Janji Ahok pasang 6.000 CCTV ditagih Polda Metro Jaya
Polisi juga bisa mendeteksi atau mengetahui pelaku tindakan kejahatan dengan memantau kamera CCTV.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merealisasikan program 6.000 kamera CCTV terpasang di seluruh Jakarta. Apalagi langkah itu dianggap baik bagi kepolisian guna mencegah tindakan kriminal dan ancaman teror.
Selain itu, polisi juga bisa mendeteksi atau mengetahui pelaku tindakan kejahatan dengan memantau kamera CCTV.
"Saya minta pada Pemda dengan Pak Ahok agar program beliau yang 6.000 CCTV dibuat. Juga dibuat pusat komando pengendalinya. Termasuk kami diberikan connect. Sehingga kami juga bisa mengakses 6.000 CCTV di Jakarta," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (5/2).
Menurut dia, ledakan bom di Sarinah Thamrin menjadi contoh kamera CCTV di Gedung Jaya dan lainnya membantu polisi untuk mengetahui aksi teroris. Pihaknya juga bisa mengolah tempat kejadian perkara dengan cepat karena adanya kamera CCTV.
"Kenyataannya dalam kasus kemarin, CCTV di Gedung Jaya luar biasa. Gambaran menyeluruh bukan dari saksi, bukan dari anggota di sana. Gambaran menyeluruh ketika melihat CCTV," kata dia.
Dia menyebutkan target sasaran teroris antara lain kantor polisi dan kaum minoritas. Ideologi teroris, lanjut dia, ada dua jenis yang dianggap kafir, yakni kafir harbi dan kafir dini. Polisi dianggap masuk kafir harbi karena menegakkan undang-undang dari pemerintah. Sedangkan kafir dini, yaitu kelompok yang tidak mau mengikuti ajaran teroris.
"Kafir harbi, kafir yang ofensif terhadap mereka dan harus diperangi. Kedua, kafir dini. Kafir dini dianggap orang ini bukan atau aliran sama dia tapi tidak agresif menyerang. Sehingga tidak menjadi prioritas. Polisi termasuk kafir harbi. Karena negara dan undang-undang memerintahkan penegakan hukum pada mereka," ujar dia.
Sejauh ini, kata Tito, potensi bom di ibu kota belum ada. Meski begitu, dia memastikan bahwa kelompok teroris mempunyai jaringan kuat termasuk berhubungan langsung kepada ISIS.
"Saya tidak menyebut bahwa potensi bom di Jakarta masih ada. Tapi jaringan di Indonesia ini masih berkaitan dengan jaringan di luar. Termasuk jaringan ISIS. Intinya, selagi konflik ISIS Suriah masih ada. Itu terorisme Indonesia kemungkinan masih ada," tukas dia.