Kualitas Udara Jakarta Buruk, Dinkes Klaim Kasus Gangguan Pernapasan Masih Terkendali
Pemerintah Provinsi DKI dan pemerintah pusat pun dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu udara Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan, kendati kualitas udara di Jakarta, buruk namun selama empat tahun terakhir angka harapan hidup warga meningkat.
Kualitas udara di Jakarta menjadi sorotan pelbagai pihak lantaran berada di urutan teratas kota dengan polusi tertinggi di dunia pada pengukuran udara di pagi hari sejak 15-20 Juni 2022. Catatan kualitas udara di Jakarta, merujuk data lembaga IQAIR dan BMKG.
Pemerintah Provinsi DKI dan pemerintah pusat pun dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu udara Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan, kendati kualitas udara di Jakarta, buruk namun selama empat tahun terakhir angka harapan hidup warga meningkat.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta menindak tegas PPKS? Pemprov DKI Jakarta menindak tegas para PPKS tersebut dengan melakukan razia selama 9 Februari sampai 13 Maret 2023
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Apa yang diminta oleh DPRD DKI Jakarta kepada Pemprov DKI terkait Wisma Atlet? Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua meminta Pemprov memanfaatkan Wisma Atlet Kemayoran sebagai tempat rekapitulasi dan gudang logistik Pemilu 2024.
-
Apa yang dilakukan Leon Dozan saat di Polres Jakarta Pusat? Polres Metro Jakarta Pusat mengundang Leon Dozan dalam konferensi pers pada Jumat (17/11). Leon terlihat murung, mengenakan baju tahanan dengan tangannya terbelenggu besi.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi kemacetan? Pemprov DKI Jakarta melalui Dishub DKI Jakarta bersama Ditlantas Polda Metro Jaya tengah mengkaji pengaturan pembagian jam kerja.
"Pada poinnya angka harapan hidup di DKI ini 4 tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Plaza Selatan Kawasan Monumen Nasional (Monas), Rabu (22/6).
Namun Widya tak mengingat secara detil kenaikan harapan hidup warga tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa banyak faktor menyebabkan seseorang sakit selain kondisi udara. Salah satunya gaya hidup.
Dia juga memastikan bahwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta selalu memonitoring jumlah kasus kesehatan warga Jakarta khususnya gangguan pernapasan. Sebab, imbuhnya, monitoring gangguan kesehatan pernapasan tidak hanya baru dilakukan di saat kondisi udara Jakarta buruk. Widya mengklaim, berdasarkan pemantauan Dinas Kesehatan, hingga saat ini angka kasus gangguan pernapasan masih terkendali.
"Sejauh ini angkanya masih terkendali. Kami memantau infeksi saluran pernapasan itu bukan hanya saat ini, tetapi sejak sudah tahun 2004. Bagaimana gambarannya tentu angka-angka kesakitan ini sekali lagi bukan hanya sebatas karena polusi tetapi berbagai gaya hidup juga mempengaruhi," kata dia.
Faktor Udara Jakarta Buruk
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan konsentrasi PM2.5 yang terjadi di Jakarta dalam kurun waktu beberapa hari terakhir.
Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko mengatakan bahwa pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3. PM2.5 dengan konsentrasi ini dapat dikategorikan kualitas udara tidak sehat.
"Tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap," kata Urip di Jakarta, Sabtu (19/6).
PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer). Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan, dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan gangguan pada paru-paru.
Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner.
Polutan
Berdasarkan analisis BMKG, konsentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.
Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5.
Selain itu, proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
"Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini," kata dia.
Faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan PM2.5 yakni tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi (perubahan wujud dari gas menjadi partikel). Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara.
Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.
"Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring," kata dia.
Menurut dia, peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara di Jakarta ini memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler.
Pemerintah Dituntut Beri Hak Dasar Warga
Koalisi IBUKOTA menuntut pemerintah Provinsi DKI dan pemerintah pusat untuk memperbaiki kualitas mutu udara Jakarta. Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, yang merupakan bagian dari anggota Koalisi IBUKOTA, menilai hingga saat ini, negara belum memberikan hak dasar yaitu udara bersih.
Jeanny menyoroti catatan kualitas udara di Jakarta, sebagai pusat kota ekonomi, pemerintahan, bisnis, dan sosial budaya, sejak 15-20 Juni 2022 berada di urutan teratas kota dengan polusi tertinggi di dunia pada pengukuran udara di pagi hari. Data ini merujuk data lembaga IQAIR dan BMKG.
"Koalisi IBUKOTA serukan kepada seluruh warga Jakarta untuk bisa mendapatkan hak atas udara bersih dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada kesehatan warga. Kualitas udara yang tidak sehat dirasakan warga Jakarta jelang hari ulang tahun ke-495 DKI Jakarta pada tanggal 22 Juni 2022," ucap Jeanny, Selasa (21/6).
Jeanny menjabarkan data IQAir pada Senin (20/6/2022) pukul 06.00 WIB, kadar polusi Jakarta mencapai 205 US AQI yang masuk ke level sangat tidak sehat (very unhealthy). Kemudian, data Selasa pagi (21/6/2022), pukul 06.33 WIB, Jakarta masih berada di urutan tinggi dengan udara paling berpolusi dengan 154 US AQI, di bawah Beijing (176 US AQI) dan Kuwait (154 US AQI).
"Selain cuaca, penyebab utama lainnya adalah masih adanya sumber pencemar udara (bergerak dan tidak bergerak) yang terbukti belum bisa dikendalikan serius melalui kebijakan yang seharusnya diambil oleh pemerintah," tutur Bondan, Selasa (21/6).
Dia berujar, partikel polusi udara dari PM2.5 terjadi peningkatan ketika dini hari hingga pagi hari, hal ini terjadi karena tingginya kelembaban udara sehingga menyebabkan peningkatan proses adsorpsi atau perubahan wujud dari gas menjadi partikel atau dikenal dengan istilah secondary air pollutants.
"Polusi udara yang terjadi di Jakarta adalah permasalahan lintas batas," sebutnya.
Dia berpandangan, sumber-sumber pencemar udara dari luar Jakarta, terutama dari industri dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, cukup signifikan berkontribusi terhadap memburuknya kualitas udara Jakarta.
Dalam kondisi seperti ini, Bondan mengkritik Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang seharusnya menjalankan kewajibannya melakukan pengawasan dan supervisi terhadap ketiga Gubernur yaitu Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk melakukan upaya pengetatan batas ambang emisi untuk seluruh sumber pencemaran udara di daerahnya masing-masing.
"Pemerintah pusat dan pemerintah provinsi tidak lagi perlu saling tuding ataupun berdebat mengenai sumber pencemar udara di Jakarta," tegasnya.
Dibandingkan melihat kondisi udara berdasarkan wilayah, Bondang mendesak agar seharusnya pemerintah dengan cepat menyusun langkah-langkah pengendalian pencemaran udara yang lebih ketat bersama.
"Baku mutu emisi baik untuk kendaraan bermotor maupun untuk industri seperti pembangkit-pembangkit listrik bertenaga fosil harus diperketat. Kedua sumber pencemar udara sama-sama perlu diperketat," demikian desakan Bondan.
(mdk/gil)