Saat Jakarta darurat tikus, per kepala dihargai Rp 20 ribu
Saat Jakarta darurat tikus, per kepala dihargai Rp 20 ribu. Keberadaan dan jumlah tikus di DKI Jakarta dinilai sudah membahayakan dan meresahkan. Sebab, selain menjijikan, hewan pengerat ini juga merupakan media penyakit berbahaya.
Keberadaan dan jumlah tikus di DKI Jakarta dinilai sudah membahayakan dan meresahkan. Sebab, selain menjijikan, hewan pengerat ini juga merupakan media penyakit berbahaya.
Air kencing dan gigitannya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan infeksi. Penyakit itu dinamakan Leptospirosis.
Gerakan Basmi Tikus pun belakangan digalakkan oleh Pemprov DKI. Adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang mewacanakan ide tersebut.
Djarot bahkan meminta seluruh lurah di lima wilayah kota dan satu kabupaten di Jakarta menggalakan Gerakan Basmi Tikus. Tak cuma itu, Djarot bahkan berencana akan memberikan insentif Rp 20 ribu per satu tikus untuk warga yang berhasil menangkap tikus.
"Lurah dan camat saya memintanya agar menugaskan petugas PPSU dan petugas kebersihan untuk membasmi tikus. Kalo perlu akan saya berikan intensif satu tikus kita berikan insentif Rp 20 ribu. Tikus yang berhasil ditangkap bisa dijadikan pupuk setelah dikumpulkan," kata Djarot dikutip merdeka.com timur.jakarta.go.id, Selasa (18/10).
Wacana perkepala tikus dihargai Rp 20 ribu oleh Pemprov DKI pun ramai menjadi perbincangan warga. Umumnya, warga tertarik karena bisa mengais pundi-pundi rupiah dari menangkap tikus yang mudah dijumpai di berbagai lokasi korot di Ibu Kota.
Kemarin, Djarot kembali angkat bicara soal Gerakan Basmi Tikus yang dicetuskannya. Djarot berharap dengan adanya gerakan ini masyarakat dapat aktif pada setiap kegiatan Pemprov DKI Jakarta.
"Dulu kan ke taman nyari Pokemon gitu ya, sudah habis, nyata ini. Pokemon ini sudah habis sekarang kan, udah enggak laku Pokemon ya, dulu cari Pokemon sampai ke mana-mana kan gitu kan ya, nah ini (tangkap tikus) nyata, bermanfaat, iya enggak?" katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (19/10) kemarin.
Mantan Wali Kota Blitar ini mengungkapkan, tidak ada ketentuan baku bagi warga yang ingin menangkap tikus. Hanya saja, dia melarang menggunakan senjata api untuk menangkap hewan pengerat ini.
"Nanti nembak-nembak enggak kena tikusnya kena orang lain. Tidak boleh pakai senapan lain," terangnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pun angkat bicara soal Gerakan Basmi Tikus ala Djarot ini. Ahok menganggap Gerakan Basmi Tikus masih sekadar wacana dari Djarot.
Ahok mengaku aat ini masih mengkaji, apakah program tersebut dapat direalisasikan di Pemprov DKI Jakarta. Ahok mengakui tikus memang menjadi salah satu masalah karena menjadi salah satu media penyebaran penyakit.
Namun, wacana untuk membayar Rp 20 ribu per tikus itu mungkin hanya dapat dilakukan sekali saja dan tidak berkala.
"Itu kan baru rencana wagub. Nah itu lagi dimatangkan. Kalau itu dilakukan pun hanya sekali, kalau terus menerus nanti orang beranakin tikus nanti. Nanti jualan tikus," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengungkapkan, tikus identik dengan lingkungan kotor dan penyakit. Karenanya, timbul kekhawatiran akan menularkan virus Leptospirosis melalui air kencing tikus, kemudian masuk ke dalam genangan air.
Apalagi beberapa bulan ke depan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprediksi hujan akan turun terus menerus.
"Terlalu banyak tikus. Karena dari (dinas) kesehatan kan, air kencing tikus segala macam membuat orang sakit. Apalagi musim hujan kan banyak air, ya mungkin sekali berantas, sekali turun gitu," tutupnya.