Cerita kebun binatang di Indonesia banyak yang merana
Di Kebon Binatang Surabaya, jerapah mati setelah menelan hampir 20 kg sampah. Di Jambi, harimau dan singa mati diracun.
Bagi anak-anak dari segala lapisan masyarakat, liburan yang mengasyikkan tentu murah meriah dan menghibur. Jika hiburan serasa sulit didapatkan di museum, maka sasaran utama adalah kebun binatang.
Bagi sebagian besar orang, kebun binatang adalah alternatif menyegarkan daripada harus ke mal yang pasti akan membuat kocek terogoh dalam-dalam. Tapi sayangnya banyak kebun binatang di Indonesia dalam kondisi merana. Salah satu contohnya adalah Kebun Binatang Surabaya yang terbelit banyak masalah selama bertahun-tahun.
Kebun binatang di pusat kota ini menjadi rebutan banyak pihak. Akibatnya ratusan satwa, beberapa di antaranya satwa langka mati tak terurus. Kebun Binatang Surabaya menaruh binatang-binatang dalam kandang yang penuh sesak, kotor dan tidak memadai.
Banyak kisah tragis kematian satwa langka. Termasuk satu-satunya Jerapah yang tersisa, yang mati setelah menelan hampir 20 kg sampah plastik. Sampah itu diyakini dilemparkan ke dalam kandang binatang itu.
Belum lagi kisah harimau Melanie. Harimau Sumatera asal Kebun Binatang Surabaya (KBS) itu keracunan akibat memakan daging mengandung formalin. Melanie harus dirawat intensif di Rumah Sakit Hewan, Pusat Konservasi Harimau Sumatera, Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Kabupaten Bogor. Kondisi Melanie kurus hampir mati.
Kasus hewan mati merana juga muncul di Kebun Binatang Jambi. Baru baru ini, dua Singa Afrika dan Harimau Sumatera mati. Dokter hewan Kebun Binatang Taman Rimba Kota Jambi, Meilina Waty mengatakan, racun striknin menyebabkan matinya dua Singa Afrika dan Harimau Sumatera. Racun ini berdaya bunuh tinggi. Racun mematikan itu bekerja dalam hitungan jam.
"Racun striknin yang membunuh singa dan harimau di Kebun Binatang (KB) Taman Rimba Jambi pada 17 Agustus lalu tergolong berdaya bunuh tinggi. Hanya dalam hitungan jam, korban biasanya langsung tewas," katanya.
Plh Kepala BKSDA Jambi Nurzaman mengatakan, terkait tewasnya satwa dilindungi itu, pihaknya bersama Penyidik Pegawai Negeri Sipil sudah memeriksa empat orang saksi, yakni perusahaan pemasok daging, keeper dan penjaga malam.
"Ada indikasi keterlibatan orang dalam dalam pembunuhan ini. Untuk selanjutnya, perkara ini akan kami serahkan kepada Polda Jambi," kata dia.
Problem sama juga muncul di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta yang disebut-sebut terbesar kedua di dunia. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut pengelola Kebun Binatang Ragunan tidak becus. Pasalnya, setiap tahun Pemprov DKI selalu memberikan subsidi ke Kebun Binatang Ragunan sebesar Rp 40 miliar.
"Kita subsidi Rp 40 miliar lebih dengan kondisi Ragunan tidak jelas," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (13/6).
Muncul harapan baru di Ragunan. Pengusaha Hashim Djojohadikusumo ditunjuk sebagai kepala Pengawas Kebun Binatang Ragunan. Hashim menggantikan posisi kepala UPT sebelumnya yang ditunjuk Pemprov DKI.
Banyak alasan yang dipertimbangkan Pemprov DKI sebelum akhirnya menunjuk Hashim. Salah satunya, latar belakang Hashim yang juga mencintai binatang dapat membawa perbaikan dalam pengelolaan kebun binatang di kawasan Jakarta Selatan ini.
Hashim diharapkan bisa mengubah Ragunan menjadi lebih manusiawi. Jika positif, tentunya diharapkan akan menular ke kebun binatang lain. Tapi mampukah Hashim? merdeka.com, Minggu ini akan mengulas cerita tentang Ragunan dan kebun binatang lain dalam upayanya menjadi tujuan utama berlibur dan belajar yang murah dan nyaman.