12 Jenis Kekerasan Anak dari Keluarga, Penting Diketahui
Anak merupakan individu unik yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa, baik dari segi fisik, emosi, pola pikir maupun tingkahlakunya. Maka dari itu perlakuan terhadap anak membutuhkan spesialisasi atau perlakuan khusus dan emosi yang stabil. Dalam hal ini ada banyak cara orang tua mendidik anak.
Anak merupakan individu unik yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa, baik dari segi fisik, emosi, pola pikir maupun tingkah lakunya. Maka dari itu perlakuan terhadap anak membutuhkan spesialisasi atau perlakuan khusus dan emosi yang stabil.
Dalam hal ini ada banyak cara orang tua mendidik anak. Ada yang mengutamakan kasih sayang, komunikasi yang baik dan pendekatan yang lebih bersifat efektif.
-
Apa saja bentuk kekerasan seksual yang bisa dialami anak? Bentuk kekerasan seksualnya pun bermacam-macam. Korban dapat mengalami tiga jenis kekerasan yang berbeda yakni melalui dilakukannya kekerasan fisik, secara ucapan (verbal) dan non-verbal.
-
Siapa yang dituduh melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap anak kandungnya? Ali Arwin mantan calon legislatif Padang Pariaman dari PBB yang ditangkap polisi akibat melakukan pemerkosaan terhadap anak kandungnya sejak 2020 dan hingga melahirkan.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah kekerasan seksual pada anak? Peran orang tua sangat besar dalam hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Anggota Satgas Perlindungan Anak PP IDAI, Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes dalam diskusi daring beberapa waktu lalu dilansir dari Antara. “Peran orang tua sangat besar, jadilah pendengar yang baik, usahakan jadi sahabat anak.
-
Kapan edukasi seksual penting diberikan kepada anak? Edukasi seksual merupakan topik yang penting dalam pengembangan anak-anak, terutama saat mereka memasuki masa remaja.
-
Apa saja jenis kecerdasan yang dimiliki anak? Kecerdasan pada anak memiliki bentuk yang berbeda-beda satu sama lain. Ketahui sejumlah jenis kecerdasan pada anak.
Namun, ada pula yang menggunakan kekerasan sebagai salah satu metode dalam menerapkan kepatuhan dan pendisiplinan anak. Kekerasan pada anak, baik itu secara fisik atau psikis yang dipilih rang tua untuk mengubah perilaku anak dan membentuk perilaku yang diharapkan tentu membawa risiko tinggi untuk kesehatan anak terutama kesehatan mentalnya.
Untuk itu, penting bagi orang tua untuk tahu mengenai jenis kekerasan pada anak dari keluarga agar mengurangi risiko yang ditimbulkan hingga mencegah kekerasan itu sendiri. Berikut ini informasi lengkap mengenai 12 kekerasan anak dari keluarga, penting diketahui telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com dan repository.uinjkt.ac.id.
Jenis Kekerasan Anak dari Keluarga
Berikut ini jenis kekerasan anak dari keluarga menurut hasil monitoring dan evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yaitu:
- Menjewer
- Mencubit
- Menendang
- Memukul dengan tangan
- Memukul dengan benda
- Menghukum hingga jatuh sakit dan pingsan
- Melukai dengan benda berbahaya dan kekerasan fisik lainnya
- Membandingkan anak dengan saudara atau anak lain
- Membentak dengan suara keras dan kasar
- Menghina di hadapan teman atau orang lain
- Menyebut anak bodoh, pemalas, nakal, dan sebagainya
- Mencap anak dengan sebutan yang jelek dan jahat serta kekerasan psikis lainnya
Pada hakikatnya, orang tua bertugas melindungi anak dari segala bentuk kekerasan yang berasal dari luar lingkungan keluarga. Namun, yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Anak kerap kali mendapat perlakukan tidak menyenangkan di dalam rumah.
Faktor Pemicu Kekerasan Pada Anak
Beragam alasan dapat memicu terjadinya kekerasan pada anak dari keluarga terdekat. UNICEF berpandangan, munculnya tindak kekerasan pada anak terjadi karena 2 faktor, yang berasal dari orangtua dan anak itu sendiri.
- Orangtua pernah jadi korban penganiayaan dan terpapar oleh kekerasan di dalam rumah. Misalnya, dulu kerap dipukuli karena memiliki orangtua yang stres, berpenghasilan pas-pasan, pengguna obat-obatan terlarang, atau mungkin mengalami gangguan jiwa.Dampaknya, mereka jadi trauma, dan berniat melakukan hal yang sama agar anaknya turut merasakan apa yang pernah dirasakannya.
- Anak yang prematur, anak yang retardasi mental, anak yang cacat fisik, anak yang suka menangis, dan anak yang terlalu banyak menuntut namun tak pernah menghasilkan apa-apa yang dapat dibanggakan.
Dampak Buruk Kekerasan Pada Anak
Setiap jenis kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak memiliki dampak buruk. Seberapa berat dampaknya tergantung apda sejumlah hal yaitu keparahan/intesitas tindak kekerasan, frekuensi, durasi, hubungan pelaku dengan anak, kondisi anak (tingkat kematangan, kesehatan, daya tahan mental), pengalaman anak sebelumnya dan juga respon seta penanganan/ dukungan awal yang diterima anak setelah kejadian.
Secara umum dampak buruk kekerasan pada anak dapat dikategorikan menjadi:
Kekerasan fisik dan kekerasan seksual memiliki dampak langsung dan juga berjangka panjang secara fisik. Misal:
- Jatuh sakit, cedera, atau luka yang berbahaya.
- Kehilangan atau melemahnya kemampuan organ, kerusakan indera, hingga kecacatan.
- Kerusakan fungsi reproduksi, komplikasi akibat kehamilan beresiko.
- Infeksi penyakit berbahaya, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS.
Kekerasan pisikis, terutama yang berkepanjangan, juga dapat memunculkan gangguan fisik dan kesehatan, seperti:
- Insomnia dan gangguan tidur.
- Kelelahan fisik dan keluhan-keluhan somatik/sakit badan.
- Sakit kepala dan gangguan keseimbangan.
- Gangguan pencernaan
- Gangguan perkembangan otak sehingga kemampuan berbahasa, intelektual dan motorik terganggu dan tidak dapat diperbaiki.
Kekerasan Mempengaruhi Keadaan Emosi dan Fungsi Psikis Anak
Semua jenis kekerasan baik fisik, psikis, seksual memiliki dampak buruk terhadap keadaan emosi dan fungsi psikis anak, dalam jangka pendek maupun panjang.
- Emosi negatif seketika seperti takut, sedih, marah, tak berdaya, malu, kecewa, terhina, merasa rendah, frustasi, cemas, bingung, merasa kotor, dan lain sebagainya.
- Jika berkelanjutan, anak mengembangkan kepribadian yang rendah diri, kehilangan percaya diri, sulit merasa aman, mudah marah dan agresif, sulit konsentrasi dan berpikir, sulit berbahagia, mencari rasa aman dan semu.
- Gangguan psikologis/ kejiwaan seperti depresi, bahkan ada juga yang memiliki keinginan untuk bunuh diri dan gangguan kesehatan mental lainnya.