Kudus dan Kamar Gelap yang Menyayat
Kudus bercerita, dulu perekonomiannya masih stabil. Sayang, keadaan berubah drastis sejak kedua orang tuanya wafat. Dia jatuh miskin. Menghadapi kelamnya hidup hingga selalu terbayang saat hendak tidur.
Senja sudah tiba. Cahaya langit mulai pudar di lorong kecil menuju kamar gelap yang terisolasi itu. Adalah tempat tinggal Kudus di Gang 7 kawasan Kalianyar, RT 7 RW 2, Jakarta Barat. Letaknya terasingkan dari lingkungan sekitar.
Kondisi tempat tinggal Kudus menyedihkan. Pondasi kayu bangunan sudah reot. Warna cat tembok sudah luntur. Beberapa terkelupas dan terlihat batu bata. Atap plafonnya bolong. Kadang bocor saat air langit turun.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang mengunjungi Indah Permatasari di Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Di dalamnya, hanya berisi satu ranjang kotor dengan satu bantal tanpa sarung. Di sampingnya ada lemari plastik berwarna coklat. Tempat tinggalnya juga terlihat jarang dibersihkan.
Keadaan fisik Kudus pun tak terurus. Ia terlihat kurus sekali dengan pakaian seadanya. Tatapannya kadang kosong sambil melihat ke atas. Gaya bicaranya juga terbata-bata dan bernada patah semangat.
Parahnya, Kudus tinggal selama 10 tahun tanpa listrik.
Suasana paling kelam saat malam tiba. Benar-benar gelap menyeramkan. Kudus hanya mengandalkan lampu tetangganya dari ventilasi. Itu pun tidak menyorot. Hanya bisa diratapi Kudus dari dalam ruangan.
"Saya gak mampu bayar (listrik) jadi diputus. Kalau mampu bayar ya saya mau ada lampu, mau masang listrik lagi, mau terang," kata pria berusia 55 tahun itu.
Kudus sejak awal hidup bersama kedua adik laki-lakinya. Mereka tidur bersama. Dua orang di kasur, satu orang di lantai tanpa alas. Kedua adiknya bekerja. Satu membantu tetangga bikin kue dan yang lainnya tukang memperbaiki ponsel.
Kudus sendiri mengais rezeki dengan mengamen. Kadang juga memulung. Hasil kerjanya hanya cukup untuk makan. Sekitar Rp10.000 hingga Rp20.000 perhari.
Namun, kini salah satu adik Kudus sudah menikah. Sehingga jarang balik menengok tempat tinggal asal. Satu lainnya masih hidup bersama Kudus.
Dulu, Kudus pernah bekerja menjadi tukang bersih-bersih di sekitar Monas dengan upah Rp500.000 perbulan. Namun, kontrak Kudus tidak diperpanjang oleh atasan. Dia pun mengundurkan diri lebih awal.
"Sisa barang barang saya habis. Saya jual untuk biaya makan sehari-hari," kata Kudus.
Kudus bercerita, dulu perekonomiannya masih stabil. Sayang, keadaan berubah drastis sejak kedua orang tuanya wafat. Dia jatuh miskin. Menghadapi kelamnya hidup hingga selalu terbayang saat hendak tidur.
Dia pernah tidak tidur selama 24 jam. Banyak bayang-bayang yang kerap menghantuinya saat memejamkan mata. Entah itu kehidupan maupun sesuatu yang membuatnya halusinasi. Kegelapan terasa menyayatnya.
Kudus kemudian mengungkapkan bahwa tempat tinggalnya pernah dibantu sebuah perusahaan untuk direnovasi. Namun, hal itu tidak selesai. Ia tak menjelaskan jelas mengapa renovasi rumahnya tidak kelar.
Kudus tak mau muluk-muluk kepada pemerintah. Ia pasrah, mau diberi bantuan syukur tidak dibantu tak masalah. Dia bingung cara untuk meminta bantuan. Apalagi tidak punya ongkos untuk pergi ke kantor pemerintah untuk mengadu nasibnya.
Meski begitu, Kudus sudah sudah terbiasa dengan sehari-hari hidup ruangan pekatnya. Menjalani hari yang keseringan sebatang kara. Dirinya juga terlihat enggan berbaur dengan tetangga sekitar.
Kudus mengaku tak pernah minta-minta dengan tetangga. Ia meyakini masih mampu bertahan hidup tanpa mengemis. Namun, tak jarang pula tetangganya memberikan makanan kepadanya meskipun kadang Kudus menolaknya.
Hal itu pula dikatakan Entin, salah seorang tetangga. Dia menyebut, bahwa warga tak jarang menawarkannya makanan. Namun Kudus menolak. Gelagat Kudus juga dinilainya aneh.
"Dulu sempat kerja dia di Monas. Tapi udah gak kerja jadi stres," singkat Entin.
Baca juga:
Nestapa di Karawang, Satu Keluarga Huni Kandang Ayam, Tak Pernah Dibantu Pemerintah
Siswa SMK Widyagama yang Tidur di Ruang OSIS kini Sudah Menempati Asrama Yayasan
Wali Kota Malang Berniat Angkat Anak Asuh Siswa SMK Tinggal di Ruang OSIS
Kisah Siswa SMK di Kota Malang Tinggal di Ruang OSIS
Potret Kemiskinan di RI, Ada Warga Tinggal di Gubuk Reot Hingga Kandang Kambing
Cerita Miris 2 Lansia di Karawang, Tinggal di Kandang Kambing dan Sering Kelaparan
25 Tahun Huni Gubuk Reyot, Mak Aroh & Anak Cucu Dapat Hibah Tanah dari Babinsa