Kisah Cinta Sejati Bung Hatta dan 'Kekasihnya'
Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa hubungan emosional antara Bung Hatta dan 'kekasihnya' yang begitu erat. Dia bisa marah besar jika ada yang memperlakukan 'kekasihnya' dengan tidak baik.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa hubungan emosional antara Bung Hatta dan 'kekasihnya' yang begitu erat. Dia bisa marah besar jika ada yang memperlakukan 'kekasihnya' dengan tidak baik. Bahkan, ada yang mengatakan bentuk kecintaan Hatta pada kekasih melebihi kepada istrinya, Rahmi Rachim.
Dalam buku Hatta: Jejak Yang Melampaui Zaman, diceritakan ketika Ibunda Bung Hatta jengkel terhadap putranya itu. Penyebabnya, pada hari perkawinannya dengan Rahmi Rachim, Hatta menghadiahkan buku.
-
Bagaimana Mohammad Hatta memulai karier politiknya? Sebelum menjadi seorang presiden, Mohammad Hatta mengawali kariernya di dunia politik saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang pada tahun 1916.
-
Kapan Muhammad Toha ditemukan? Kedatangannya pada 20 April 2024 lalu membawa keharuan pada keluarga.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Kapan Letjen Muhammad Saleh Mustafa menjabat sebagai Pangkostrad? Letnan Jenderal TNI Muhammad Saleh Mustafa adalah seorang perwira tinggi TNI AD yang saat ini mengemban amanat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad sejak Desember 2023 lalu.
Pada hari berbahagia itu, tepatnya di sebuah vila di Megamendung, Bung Hatta menghadiahkan buku yang baru saja selesai ditulis. Berjudul Alam Pikiran Yunani.
Hadiah itu tentu saja tidak disetujui oleh Ibunda Hatta. Wajar saja, pada lazimnya orang menghadiahkan uang atau emas di hari pernikahan.
Buku adalah 'Kekasih' Hatta
Bagi Bung Hatta, Buku adalah harta yang paling berharga. Buku adalah 'kekasih' bagi Bung Hatta. Di mata Bung Hatta, buku seperti 'benda sakral'.
Maskawin yang dihadiahkan Hatta kepada Rahmi ditulisnya pada masa pembuangan di Digul. Sekitar tahun 1934. Ketika itu Hatta memboyong 16 peti buku. Masa pembuangan tidak menghentikannya untuk tetap menulis. Bahkan di surat kabar sekalipun, antara lain Adil, Pandji Islam, dan Pedoman Masjarakat.
Dalam dunia pergerakan, Hatta dikenal sebagai aktivis yang paling banyak menulis. Menurut kisah yang beredar, kamar Hatta paling penuh dengan buku. Ketika masih menjadi mahasiswa Belanda. Konon, dia juga pernah dengan sengaja membercaki tangannya dengan tinta untuk menolak ajakan berdansa, karena ingin fokus membaca.
Bung Hatta memiliki waktu tersendiri untuk belajar. Bung Hatta memang sosok yang jauh dari kemewahan dan kegairahan akan perempuan. Kekasihnya adalah buku, buku, dan buku. Maka dari itu, tidak mengherankan bila ada sebuah anekdot yang menyatakan 'istri utama Hatta adalah buku, istri kedua Hatta adalah buku, dan istrinya yang ketiga adalah Rahmi Hatta.'
Bung Hatta Marah
Sejak kecil pria asal minang ini gemar menabung untuk membeli buku. Saat itu uang sakunya hanya satu gobang alias 25 sen. Hatta menyimpannya untuk membeli buku. Bahkan, setelah berkeluarga, Hatta tak pernah memiliki deposito karena tabungannya habis untuk membeli buku.
Begitu sakral hubungan Hatta dan bukunya. Sampai-sampai dia marah jika ada orang yang meminjam bukunya dan dikembalikan dalam keadaan yang tidak baik. Ada beberapa cerita seperti itu dalam buku Bung Hatta, Pribadinya dalam Kenangan.
Sang keponakan, Hasyim Sing pernah menyaksikan bagaimana kecintaan Bung Hatta kepada buku-bukunya. Pernah suatu ketika Hatta meminjamkan buku kepada keponakannya. Ketika Hasyim membolak-balik halamannya, Hatta bertanya sampai mana pemahaman Hasyim soal buku tersebut. Kemudian, ketika ada halaman yang terlipat, Hatta marah besar.
Hasyim disuruh mengganti buku tersebut. Hasyim lantas berkeliling Jakarta untuk mencari buku itu. Tetapi tidak menemukannya karena memang buku tersebut dibeli di Eropa. Ketika Hasyim pulang dengan tangan kosong, Bung Hatta pun tersenyum.
Itulah pelajaran dari Hatta untuk Hasyim agar menghargai buku. Kisah mengenai kecintaan Hatta terhadap buku juga diceritakan oleh Des Alwi. Des Alwi mengatakan bahwa Hatta gemar sekali menghadiahi teman-temannya buku.
Terdesak Kebutuhan
Di periode setelah mundur sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Hatta merasakan sulitnya menjalani hidup sebagai 'orang biasa'. Bapak Koperasi Indonesia tersebut kesulitan membayar tagihan listrik, gas, dan air minum.
Dalam buku Hatta: Jejak yang Melampaui Zaman, Bung Hatta sampai tidak bisa melunasi pajak mobil yang dibelinya dari subsidi pemerintah. Tak hanya itu. Kediamannya di Vila Megamendung terpaksa diputus sambungan teleponnya. Lantaran tak mampu membayar tagihan yang nilainya berkali-kali lipat dari uang pensiunannya.
"Terserah kalau (telepon) mau dicabut," ujar Hatta pasrah melalui surat kepada Dirjen Pos, Telegraf, dan Telepon.
Urusan makan juga tak kalah menyedihkan. Hatta hanya menerima sumbangan lauk pauk Rp1.000 sebulan.
"Apakah ini bukan suatu penghinaan kepada RI?" kata Hatta kepada Menteri Urusan Anggaran Negara.
"Makanan kucing saya saja tidak akan kurang dari segitu sebulan" tambahnya.
Dalam wawancara di sebuah televisi tahun 2021, Putri dari Bung Hatta yakni Meutia Hatta berbagi kisah. Bung Hatta pernah berpesan kepada anaknya untuk menjual buku-buku di perpustakaannya agar uangnya bisa digunakan sehari-hari. Akan tetapi, Meutia dan kedua anaknya yang lain tidak menghendaki hal tersebut.
Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan