Ini 6 Saran positif Foke untuk Jokowi dan Jakarta
Meskipun jarang ke Jakarta, Foke tetap memberi perhatian untuk Jakarta.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo Minggu (26/8) kemarin menggelar halal bihalal di kediamannya. Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo banyak memberi pesan demi kemajuan Jakarta.
Foke memang jarang berada di Jakarta. Dia mengaku lebih sering berada di luar negeri, utamanya Jerman.
"Mau lepas kangen dengan para pejabat karena sebagian waktu saya lebih banyak dengan luar negeri. Sehingga komunikasi tidak banyak dengan mereka-mereka ini," ujar Foke.
Meskipun jarang ke Jakarta, Foke tetap memberi perhatian untuk Jakarta. Dia pun menyampaikan beberapa pesan untuk kemajuan Jakarta. Berikut ini pesan Foke yang dirangkum merdeka.com:
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
-
Kapan Jokowi memakai Ageman Songkok Sikepan Ageng? Pada upacara peringatan HUT ke-78 RI, Presiden Jokowi tampil menggunakan pakaian adat.
-
Bagaimana Prabowo bisa menyatu dengan Jokowi? Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
Hindari bertumpuknya kaum migran
Foke melihat pentingnya menekan arus urbanisasi. Inti kebijakan adalah menghindari kaum migran bertumpuk di satu tempat semisal Jakarta. "Jika tidak ada pengendali, maka kawasan urban itu tidak lagi punya kemampuan terhadap layanan masyarakat tersebut," ujar Foke.
Foke juga menegaskan, Jakarta bisa maju kalau semua warganya ikut menjaga dan mengawal. "Tidak hanya menjaga atau mengawal secara fisik tapi secara batiniah. Karena perlu. Kita lihat, Jakarta hanya bisa maju. Kalau Islam mengatakan bisa mendapat ridha Allah karena umatnya meminta," ujarnya.
Antisipasi global warming, jangan sampai tenggelam
Foke berpesan agar pemerintah provinsi DKI Jakarta memperhatikan wilayahnya terhadap ancaman global warming.
"Beberapa puluh tahun ke depan ada global warming, berpuluh tahun ke depan, ada 20 kota yang secara drastis atau cepat akan tenggelam. Saya kira anda semua sudah tahu, sumber beritanya ada. Yang beritakan surat kabar Inggris. Jakarta nomor 11. Ini harus jadi perhatian bukan hanya pemerintah, tapi warga kotanya," ujar Foke.
Menurut Foke, pengaruh perubahan iklim tidak hanya dirasakan Indonesia. Bahkan lebih banyak dirasakan kota di Amerika Serikat.
"Oleh sebab itu harus konsisten upaya memecahkan masalah. Tidak hari-hari ini, bulan-bulan ini, tapi berkesinambungan," tukasnya.
Batasi jumlah kendaraan
Foke mengingatkan agar pemprov memperhatikan jumlah kendaraan yang terus meningkat di Jakarta. Kenaikan jumlah kendaraan tanpa kontrol akan menyebabkan kemacetan parah jika tidak diantisipasi.
"Kemudian kita prihatin jumlah kendaraan yang terus meningkat. Seperti tiada akhir. The sky is the limit. Bagaimana kota mengantisipasi ledakan jumlah kendaraan bermotor dan barangkali lebih parah di masa yang akan datang. Saya kira yang diperlukan adalah action," ujar Foke.
Dia mengakui memang tidak mudah mengatasi persoalan ini. "Yang penting warga dapat jaminan bahwa langkah yang diambil itu adalah langkah yang benar menyelesaikan masalah," kata Foke.
Foke melihat koordinasi pemprov dan pusat cenderung berjalan sendiri-sendiri. Tidak mungkin jumlah kndaraan dibatasi kalau pemerintah pusat tidak ada aturan jelas. Ini adalah tantangan. Saya yakin bahwa ini bisa dicarikan solusi asal ada niat. Tidak mungkin solusi ini diselesaikan dalam lima tahun," tegasnya.
Jangan sampai mismanajemen berujung bangkrut
Fauzi Bowo menyoroti pentingnya belajar dari kebangkrutan Detroit, Amerika Serikat. Menurut Foke, sebuah kota harus bisa membiayai masyarakatnya dengan baik. Jika kota dipimpin dengan kebijakan yang keliru, tidak ada balance antara kemampuan melayani dan membiayai layanan pemerintah.
"Itu yang gak boleh terjadi. Saya (bicara) bukan Jakarta aja, tapi semua. Kalau salah manajemen, maka dia menghadapi skenario yang ujungnya kebangkrutan," ujar Foke.
Bangun kesejahteraan warga lebih dulu
Mengenai program rumah susun, Foke memberi contoh tentang Singapura. Di Singapura, pemerintah tidak hanya membangun rumah tetapi juga kesejahteraan rakyatnya.
"Hingga rumah-rumah tadi bisa dibeli langsung oleh masyarakatnya. Ini semua yang menyebabkan kesejahteraan meningkat terintegrasi. Yang saya tahu di negara Eropa maju, perumahan sosial ada, tapi cost accounting harus jelas. Kalau tidak, kota akan masuk skenario keruntuhan," pesan Foke.
Foke mengaku belum tahu hitung-hitungan tentang program rumah susun. "Saya gak tahu itungannya bagaimana. Kan Muara Baru saya yang mulai. Di Marunda juga saya yang mulai. Balik lagi kemampuan pembiayaan dan masyarakat untuk berkontribusi," tandasnya.
Antisipasi ekonomi terhadap perkotaan
Ekonomi Indonesia dalam beberapa hari terakhir mendapati sinyal-sinyal krisis. Rupiah merosot dan indeks harga saham gabungan (IHSG) jeblok. Foke meminta setiap pemerintah termasuk juga pemerintah kota ikut memperhatikan kondisi ekonomi terkini.
"Dalam suasana demokratis ini kan warga punya hak suara untuk mnyampaikan hal-hal yang penting di masa yang akan datang. Lebih jauh lagi, misalnya dampak pengaruh ekonomi terhadap masalah perkotaan seperti apa. Kita tahu dampak ekonomi bukan hanya akibat global, tapi fakta-fakta eksternal dan internal. Siapapun punya kewajiban mengantisipasi," ujar Foke.