Kisah Rhoma Irama Mendunia Bareng Soneta, Kenalkan Musik Dangdut Tidak Kampungan
Rhoma Irama bersama Soneta Group mampu mengangkat musik dangdut yang dulu jadi cemoohan hingga mendunia.
Rhoma Irama bersama Soneta Group mampu mengangkat musik dangdut yang dulu jadi cemoohan hingga mendunia.
Kisah Rhoma Irama Mendunia Bareng Soneta, Kenalkan Musik Dangdut Tidak Kampungan
Stres (stres), kerap melanda manusia, tak peduli miskin ataupun kaya (Banyak orang yang stres). Itulah sepenggal lirik yang mungkin masih terkenang oleh para penggemar musik dangdut dari Rhoma Irama.
Lagu-lagu buatannya memang tak pernah gagal. Repertoarnya melintas zaman sejak 1970, bahkan hingga sekarang. Irama yang yang diciptakan Rhoma juga mudah diterima, dengan pesan ajakan kepada Tuhan dan kemanusiaan yang mengena.
-
Kapan Rhoma Irama membentuk band Soneta? Band Soneta baru terbentuk pada 13 Oktober 1973.
-
Apa judul disertasi yang diuji oleh Rhoma Irama? Judul disertasi Firdaus Turmudzi adalah 'Trilogi Dakwah Rhoma Irama dalam Musik Dangdut Indonesia'.
-
Kenapa Rizky Irmansyah menjadi sorotan? Rizky Irmansyah, sekretaris pribadi atau ajudan Prabowo, menjadi sorotan karena memiliki postur tubuhnya yang tinggi tegap serta kehadirannya yang sering mendampingi kegiatan Prabowo selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
-
Siapa yang memuji Soimah? Banyak netizen yang memuji gaya hidup sederhana Soimah, yang tetap rendah hati meskipun dikenal sebagai orang kaya.
-
Bagaimana Rhoma Irama berkontribusi dalam sidang terbuka disertasi? Rhoma Irama bertindak sebagai Penguji Ahli dalam Sidang Terbuka Disertasi mahasiswa yang bernama Firdaus Turmudzi.
-
Apa yang terjadi pada KM Soneta? Kapal nelayan asal Rembang bernama KM Soneta dilaporkan tenggelam di perairan Karimunjawa, Jepara.
Kejeniusannya menciptakan komposisi instrumen hingga lirik mampu mengantarkan Rhoma Irama bersama Soneta Group melanglang buana hingga ke benua seberang.
Kerja kerasnya menggabungkan musik orkes melayu dengan, brass hingga rock rupanya berhasil. Berkat Rhoma dan Soneta musik orkes yang awalnya dianggap kampungan kini mampu terangkat hingga naik kelas dan dikenal di skena musik internasional.
Penampilan Rhoma Irama dan Soneta Group.
Gambar: kapanlagi.com
Bermula dari Diskriminasi Musik Orkes
Dalam kanal Youtube pribadinya Rhoma Irama Channel, musisi kelahiran Tasikmalaya 77 tahun silam itu membeberkan awal mula menjadi musisi.
Gambar: Formasi I Soneta/Liputan6
Sebelumnya, ia memiliki kegemaran terhadap musik irama melayu dengan tepokan gendangnya yang bersahutan.
Kemudian, ia juga tertarik dengan musik gambus termasuk Heavy Metal yang saat itu mulai dikenal di Indonesia lewat kelompok musik asal Inggris, Deep Purple.
Sayangnya di Indonesia, penggemar ketiga musik ini kerap saling mendiskriminasi.
Dari sana, ia kemudia merasa terpanggil untuk mencoba menggabungkan ketiganya lewat grup yang ia bentuk bernama Soneta pada 1970.
“Lewar Soneta ini, kita merevolusi orkes melayu menjadi musik yang seperti sekarang ini,” kata dia.
Mempopulerkan Kata Dangdut yang Dulu Sebagai Cemoohan
Melalui Soneta juga, Rhoma Irama ingin mensejajarkan diri dengan musisi rock dunia.
Para penggemar musik rock dulu kerap mencemooh musik yang dibawakan Rhoma dengan sebutan dangdut.
Mulanya di tahun 1970-an, istilah dangdut merupakan kata cemoohan dan ejekan untuk menggambarkan musik kelas bawah dengan suara kendang yang nyaring (dang-dut, dang-dut, dang-dut – suara tepukan tangan di atas kulit kendang).
- Potret Gagah Rhoma Irama Jadi Penguji Ahli Sidang Mahasiswa S3 dengan Disertasi Musik dan Dakwah
- Momen Raja Dangdut Rhoma Irama Deklarasi Dukung Anies-Cak Imin: Lagu Reformasi Berkumandang
- Rhoma Irama Siapkan Lagu untuk Pasangan AMIN
- Diusia Lanjut, Raja Dangdut Rhoma Irama Tetap Eksis Manggung Off Air
Dari sana, Rhoma terpikir untuk membuat lagu dangdut yang berkelas. Munculah “Kiamat” yang kental unsur psychedelic rock-nya. Lalu “Terajana” yang menerangkan secara gamblang bahwa musik dangdut itu berkelas.
“Dangdut itu sebenarnya cemoohan orang pop kepada musik melayu, dan pada saat itu (1970) musik pop, musik rock dari band Deep Purple itu melanda dunia (termasuk Indonesia),” kata dia di Youtube Helmy Yahya.
Dari penggabungan ini, musik irama melayu yang ia ubah menjadi berwarna, mulai mengena di hati para pencinta musik kala itu.
Rhoma Irama dan Soneta Sulap Dangdut Jadi Ekslusif
Setelah manggung sana-sini, membuat puluhan hingga ratusan lagu, evolusi musik orkes melayu yang kemudian dikenal dengan nama dangdut ini populer di Indonesia.
Akhir 1970 sampai 1980-an adalah masa anak muda tenggelam di musik tersebut.
Panggilan manggung selalu berdatangan di banyak wilayah Indonesia. Rhoma pun merancang Soneta agar lebih ekslusif melalui peralatan panggung. Ia kemudian menggunakan gitar buntung bermerek Steinberger asal Korea, lalu drumsetnya dibuat megah dengan deretan rototom, sambal dan dua bass drum layaknya band rock terkenal.
Tak kalah penting adalah pencahayaan yang saat itu menggunakan lampu warna warni, panggung besar, dry ice asap dan sound sistem yang menggelegar berkekuatan 100.000 watt.
“Semuanya kita revolusi, sampai tata panggungnya,” kata Rhoma Irama.
Sampaikan Dakwah hingga Mendunia
Satu hal yang menarik dari Soneta adalah bisa tembus hingga ke skena musik internasional kala itu. Mulanya, tahun 1972 Rhoma Irama tembus hingga Singapura untuk mewakili Indonesia dalam Pop Singer Asia Tenggara dan mendapat juara satu.
Tak berhenti, Soneta juga manggung hingga Singapura, Kuala Lumpur, Brunei Darussalam, Jepang hingga Amerika. Bahkan kabarnya, Rhoma Irama bersama Soneta pernah diajak tour oleh grup gaek asal Inggris, The Rolling Stones.
Satu hal penting yang selalu dibawa sang raja dangdut adalah misi dakwah dalam setiap unsur musiknya. Ia membalut musik dangdut dengan nuansa Timur Tengah juga. Dalam setiap pesan yang disampaikan agar para pendengarnya bisa tetap ingat Tuhan walau musik bersifat duniawi.
“Karena musik juga bisa menjerumuskan pendengarnya, maka kami buat yang berkebalikannya,” ujar Rhoma
Dalam kanal Youtube Andre Taulany, Rhoma bercerita pernah menyampaikan pesan dakwah tersebut kepada rektor di Universitas Tokyo.
“Waktu itu saya sampaikan ke rektor di Universitas Tokyo yang bertanya, kenapa musik anda banyak memuat kisah religi, politik dan sosial. Saya spontan jawab, music not just for fun, but it has a responsibility to Allah and human beings,” kata dia.
Di Amerika pun tak sedikit penggemarnya, bahkan ada band cover dari Soneta bernama Dangdut Cowboys asal Pittsburgh Pennsylvania Amerika, pimpinan Andrew Weintraub.
Penampilan Soneta Group.