Hujan Ekstrem Lebih Sering Terjadi di Kota Ketimbang Desa, Ini Penjelasan Pakar UGM
Pakar iklim UGM, Emilya Nurjani, menyebutkan bahwa frekuensi hujan ekstrem di wilayah perkotaan khususnya di Pulau Jawa sesungguhnya lebih tinggi dibandingkan wilayah desa. Apa penyebabnya?
Walaupun masa musim kemarau semakin dekat, belakangan ini hujan deras masih sering terjadi di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Pengamat sekaligus peneliti iklim dan lingkungan UGM, Dr. Emilya Nurjani, menyebutkan bahwa frekuensi hujan ekstrem di wilayah perkotaan khususnya di Pulau Jawa sesungguhnya lebih tinggi dibandingkan wilayah desa.
Emilya mengungkapkan, sepanjang tahun 2021 Indonesia mengalami La Nina sehingga curah hujan di sebagian wilayah Indonesia cenderung lebih basah. Di samping itu, di awal tahun 2022 ini Indonesia juga mengalami monsoon Asia dan ITCZ yang membuat curah hujan meningkat.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Emilya menambahkan, jika dibanding tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya curah hujan pada musim hujan kali ini mengalami peningkatan sebesar 40-120 mm dalam 20 tahun.
Berikut penjelasan selengkapnya:
Perbandingan Kondisi Hujan di Kota dan di Desa
©Pixabay/PublicDomainPictures
Emilya mengatakan bahwa wilayah perkotaan mempunyai kejadian hujan ekstrem lebih sering karena suhu udaranya cenderung lebih tinggi. Tingginya suhu udara ini kemudian menyebabkan pembentukan hujan konvektif dengan awan-awan konvektif yang mengandung banyak uap air.
“Kondisi seperti ini tidak hanya dialami di wilayah Indonesia, namun hampir di seluruh belahan dunia mengalami fenomena yang sama,” kata Emilya dikutip dari ANTARA pada Rabu (20/4).
Ia pun mengungkapkan bahwa secara lokal suhu udara yang tinggi akan meningkatan peningkatan evaporasi atau evaponstranspirasi. Sementara itu suhu udara yang tinggi secara lokal akan meningkatan pembentukan awan-awan kolektif yang berpotensi menghasilkan hujan yang cukup tinggi dalam waktu singkat.
Dipengaruhi Banyak Faktor
©2020 Merdeka.com/www.pixabay.com
Lebih lanjut, Emilya menjelaskan bahwa curah hujan di suatu wilayah secara geografis dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya evalasi atau ketinggian tempat, jarak dari sumber air, barisan pegunungan, serta luas daratan dan perairan secara lokal. Ada pula faktor regional seperti Inter Trarde Convergen Zone (ITZ), Monsoon, Enso, DMII, dan juga siklon tropis.
“Curah hujan ekstrem yang berlangsung lama biasanya akan menimbulkan genangan kemudian banjir di daerah perbukitan dan pegunungan yang berpotensi menimbulkan longsor,” pungkas Emilya.
(mdk/shr)