Alasan Buya Hamka Tolak Pangkat Mayor Jenderal Tituler
Sosok ulama besar Indonesia Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Buya Hamka. ternyata pernah ditawari pangkat Mayor Jenderal TNI tituler.
Sosok ulama besar Indonesia Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Buya Hamka. ternyata pernah ditawari pangkat Mayor Jenderal TNI tituler. Apa alasan beliau tak mau menerimanya?
Sekitar tahun 1960an, Buya Hamka dipanggil menghadap Jenderal AH Nasution yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Bersenjata dan Menteri Pertahanan.
-
Kenapa penampilan Deddy Corbuzier menarik perhatian? Penampilan Deddy sempat bikin pangling karena diet ketatnya berhasil. Pada akhir 2022, Prabowo mengangkat Deddy Corbuzier sebagai Letnan Kolonel Tituler Terbaru, penampilan Deddy Corbuzier kembali menarik perhatian terutama di bagian dagu.
-
Siapa yang memberi gelar Letkol Tituler kepada Deddy Corbuzier? Deddy Corbuzier, seorang selebriti Indonesia, diberi pangkat Letnan Kolonel Tituler TNI Angkatan Darat dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
-
Siapa saja yang ikut berlatih bersama Deddy Corbuzier? Deddy saat workout bersama Sabrina, Nada, dan Azka. Sekeluarga memang menjaga kesehatan tubuh. Inspiratif!
-
Apa yang membuat Deddy Corbuzier bahagia? Setelah menjadi mualaf, Deddy Corbuzier merasa bahagia bisa bertemu dan menghormati Habib Umar dengan memberikan cium tangan.
-
Kenapa Deddy Corbuzier merasa perutnya buncit? Deddy mengungkapkan bahwa ototnya sudah tidak seperti sepuluh tahun lalu. Ia mengakui memiliki "dad bod" atau perut buncit seperti umumnya dimiliki oleh para bapak. Deddy juga menegaskan bahwa perutnya tidak lagi memiliki six-pack seperti dulu.
-
Mengapa Deddy Corbuzier menerima gelar Tituler? Deddy mengatakan bahwa dia diminta untuk membuat seminar tentang bela negara bagi generasi milenial dan generasi Z agar mereka melek tentang bela negara.
Buya akan dianugerahi pangkat mayor jenderal tituler. Hal ini diberikan mengingat jasa-jasa Buya dalam perang kemerdekaan dulu di Sumatera Barat dan Riau. Pangkat mayor jenderal tituler adalah pangkat kehormatan. Namun dalam aturan, Buya tetap akan menerima hak dan fasilitas sebagai perwira tinggi.
Buya pun berdiskusi dengan istrinya, Hj Siti Raham binti Rasul Sutan Endah yang biasa dipanggil Ummi.
Lebih Mulia di Jalan Dakwah
Sang istri memberi pertimbangan pada Buya Hamka untuk menolak. Menurut Ummi, lebih mulia jika Buya Hamka tetap berada di jalan dakwah saja. Buya pun menerima pandangan istrinya. Dia tak mau menerima pangkat mayor jenderal tituler itu.
"Saya sudah dianggap ulama oleh masyarakat dan hobi saya hanya menulis. Tentu hal-hal tersebut sedikit banyak akan mengganggu tugas saya sebagai mayor jenderal walau Tituler," demikian alasan Buya yang disampaikan pada Jenderal Nasution.
Nasution pun bisa menerima pertimbangan Buya Hamka tersebut.
Demikian ditulis Irfan Hamka dalam bukunya, Ayah, Kisah Buya Hamka yang diterbitkan oleh Republika Penerbit tahun 2013.
Tolak Jadi Dubes Arab Saudi
Masih ada cerita lagi soal teladan Buya Hamka. Sekitar tahun 1970an, Buya Hamka dipanggil oleh Menteri Agama Mukti Ali, ke kantornya.
Begitu sampai Kemenag, Buya langsung diberi ucapan selamat. Rupanya Buya akan diangkat menempati posisi istimewa sebagai duta besar Indonesia di Kerajaan Arab Saudi. Dari semua nama yang diusulkan pada Presiden Soeharto, Buya Hamka dinilai sosok paling tepat.
Anak-anak Buya Hamka yang mendengar kabar tersebut sangat gembira. Mereka dapat tinggal dan belajar di Arab Saudi. Namun, tidak demikian dengan istri Buya Hamka.
Apa alasan Ummi menolak tawaran mentereng sebagai duta besar untuk Arab Saudi?
Ummi memberi saran, lebih baik Buya Hamka melanjutkan dakwah di masjid dekat rumahnya. Masjid itu adalah Masjid Agung Kebayoran, yang kini diubah namanya menjadi Masjid Al-Azhar.
Jadi Dubes Sangat Sibuk
Beliau mengingatkan pekerjaan sebagai duta besar akan sangat menyita waktu. Buya tak akan punya waktu untuk belajar dan mengajarkan agama lagi.
"Hampir tiap malam nanti Angku Haji harus menghadiri jamuan makan malam yang diselenggarakan duta besar lain. Lalu kapan waktu mengaji Alquran yang tidak pernah ditinggalkan sejak kecil?" kata istrinya.
Sang istri mengingatkan dakwah yang dimulai oleh Buya Hamka di Masjid Agung Kebayoran sudah mulai semarak. Dia menilai mengembangkan dakwah di sana lebih bernilai daripada menjadi Duta Besar di Arab Saudi.
"Lebih baik masjid di depan rumah saja Angku Haji kelola dengan baik. Pahalanya dapat dirasakan oleh umat dan InsyaAllah diridhai oleh Allah SWT," kata Ummi, dengan lembut.
Mendengar pandangan dari pasangan hidupnya, Buya Hamka pun kembali ke Kantor Kementerian Agama dan menolak jabatan duta besar tersebut dengan halus. Buya dan istrinya memang sosok luar biasa.