Deretan Keistimewaan Masjid Jogokariyan di Yogyakarta
Deretan Keistimewaan Masjid Jogokariyan di Yogyakarta
Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari langgar kecil di pojok kampung, Masjid Jogokariyan kini menjadi tempat yang dituju banyak orang ketika tengah berada di Yogyakarta. Di samping memiliki fungsi utama sebagai kebanyakan tempat ibadah umat Islam, masih ada keistimewaan yang bisa ditelisik dari masjid di Jl. Jogokaryan no. 36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, ini.
Dilansir dari situs resmi Masjid Jogokariyan, Senin (28/1/2019), ada beberapa gagasan menarik dan fasilitas berbeda dari masjid yang berada tak jauh dari Universitas Gajah Mada (UGM) ini. Berikut ulasan lengkapnya.
-
Mengapa Masjid Agung Kota Kediri menjadi tempat wisata religi? Sebagai destinasi wisata religi dan budaya, Masjid Agung Kediri memainkan peran penting dalam membuka wawasan dan pemahaman tentang Islam di kota tersebut.
-
Bagaimana Masjid Al Ittihad menjadi ikon wisata religi? Masjid Al Ittihad menjadi salah satu ikon wisata religi yang ada di Kota Tangerang. Desain bangunannya unik, dengan motif pagoda besar yang terlihat mencolok dari kejauhan.
-
Bagaimana konsep Masjid Merah Kedung Menjangan? Secara konsep, masjid ini membawa unsur tradisional khas zaman kerajaan. Ini bisa terlihat dari adanya gerbang masuk masjid yang dibuat dari susunan batu bata merah, dengan pola konstruksi khas Trowulan, Majapahit.
-
Bagaimana kerusakan pada masjid? Laporan dari Reuters menyebutkan sebagian dari Masjid Tinmel mengalami keruntuhan. Gambar-gambar yang beredar di internet menunjukkan dinding-dinding yang roboh, menara setengah roboh, dan tumpukan besar puing.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Bagaimana Masjid Langgar Tinggi dirawat? Kendati sudah tiga kali diperbaiki, namun Assegaf tak mau bentuk aslinya diubah. Ia menginginkan agar bangunan menjadi warisan Islam zaman perdagangan di abad ke-19, sebagai bekal informasi bagi anak cucu.
3 langkah manajemen masjid
Pengurus Masjid Jogokariyan menetapkan tiga langkah dalam mengurus masjid, yakni pemetaan, pelayanan, dan pemberdayaan. Pemetaan ini merujuk pada peta dakwah yang jelas, wilayah kerja nyata, dan jamaah terdata.
Pendataan yang dilakukan terhadap jamaah mencakup potensi, kebutuhan, peluang, tantangan, kekuatan, dan kelemahan. terdapat pula sensus masjid yang dilakukan setahun sekali guna menghasilkan data base dan peta dakwah komprehensif.
Tak hanya data berupa Kartu Keluarga (KK), warga mana, dan pendidikan, tapi juga siapa saja yang salat dan yang belum, yang berjamaah di masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan berzakat, juga yang aktif mengikuti kegiatan masjid.
Peta Dakwah Masjid Jogokariyan memperlihatkan gambar kampung yang rumah-rumahnya berwarna-warni, yakni hijau, hijau muda, kuning, dan merah. Di tiap rumah, ada juga atribut ikonik berupa Kakbah (sudah berhaji), unta (sudah berkurban), koin (sudah berzakat), peci, dan lain-lain. Konfigurasi rumah itu dipakai untuk mengarahkan para dai yang mencari rumah warga.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Undangan Unik hingga Jamaah Mandiri
Mengundang jamaah dengan cara berbeda
Data jamaah berdasarkan pemetaan yang sudah dijabarkan digunakan untuk membuat undangan datang ke masjid yang dicetak layaknya undangan pernikahan. Semua undangan ditulis dengan daftar nama dengan menyertakan kalimat 'Mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudaraâ¦. dalam acara Salat Subuh Berjamaah, besok pukul 04.15 WIB di Masjid Jogokariyan.'
Undangan itu dilengkapi hadis-hadis keutamaan salat subuh. Itulah sebab jamaah salat Subuh di sini bisa mencapai sepertiga jumlah jamaah Salat Jumat.
Gerakan infak selalu tersisa nol rupiah
Berbeda dengan yang lain, Masjid Jogokariyan selalu berupaya keras agar di tiap pengumuman, saldo infak harus nol rupiah. Hal ini dilakukan lantaran pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan ketika tetangga masjid ada yang tak bisa ke rumah sakit sebab tak punya biaya atau tengah terlilit kesulitan lain.
Hasil infak dinilai benar-benar harus dipergunakan, bukan ditimbun sampai jumlah sangat banyak. Dengan pengumuman saldo infak sama dengan nol, jamaah diharapkan lebih semangat mengamanahkan hartanya.
Gerakan jamaah mandiri
Dimulai sejak 2005, jumlah biaya setahun dihitung, dibagi 52, sehingga ditemukan biaya setiap pekan. Lalu, angka itu dibagi lagi dengan kapasitas masjid; ketemu biaya per tempat salat. Jamaah diberitahu bahwa dalam sepekan mereka berinfak dalam jumlah tersebut, maka termasuk jamaah mandiri.
Jika lebih, dia jamaah pensubsidi. Namun kalau kurang, dia termasuk jamaah disubsidi. Gerakan jamaah mandiri ini sukses menaikkan infak setiap pekan hingga 400 persen. Ternyata, orang malu jika ibadah sampai disubsidi.Â
Serius Kembangkan Wisata Religi
Masjid Jogokariyan nyatanya tak hanya dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan dakwah, tetapi juga wadah berkesenian, sosial, dan berperan sebagai penggerak perekonomian. Hal ini diwujdukan dengan tersedianya 11 kamar disewakan, satu aula, dan dua ruang untuk musafir di sini.
Syubbani Rizali Noor Ketua Takmir III Masjid Jogokariyan mengatakan, hotel masjid Jogokaryan sudah ada sejak tahun 2013. Hotel masjid Jogokaryan ini terdiri 10 kamar reguler dan satu kamar VIP. dengan biaya masing-masing Rp 250 ribu dan Rp 150 ribu.
"Melayani musafir dari situ kan ada menghendaki fasilitas yang lebih baik dan memberikan layanan itu dengan infaq. Lalu, ingin privasi mungkin ada suami istri, bawa anak. Awalnya memberikan fasilitas musafir. Dalam perkembangannya ada yang ingin privasi dan perlu ada kamar," papar Rizal.
Rizal memberi saran jika ingin menginap di hotel Masjid Jogokariyan dan mengikuti program masjid dapat menghubungi pengurus terlebih dahulu. "Kamar mandi kita ada 21 buah. 50-60 orang bisa nginep di aula," ujarnya.
Â
(mdk/liputan6)