Rumah Makan di Cirebon Ini Melegenda Sejak Tahun 1962, Punya Menu Andalan
Sudah berdiri sejak tahun 1962, rumah makan Kentjana hingga kini masih berdiri dan bahkan menjadi tempat legendaris di Cirebon.
Sebuah bangunan rumah makan bercat hijau dan putih yang berada di Jalan Karang Kencana, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, sekilas tampak seperti rumah makan biasa. Padahal sebenarnya rumah makan itu istimewa karena nama jalan yang berada di depannya diambil dari tempat itu.
Rumah makan itu bernama Kentjana. Sudah berdiri sejak tahun 1962, rumah makan itu hingga kini masih berdiri dan bahkan menjadi tempat legendaris di Cirebon.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Sebelumnya nama jalan di depan itu adalah Pamujudan. Yang memberi nama jalan itu adalah salah satu orang berpengaruh di Indonesia yang namanya Ismail Saleh,” ungkap generasi ke-2 penerus Rumah Makan Kentjana, Yanti Setiawati dikutip dari Liputan6.com pada Minggu (20/12).
Lalu bagaimana sejarah rumah makan itu hingga mampu eksis hingga masa kini? Berikut selengkapnya:
Perintis Rumah Makan Kentjana
©2020 liputan6.com
Yanti mengatakan bahwasanya Rumah Makan (RM) Kentjana memiliki sejarah yang panjang. Dia mengatakan, rumah makan itu didirikan oleh ibunya, Ibu Kentjanawati pada tahun 1962.
Bagi Yanti, wanita asal Indramayu itu memiliki jiwa entrepeneur yang sudah tertanam sejak muda. Hal inilah yang kemudian diturunkan oleh anak cucunya hingga sekarang.
Sebelum menjadi rumah makan, bangunan itu sebenarnya hanyalah rumah biasa milik ibu rumah tangga bernama Supinah. Semasa hidupnya, Kentjanawati sering mengirim makanan ke ibu Supinah yang berprofesi sebagai bidan.
“Mami dulu sering kirim makanan seperti sup. Setiap makanan yang dikirim ternyata selalu ada koreksi dari Bu Supinah. Dari situ Mami belajar sampai bikin lodeh, sayur cabai hijau, pepes, dan rendang. Bu Supinah kasih tahu bumbunya dan kemudian dimodifikasi oleh mami karena bumbunya lebih ke rasa pedas ala Padang dan belum tentu orang Cirebon suka,” kata Yanti.
Masakan Rumahan Rasa Restoran
©2020 liputan6.com
Setelah Ibu Supinah meninggal dunia, rumah itu dibeli oleh Kentjana dan mengubahnya menjadi rumah makan hingga saat ini. Konsep penyajiannya sama seperti RM Padang, namun lauk pauknya khas ala Pantura, Jawa Barat.
Menurut Yanti, RM Kentjana sebenarnya menyajikan berbagai macam masakan rumahan, walau begitu rasanya berani bersaing dengan restoran.
“Yang selalu ada itu 16 menu utama bahkan dulu lebih banyak. Konsep kami berbeda dengan rumah makan lainnya dan bersyukurnya banyak respon, bahkan pelanggannya orang-orang penting,” jelas Yanti.
Punya Banyak Pelanggan
©2020 liputan6.com
Menurut Yanti, sejak Pertamina membuka lahan usaha di Balongan, Indramayu, dan Klayan, Cirebon, semakin banyak pelanggan yang datang ke rumah makan itu. Bahkan di zaman dulu, pelanggan RM Kentjana ini merupakan para tokoh penting. Selain Ismail Saleh, ada pula Agung Laksono, artis top Jakarta era Titiek Puspa dan ada pula mantan Mendag, Enggartiasto Lukita.
Sementara itu, harga masakan yang dijual cukup bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp45.000 per porsi. Namun semenjak pandemi COVID-19 merebak, pembelian dilakukan melalui online.
“Sebelum pandemi sehari bisa sampai 80-100 orang. Sejak COVID-19 ini berkurang 50 persen, namun mereka beralih ke pesanan online. Sehari 20-25 pesanan online dengan berbagai macam pesanan,” ungkap Yanti.
Menu Andalan
©2020 liputan6.com
Dari berbagai macam masakan yang tersedia, gado-gado merupakan menu yang paling banyak diburu oleh para pelanggan rumah makan itu. Sebelum masa pandemi, pesanannya bisa mencapai 30 porsi sehari. Namun karena COVID-19, pesanannya turun jadi tinggal 15-16 porsi sehari. Satu porsinya, menu andalan di RM Kentjana itu dijual dengan harga Rp25 ribu.
“Gado-gado kami andalannya bumbu kami racik sendiri dan ramuannya peninggalan pendiri,” kata Yanti dikutip dari Liputan6.com pada Minggu (20/12).