali. Simak berbagai informasi mengenai tradisi Nyepi yang dirangkum dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Senin (20/3/2023), berikut ini.
1. Upacara Melasti
upacara melasti, penyucian piranti persembahyangan dan pretima (benda yang dikeramatkan) di sumber air seperti laut dan sungai ©2023 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Upacara Melasti atau disebut juga Melis digelar beberapa hari sebelum Nyepi. Saat upacara ini dilangsungkan, segala sesuatu atau piranti persembahyangan di pura dibawa ke laut untuk disucikan.
Saat Melasti, berbagai pretima atau benda yang dikeramatkan juga akan disucikan dengan cara dibawa ke sungai atau segara. Segara atau laut dianggap sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri).
Usai disucikan, pretima akan disemayamkan di pura desa hingga sehari setelah Hari Raya Nyepi berlalu. Kemudian berbagai pretima ini kembali ditempatkan pada pura masing-masing.
Selambat-lambatnya pada tilem sore, pelelastian harus sudah rampung secara keseluruhan. Pretima yang disucikan juga sudah harus berada di bale agung pada saat tersebut.
2. Mecaru atau Tawur
mecaru, upacara penyucian dengan kehadiran sesajen untuk Bhuta Kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia ©2019 Liputan6.com/Herman Zakharia
Tawur digelar pada tilem sasih kesange (bulan mati kesembilan), yaitu sehari sebelum Nyepi. Ini adalah upacara yang dilakukan di setiap rumah keluarga, desa, atau kecamatan.
Tawur atau pecaruan sendiri adalah penyucian Bhuta Kala. Segala leteh atau kotor diharapkan sirna sesudahnya.
Umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (sesajian). Warga membuat sesajen yang ditujukan kepada para Bhuta Kala, simbol dari hal-hal negatif dalam hidup. Tujuannya adalah menghindarkan manusia dari hal-hal negatif tersebut.
3. Pengerupukan
pawai ogoh-ogoh menyambut Nyepi di Bundaran HI ©2023 Liputan6.com/Angga Yuniar
Upacara Pengerupukan digelar setelah Mecaru dengan tawur atau menyebar nasi. Warga membuat api atau obor untuk menerangi lingkungan rumah, menyemburi rumah dan pekarangan, serta memukul berbagai benda untuk menghasilkan suara gaduh.
Pengerupukan dilakukan untuk mengusir para Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Pada tingkat desa, biasanya diadakan arakan ogoh-ogoh sebagai perwujudan dari Bhuta Kala yang bersifat negatif.
Ogoh-ogoh diarak keliling desa, kemudian dibakar. Tujuannya agar hal-hal yang berbau negatif itu lenyap dan tidak mengganggu kehidupan manusia.
4. Nyepi
perayaan Nyepi di Kampung Bali, Bekasi ©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Keesokan harinya, tibalah Hari Raya Nyepi. Pada saat itu, Bali diliputi kesunyian.
Tidak terlihat aktivitas warga seperti biasanya, sebab saat itu mereka menjalankan puasa. Mereka menjalankan catur brata penyepian yang terdiri dari:
- Amati geni, tidak menggunakan atau menyalakan api serta mengobarkan hawa nafsu.
- Amati karya, tidak menjalankan kerja jasmani, tapi meningkatkan kegiatan yang bertujuan untuk menyucikan rohani.
- Amati lelungan, tidak berpergian, tapi mawas diri sebagai gantinya.
- Amati lelanguan, tidak mengobarkan kesenangan atau menikmati hiburan, tapi memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.
Brata mulai dilakukan saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya. Pasalnya, umat Hindu percaya segala hal yang bersifat peralihan selalu didahului dengan perlambang gelap.
5. Ngembak Geni
upacara Ngembak Geni ©2016 Merdeka.com/darmadi sasongko
Ngembak Geni yang jatuh sehari setelah Nyepi adalah tradisi adat terakhir dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Saka. Ngembak Geni dilaksanakan dengan mengadakan kunjungan antar keluarga dan tetangga.
Pada saat Ngembak Geni, umat Hindu diharapkan untuk saling memaafkan. Sesuai dengan prinsip Tattwam Asi, yaitu "Aku adalah kamu dan kamu adalah aku".
Demikian beberapa informasi singkat mengenai upacara-upacara adat yang dijalankan saat Hari Raya Nyepi di Bali.
Reporter: Putu Elmira
Sumber: Liputan6.com