Mengenal 4 Tokoh Pers Asal Jawa Barat, Pernah Berpengaruh di Masanya
Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap tanggal 9 Februari, Merdeka.com mencoba mengulas tentang 4 tokoh dari Jawa Barat yang pernah memiliki pengaruh di masanya. Simak informasi berikut ini.
Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan sejumlah tokoh pers yang berpengaruh di Indonesia. Peran pers di sini di antaranya adalah untuk memerdekakan masyarakat dari belenggu kebutaan informasi yang tidak terakses pada masanya.
Pers di Jawa Barat sendiri mulai berkembang di paruh tahun 1900-an lewat "Medan Prijaji" di tahun 1907 di Bandung yang dianggap sebagai pelopor surat kabar nasional. Melalui surat tersebut banyak memberitakan seputar masa penjajahan hingga pasca kolonial dalam pembangunan ekonomi dan ketatanegaraan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Mengapa netizen heboh dengan kabar tersebut? Postingan tersebut langsung membuat heboh netizen, terutama para penggemar dan pengikutnya di Instagram.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kapan Hari Keterbukaan Informasi Nasional diperingati? Peringatan Hari Keterbukaan Informasi Nasional adalah kesempatan untuk mengingatkan semua pihak tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap 9 Februari, Merdeka.com mengulas tentang 4 tokoh pers asal Jawa Barat yang pernah memiliki pengaruh di masanya. Berikut selengkapnya:
Ajip Rosidi
Ajip Rosidi ©2016 merdeka.com/muhammad luthfi rahman
Bagi masyarakat Jawa Barat, Ajip Rosidi sudah tak asing lagi. Tokoh sastra dan budaya kelahiran Jatiwangi, Majalengka 31 Januari 1938 tersebut dikenal dengan kemampuannya yang serba bisa.
Tak terhitung ragam karya telah dilahirkannya, seperti puisi, cerita pendek, novel, drama, terjemahan, saduran, kritik, esai. Serta beberapa buku yang erat kaitannya dengan bidang ilmu yang dikuasainya, baik dalam bahasa daerah maupun bahasa Indonesia.
Dilansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id, di bidang jurnalistik, Ajip sempat menjadi editor serta pemimpin redaksi di beberapa majalah. Seperti majalah Suluh Pelajar tahun 1953 sampai 1955. Mingguan Sunda tahun 1965-1967, dan Majalah Kebudayaan Budaya Jaya (1968-1979).
Ajip juga diketahui memiliki peran yang cukup besar bersama sastrawan lainnya untuk mengembangkan kebudayaan daerah (khususnya Sunda), dengan menyusun Ensiklopedi Kebudayaan Sunda di tahun 2001. Ia meninggal di Magelang pada 29 Juli 2020 di usia 82 tahun.
Atang Ruswita
Tokoh Pers Atang Ruswita ©2021 liputan6/editorial Merdeka.com
Atang Ruswita merupakan salah satu tokoh pers di Jawa Barat yang mengabdikan hidupnya untuk kemajuan dunia Jurnalistik. Ia dikenal sebagai Pemimpin Redaksi dari Koran Pikiran Rakyat.
Dalam dunia Jurnalistik, semasa hidupnya ia dikenal telah melang-lang buana di berbagai surat kabar. Mulai dari Ketua IPPI Cimahi (1950-1952), Ketua PWI Cabang Bandung (1967), Ketua Pelaksana Harian PWI Pusat (1973-1986), dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat.
Bahkan saat SMA ia merupakan anggota aktif dari Kutum Mekar, yang merupakan rubrik khusus dari koran PR berjudul “Lembaran Minggu” hingga selepas SMA ia diterima sebagai korektor dari koran tersebut hingga karirnya kian melejit. Di PR, Atang turut berkontribusi membawa kultur “Sunda” menjadi sangat universal sehingga bisa diterima oleh seluruh khalayak (tidak terjebak di ranah etnosentrisme sempit).
Atang juga dikenal selalu menunjukkan nilai-nilai positif budaya Sunda sehingga bisa mendukung kepentingan yang menasional. Atang Ruswita meninggal dunia pada 13 Juni 2003 di Bandung.
Dajat Hardjakusumah (1916-1968)
Tokoh Pers Dajat Hardjakusumah ©2021 ayosurabaya/Sajadah Panjang Bimbo (1998) /editorial Merdeka.com
Barangkali sosok Dajat Hardjakusumah cocok dimasukan ke dalam jajaran tokoh pers yang cukup idealis di Jawa Barat. Bagaimana tidak, di masanya Dajat kerap menuliskan kenyataan pahit, bagi kalangan yang dianggapnya tidak memihak ke masyarakat.
Dikutip dari buku “Mengenang Hidup Orang Lain, Sejumlah Obituari” karya Ajip Rosidi tahun 2010 silam, ia dikisahkan merupakan sosok yang membawa Kantor Berita Antara cabang Bandung gemilang.
Bukan hanya karena tulisannya yang tajam, juga karena keidealisannya saat melakukan liputan. Dalam buku tersebut dikisahkan jika saat itu sekitar tahun 1960an Dajat merupakan wartawan yang tak pernah mengambil keuntungan dari pekerjaannya.
“Ketika wartawan-wartawan lain ramai mencatut untuk mencukupi penghasilannya. Dajat tak mau melakukannya dengan alasan : Saya Wartawan” tulis Ajip dalam buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tersebut.
Konon fakta menarik lainnya adalah, Antara cabang Bandung, tempat di mana Dajat mengabdi merupakan satu-satunya cabang LKBN Antara yang “Surplus” dibanding cabang lainnya karena tangan dingin beliau.
Sutisna Senjaya (27 Oktober 1890 - 11 Desember 1961)
Tokoh Pers Sutisna Senjaya ©2021 Kanal Youtube priangan com/editorial Merdeka.com
Sutisna Senjaya merupakan sosok pers yang juga tokoh dari NU (Nahdlatul Ulama) di Provinsi Jawa Barat termasuk kota kelahirannya di Kabupaten Garut. Sutisna sendiri dikenal kerap menjadi pemimpin redaksi dari media massa milik organisasi Nahdlatoel ‘Oelama yakni Majalah al-Mawa’idz; Pangrodjong.
Salah satu kepiawaian Sutisna adalah kemampuan organisasinya yang luar biasa. Ia juga diketahui piawai mewartakan seputar ke-NU-an di Jawa Barat melalui al-Mawa’idz (1932) sehingga ia mampu mengomandoi kebesaran NU di Tasikmalaya.
Bahkan Sutisna mampu menggiring pembaca surat kabar daerah untuk membaca al-Mawa’idz. Diketahui sebelumnya Sutisna juga pernah menjadi redaktur di media massa era Belanda bernama Silliwangi (1921-1922), serta menjadi kontributor aktif di surat kabar Bahasa Sunda Sipatahoenan (1923).
“al Mawa’idz ini majalah NU yang dirintis oleh Sutisna Senjaya, yang mana kita ketahui sebagai pembuat koran. Dan di tahun 1930 an Al Mawa’idz sudah mendominasi bagi masyarakat pembaca koran sunda “ terang Muhajir Salam, Peneliti dari Preanger Institute. Seperti dilansir dari kanal Youtube Priangan.com