7 Emosi meledak-ledak Ahok kepada warga Pluit
Untuk merelokasi warga di Waduk Pluit bukan pekerjaan mudah.
Masih ingat dengan banjir besar di kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara beberapa bulan lalu. Salah satu penyebabnya adalah meluapnya Waduk Pluit karena tak mampu menampung air.
Waduk yang dulu luasnya 80 hektare kini telah menyusut menjadi 60 hektare. Penyebabnya, 20 hektare luas waduk telah ditanami bangunan ilegal oleh warga. Akibatnya, waduk menjadi kecil dan menyusut. Bahkan, kedalaman waduk hanya dua meter, yang idealnya sekitar lima meter.
Setelah banjir surut, Pemprov DKI Jakarta mencoba melakukan normalisasi waduk. Rupanya usaha itu bukan pekerjaan mudah. Warga yang menempati bantaran waduk menolak pindah. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pun belum berhasil membujuk warga.
Padahal, warga yang menempati tanah negara itu direlokasi ke rumah susun. Toh mereka tetap menolak dan malah minta ganti rugi. Sikap warga Pluit yang keras kepala itulah menyebabkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja (Ahok) emosi. Berikut sikap-sikap Ahok terhadap warga Pluit:
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Apa yang dilakukan Jokowi saat kuliah? Semasa kuliah, Jokowi juga aktif tergabung dengan UKM pencinta alam.
-
Kapan Jokowi memakai Ageman Songkok Sikepan Ageng? Pada upacara peringatan HUT ke-78 RI, Presiden Jokowi tampil menggunakan pakaian adat.
Miskin tahu dirilah
Ini pernyataan paling keras Ahok saat menanggapi warga Pluit yang enggan direlokasi dari bantaran Waduk Pluit. "Kasih rusun enggak mau. Maunya rumah yang rata. Ya kalau miskin tahu dirilah. Dikasih rumah, enggak mau," kata Ahok beberapa waktu lalu.
Ahok lalu mencontohkan orang kaya. Ia memperkirakan, orang kaya tidak akan betah tinggal di tanah karena ke depan pajaknya akan terus naik.
"Makanya semua akan berganti tinggal di apartemen. Kenapa? Karena bagi pajak. Kerena tanah itu pajaknya bagi bersama," ujar Ahok.
"Terakhir mereka tidak hanya menolak tapi juga mau bagi lahan. mana bisa? Itu jalur hijau, gitu loh. Di Jakarta enggak pernah beres soal lahan ini kalau didudukin terus minta ganti. Dudukin tanah negara (waduk) yang objek vital, minta diganti," imbuhnya.
Kurang ajar mereka
Ahok tetap ngotot bahwa warga Waduk Pluit harus pindah. Sebab, mereka saat ini tinggal di atas tanah milik negara.
"Yang jelas warga harus keluar dari Waduk Pluit," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (2/5).
Menurutnya, selama ini warga tersebut tidak pernah membayar sepeser pun kewajiban terhadap negara. Tetapi, malah meminta uang ganti rugi setelah diminta untuk pindah.
"Mereka enggak pernah bayar sama negara. Sekarang disuruh pindah malah minta ganti rugi. Kurang ajar mereka," jelasnya.
Ahok mengatakan ada sebagian warga Waduk Pluit yang mengaku miskin, tapi rumahnya menggunakan rangka baja ringan. "Tempat kamu pake baja konstruksi ringan enggak? Nah di sana pakai (baja ringan) itu, jadi orang miskin apa orang kaya?" ucapnya.
Kenapa enggak minta Monas sekalian?
Saking kesalnya, Ahok memberikan pengandaian jika tanah di Waduk Pluit dibeli oleh pihak swasta. Maka, warga yang tinggal di bantaran dan membangun secara ilegal itu bisa diusir.
"Tetapi kalau kami yang beli akan kami bongkar, lalu 60 persen untuk Anda tinggal 40 persennya jalur hijau," kata Ahok beberapa waktu lalu.
Namun Ahok tidak bisa menolelir jika warga meminta ganti rugi. Sebab, tanah yang ditempati bukanlah hak milik tapi milik negara.
"Tapi kalau Anda minta jalur hijau Waduk Pluit, bagi lahan ya enggak bisa. Kenapa enggak minta Monas sekalian. Saya juga mau minta bagi lumayan, dudukin saja," ujar Ahok dengan nada geram.
Namanya ngelunjak
Ahok tak habis pikir dengan pola pikir warga yang tinggal di pinggir Waduk Pluit. Mengapa sudah menempati tanah negara, tapi tidak mau direlokasi.
"Dasarnya apa orang yang menduduki tanah negara dikasih tanah negara. Adil tidak? Kalau gitu saya juga nuntut dong. Apa dasarnya?" tanya Ahok.
Padahal, relokasi yang dilakukan oleh Pemrov DKI bukan sekadar mengusir, tapi diberikan tempat layak seperti tinggal di rusun. Anehnya, mereka tetap menolak tinggal di rusun.
"Kalau Anda emang miskin tidak beruntung, anak Anda kami sekolahkan, sediakan rumah. Tapi jangan menuntun kami enggak mau rumah rusun maunya rumah biasa. Ini Jakarta, mana bisa. Yang mampu saja tinggal di apartemen. Kan namanya ngelunjak," ujarnya.
Enak saja mau duduki tanah negara
Ahok yakin, yang tinggal di bantaran Waduk Pluit tidak semua orang miskin. Ia mengaku punya banyak bukti bahwa yang tinggal di bantaran Waduk Pluit banyak orang kaya.
"Yang punya kaya, yang sewanya saja miskin. Enak saja mau menduduki lahan negara. Mau lapor Komnas HAM lapor saja, saya juga mau lapor Komnas HAM," kata Ahok.
Ahok menilai, orang miskin di Waduk Pluit telah diperalat. "Saya punya bukti loh. Waktu banjir-banjir itu mau pindahkan orang yang ke Marunda itu dihalangi. Pas pendaftaran marah-marah diancam. Saya bisa datangkan banyak saksi, diancam. Kan kurang ajar," ujarnya.
"Anda kalau mau tinggal di Waduk Pluit ya tinggal saja. Pasti dibongkar suatu hari. Yang mau tinggal jangan Anda larang untuk tinggal dong," katanya.
Tanah negara mau dirampok
Ahok akan berusaha keras untuk mengembalikan fungsi Waduk Pluit. Nantinya, waduk harus bisa digunakan untuk menampung air agar tidak menjadi penyebab banjir.
"Kalau kami jelas kembalikan fungsinya, yang waduk yang sungai. Kalau Anda mau tinggal di situ ya cari lahannya kami beli. Tapi kalau tanah negara mau dirampok mau minta bagi aja ya Anda yang tidak manusiawi," kata Ahok.
Jika sebagian warga tetap ngotot untuk tinggal di bantara, maka ini tidak adil. Sebab, normalisasi Waduk Pluit ini demi kebaikan banyak orang.
"Pak Gubernur bilang masak demi 1.000 orang Anda mengorbankan 10.000 orang. Adil engak?" tanya Ahok.
Seperti anak kecil, tak bisa diatur
Ini terjadi saat Pluit dilanda banjir besar. Ahok waktu itu geram karena banjir belum surut warga Pluit sudah ingin kembali pulang.
Waktu itu Ahok mengimbau agar warga di wilayah Pluit tidak ngeyel untuk kembali ke rumah. Menurutnya, hal ini merupakan wujud perhatian Pemprov terhadap warganya.
"Kalau sampai besar, laut ini kan gak bisa turun, kalau sampai rob, misalnya terjadi, maaf mati kita semua. Nah, sekarang kita sudah pompa, air sudah surut, orang berpikir mereka akan pulang. Ini kita juga bicara sama mereka ribut," kata Ahok di Kantor Balai Kota, Jakarta, Rabu (23/1).
Mantan Bupati Belitung Timur ini meminta warga di perumahan elite Pluit untuk tidak kembali dulu ke rumah hingga akhir bulan ini. Namun warga di wilayah Pluit ngeyel tetap kembali.
"Ini kaya anak kecil kan, kita kasih tahu jangan ke sana dulu, tunggu sampai lewat tanggal 30. Nah ini mau datang imlek lagi, biasanya besar hujannya, pasang lagi. Nah, kalau mereka masih ngotot juga kita mau gimana? Suruh tentara jaga saja kalau bandel begitu," tegas Ahok.
Baca juga:
Ahok: Bayar PBB sekarang bisa via kantor Pos
Cerita Ahok yang bapaknya rela jual kepala demi pendidikan anak
Ahok ingin punya ajudan cantik
Tiba-tiba Ahok teringat Wanda Hamidah
Cara murah Ahok atasi kemacetan jangka pendek Jakarta