Korban Penggusuran Sunter: Saya Warga Sini, Punya KTP DKI Tetap Digusur!
"Nggak benar itu kalau bukan warga DKI yang digusur, saya warga DKI, KTP sini sama warga lainnya juga, tetap saja digusur," kata Hasan sambil menunjukkan e-KTP miliknya, Senin (18/11).
Hasan Basri dan Halimah hanya bisa meratapi nasib. Kini mereka dan dua anaknya terpaksa tinggal di gubuk kayu di hamparan puing rumah yang digusur Pemprov DKI Jakarta.
Warga Sunter Jaya, Sunter, Jakarta Utara ini jadi satu dari 60 pemilik rumah yang digusur. Dia menagih janji kampanye Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017 lalu yang tak akan menggusur.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Mengapa Stupa Sumberawan penting? Stupa melambangkan nirbana (kebebasan) yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa dharma yang diajarkan Guru Agung Buddha Gautama. Nirbana juga menjadi tujuan setiap umat Buddha.
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
-
Kapan PDRI dibentuk di Sumatera Barat? Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, pemerintah darurat ini berhasil berdiri pada 22 Desember 1948 di Halaban, sebuah daerah di Lima Puluh Kota.
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
"Nggak benar itu kalau bukan warga DKI yang digusur, saya warga DKI, KTP sini sama warga lainnya juga, tetap saja digusur," kata Hasan sambil menunjukkan e-KTP miliknya, Senin (18/11).
Merasa Ditindas
Istrinya, Halimah tidak kuat menahan duka melihat rumahnya rata dengan tanah. Dia merasa menjadi korban kesewenangan Pemprov DKI Jakarta.
"Namanya manusia kok dilindas gitu saja, sudah kaya bukan sesama manusia, nggak ada bantuan apa-apa gitu buat warga," kata Halimah.
Halimah juga mengeluhkan penghasilan jualannya menjadi terhambat. Namun pengeluaran terus bertambah pasca penggusuran.
Sekolah Pakai Sarung
Anak ketiga dari Hasan dan Halimah, Subhan, duduk di kelas 4 SD. Sejak penggusuran tidak masuk sekolah. Sang anak kehilangan baju seragam.
Bahkan, Subhan terpaksa mengenakan sarung untuk berangkat ke sekolah. Lalu pada Senin, Subhan dapat mengenakan seragam putihnya setelah sang Kakak mencari seragam kembali di puing rumahnya yang tersisa.
"Hari ini (Senin) Subhan pakai seragam atas dan bawahan putihnya yang baru ditemuin kemarin," kata Nia, kakak Subhan.
Pihak sekolah memberikan kebijakan keringanan kepada Subhan, dikarenakan pendidikan lebih utama.
Bayi Baru Lahir Diungsikan
Hasan menambahkan, terdapat 2 kepala Keluarga korban gusuran yang baru melahirkan bayi beberapa hari lalu. Namun saat hari penggusuran, bayi langsung diungsikan ke tempat lain.
"Di sebelah sana ada bayi baru lahir beberapa hari. Balita juga banyak disini. Tapi yang baru lahir langsung dipindahkan soalnya hujan angin juga waktu itu" tutup Hasan.
Bukan Pemilih Pilkada DKI
Wali Kota Jakarta Utara, Sigit Widjatmoko justru ragu atas klaim warga memilih dan mendukung mantan Menteri Pendidikan tersebut saat maju dalam Pilkada DKI 2017.
"Cek saja didaftar pemilih sementara maupun daftar pemilih tetap, mereka ada enggak. Ya enggak terdaftar di DPS maupun di DPT. Terus mengklaim atas nama pemilih siapa," kata Sigit, Jakarta, Senin (18/11).
Ia menambahkan, sebelum melakukan penggusuran, Pemkot Jakarta Utara telah melakukan sosialisasi selama dua bulan. Saat proses eksekusi, menurut Sigit, berlangsung damai tidak ada intimidasi. Bahkan ada pula warga dengan suka rela membongkar sendiri bangunan semi permanen mereka.
"Jadi semua atas sepengetahuan warga, bahkan proses pembongkarannya kita hanya membantu, itu dilakukan sendiri oleh mereka," ujarnya.
Reporter Magang: Abyan Ghafara Anday
(mdk/rnd)