Mengenal Si Kunang, Pesawat Kecil Pertama Bandung yang Pernah Jelajahi Langit Jawa
Diketahui Si Kunang merupakan mesin terbang swayasa (buatan sendiri, bukan pabrik) terkecil pertama di Indonesia, bahkan di Asia.
Pasca terlepas dari cengkraman para penjajah, negara Indonesia mulai sibuk berbenah dengan mengembangkan beberapa industri manufaktur yang dianggap berpotensi besar untuk memajukan negara. Salah satu yang dikembangkan dalam bidang industri penerbangan.
Pengembangan itu tak terlepas dari seorang Perwira TNI Angkatan Udara (TNI AU). Ia bernama Nurtanio Pringgoadisuryo, yang dianggap berperan besar dalam menciptakan desain-desain pesawat yang dianggap unik dan maju di tahun 1950-an.
-
Kecoak apa yang berhasil nempel di jendela pesawat? Video yang dibagikan oleh akun @TripInChina ini menunjukkan bagaimana seekor kecoak yang berada di sela-sela jendela pesawat yang sedang terbang.
-
Dimana video viral jalur pesawat berbahaya itu direkam? Video ini direkam menggunakan ponsel di, Bandara Gustaff III, kepulauan Karibia.
-
Bagaimana jalur pesawat yang berbahaya ini bisa sangat dekat dengan jalan raya? Jalur pesawat dengan jalan yang dilalui oleh para pengendara hanya terpisahkan oleh taman rumput dan juga pagar kecil yang mengelilingi area tersebut.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Apa yang terjadi ketika ada kecelakaan bus, pesawat jatuh, dan kapal tenggelam? Kalau ada bus kecelakaan, pesawat jatuh, ada kapal tenggelam, semuanya akan muncul di mana? Jawaban: Di TV
-
Apa yang membuat jalur pesawat di Bandara Gustaff III sangat berbahaya? Jalur pesawat ini tidak seperti pada umumnya. Dekat dengan jalan yang kerap dilewati penduduk.
Ia bersama Wiweko Supono dari komunitas Aeromodelling setempat, berhasil mengembangkan pesawat swayasa (buatan sendiri) pertama di Indonesia dan Asia bernama Si Kunang.
Melansir dari aviahistoria.com, Si Kunang lahir di sebuah tempat bernama LIPNUR atau Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (cikal bakal dari PT Dirgantara Indonesia) yang merupakan laboratorium percobaan dari sang Perwira untuk mengembangkan gagasan kepesawatannya di masa tersebut.
Terbuat dari Triplek dan Kain
©2020 aviahistoria.com/editorial Merdeka.com
Hal unik dan berbeda dari Si Kunang adalah penggunaan bahan dalam pembuatannya yang masih sangat sederhana. Pembuatannya menggunakan bahan-bahan yang ada di Indonesia seperti triplek dan kayu jamuju sebagai unsurnya.
Selain itu, pesawat yang mulai mengudara pertama kali pada 1958 ini juga dilapisi oleh kain CP alias Cotton Pique agar tetap ringan saat diterbangkan.
Untuk mesin, Si Kunang menggunakan penggerak dynamo dari mobil VW (Volkswagen) dengan kapasitas 1190cc/25 pk, sebagai penggerak baling-baling yang juga terbuat dari kayu nan ringan.
“Roda pendaratnya menggunakan ban motor skuter. Harganya murah karena biaya produksinya juga murah,” seperti yang tertulis di artikel tersebut.
Menjelajahi Langit Jawa
Saat itu Nurtanio berupaya menguji ketangguhan dari pesawat Si Kunang, dengan terbang menjelajah di atas langit Jawa yang melintasi Bandung-Tasikmalaya-Purwokerto-Yogyakarta-Solo-Surabaya-Semarang-Cirebon hingga kembali mendarat di Bandung pada 12-18 Juni 1962.
Pesawat yang memiliki panjang 7,2 M, rentang sayap 8,20 M dan berat 160 kilogram saat tak berpenumpang ini memiliki laju tanjak 300 kaki/menit.
Menempuh Jakarta - Bandung Selama 50 Menit
©2020 aviahistoria.com/editorial Merdeka.com
Meskipun terbuat dari bahan yang terhitung murah, pesawat Si Kunang mampu menunjukkan kemampuannya untuk menempuh perjalanan Jakarta – Bandung dengan durasi selama 50 menit lewat kapasitas laju jelajah sejauh 137 km/jam.
Saat ini pesawat Si Kunang terpajang di museum Satria Mandala yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, dan merupakan tepat tersimpannya berbagai peralatan dari sisa perjuangan Tentara Nasional Indonesia.