Bongkar Peredaran Uang Palsu di Jakarta Utara, Polisi Ringkus 2 Pelaku
Kepolisian Resor (Polres) Pelabuhan Tanjung Priok membongkar praktik peredaran uang palsu di pasar malam dekat Terminal Bus Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Putu Kholis Ariana mengatakan, ada dua tersangka yang ditangkap.
Kepolisian Resor (Polres) Pelabuhan Tanjung Priok membongkar praktik peredaran uang palsu di pasar malam dekat Terminal Bus Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Kepala Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Putu Kholis Ariana mengatakan, ada dua tersangka yang ditangkap.
"Di sini kami bisa mengungkap pelaku pembuat maupun pelaku yang mempergunakan uang palsu untuk belanja. Uang palsu itu ada pecahan Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000 dan Rp100.000," kata Putu di Jakarta Utara, Sabtu (26/3).
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Apa ciri khas dari pantun lucu Palembang? Pantun bahasa Palembang sering kali menggunakan bahasa yang khas dan unik untuk daerah tersebut, serta mengandung unsur budaya dan kearifan lokal.
-
Kapan pajak anjing diterapkan di Indonesia? Aturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
-
Kenapa dukun itu mengedarkan uang palsu? Ia mengaku sudah menyebarkan uang palsu tersebut kepada dua orang yang di wilayah Doplang, Kabupaten Blora dan Malang.
-
Apa tujuan utama dari pantun Palembang lucu? Pantun Palembang lucu menjadi sarana hiburan yang menyenangkan bagi masyarakat, baik dalam situasi formal maupun informal. Melalui kecerdasan kata dan humor yang disajikan dalam pantun, orang dapat mengalami momen-momen riang yang membawa tawa dan keceriaan.
Tersangka pertama yaitu seorang buruh berinisial RK (25), warga Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, yang ditangkap aparat Polsek Kawasan Sunda Kelapa pada Senin (21/3), setelah kedapatan memakai lembaran uang palsu pecahan Rp100.000 untuk bertransaksi pakaian.
Atas perbuatannya, RK dijerat dengan pasal 36 juncto pasal 26 Undang Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, subsider pasal 244 dan pasal 245 KUHP.
Tersangka kedua adalah pria berinisial FR (21), ditangkap personel Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan penelusuran jejaring media sosial Facebook.
"Kami bisa ungkap dari hasil patroli siber ada akun yang mengunggah uang palsu," kata Kholis.
Mendapati adanya akun penjual uang palsu, anggota Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok melakukan metode undercover buying atau berpura-pura sebagai pembeli, dan memesan enam lembar uang palsu nominal Rp50.000 dengan harga Rp150.000.
Polisi berhasil melacak lokasi tersangka FR lewat jasa ekspedisi tempat tersangka mengirimkan uang palsu. Saat dibekuk, FR yang berada di wilayah Tanjung Priok itu tidak dapat berkutik.
"Tersangka FR kita tangkap ketika hendak mengirimkan paket berupa uang palsu," ujar Kholis.
FR menjalankan bisnis uang palsunya sendirian dengan bermodalkan peralatan tertentu seperti alat cetak, alat pemotong hingga kertas jenis HVS.
Dari penangkapan itu, polisi menyita barang bukti puluhan lembar uang palsu pecahan Rp10.000, Rp20.000 danRp 50.000 dari tersangka FR.
Karena perbuatannya, kini FR terjerat dengan pasal 36 juncto pasal 26 Undang Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, subsider pasal 244 dan pasal 245 KUHP.
Selain dua tersangka tersebut, Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok juga mengejar dua orang tersangka lainnya yang namanya sudah dimasukkan daftar pencarian orang (DPO).
Dua tersangka DPO itu adalah, AD, pemasok uang palsu pecahan Rp100.000 kepada RK sebanyak dua kali, serta DEA, yang sempat memasok uang palsu dengan harga satu banding tiga kepada tersangka FR.
Kepala Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKP Sang Ngurah Wiratama, menjelaskan, metode satu banding tiga adalah skema transaksi di mana pembeli uang palsu harus menyetor uang asli dengan nilai sepertiga dari nominal uang palsu yang ingin dibeli.
"Jadi misalnya pembeliannya dengan harga uang Rp100 ribu uang asli, maka akan dapat Rp300 ribu uang palsu. Itu satu banding tiga," kata Wiratama.
Wiratama menambahkan, produksi uang palsu baru dilakukan ketika ada permintaan konsumen minimal Rp1 juta.
"Tapi kalau enggak ada permintaan Rp1 juta, dia enggak akan membuat atau menambah stok, meskipun bahannya siap terus," pungkasnya.
Baca juga:
Warga Lebak Diminta Waspada Edaran Uang Palsu Jelang Puasa, Pahami Ciri-cirinya Ini
Bongkar Peredaran Uang Palsu di Jakarta Utara, Polisi Ringkus 2 Pelaku
Narkoba Berbagai Jenis hingga Dolar Palsu di Kabupaten Bekasi Dimusnahkan
Ungkap Peredaran Uang Palsu Rupiah dan Dolar Amerika, Polisi Tangkap 12 Orang
Bareskrim Bongkar Sindikat Pemalsuan Uang Dolar & Rupiah, Beraksi Sejak 2020