Kondisi Terkini Gunung Merapi, Volume Magmanya Lebih Besar dari 2006
Hingga hari ini, Jumat (13/11), Gunung Merapi masih berstatus siaga. Walau begitu sesungguhnya aktivitas seismik yang berhasil diamati sudah lebih besar dari kondisi sebelum munculnya kubah lava di tahun 2006.
Hingga hari ini, Jumat (13/11), Gunung Merapi masih berstatus siaga. Walau begitu, aktivitas seismik yang berhasil diamati lebih besar dari kondisi sebelum munculnya kubah lava di tahun 2006. Itulah yang dikemukakan Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan (BPPTKG), Hanik Humaida.
Hanik memprediksi, tingkat keaktifan Gunung Merapi saat ini tidak sedahsyat seperti yang terjadi pada tahun 2010. Tapi, karena kubah lavanya belum muncul, volume magma itu belum diketahui secara jelas.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Volume magma-nya belum. Ini yang melebihi dari 2006 itu data-data seismik-nya. Untuk volume kubah lava-nya belum muncul. Jadi kita belum tahu,” ungkap Hanik dikutip dari Liputan6.com pada Jumat (13/11).
Lalu seperti apa perbandingan data seismik kondisi Gunung Merapi pada tahun 2006, 2010, dan data terkini? Berikut selengkapnya:
Data Seismik Merapi
Pada perbandingan data yang dikemukakan Hanik, pada tahun 2006, kondisi gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu, dalam tiga hari terakhir, sebelum kubah lava muncul pada 26 April 2006 adalah sebagai berikut: VA: 0, VB: 6, MP, 193, LF: 1, RF: 20, dengan laju pemendekan dari Babadan sebanyak 1 cm per hari.
Sementara itu, kondisi Merapi dalam tiga hari terakhir menjelang erupsi pada tanggal 26 Oktober 2010 adalah VA: 7, VB: 120, MP: 579, LF: 1, RF: 227, dengan laju pemendekan dari Kaliurang sebesar 23cm/hari.
©2018 Merdeka.com
Sedangkan kondisi 3 hari hingga Rabu (11/11) adalah VA: 0, VB: 33. MP: 341, LF: 2, RF: 45, dengan laju pemendekan dari Babadan sebesar 12 cm/hari.
Karena statistiknya sudah lebih besar dari tahun 2006, potensi erupsi eksplosif masih ada. Diyakini erupsi itu tidak akan sebesar pada tahun 2010.
Daerah Rawan Bencana
Menurut Hanik, wilayah yang terdampak apabila Merapi erupsi berada pada jarak 5 km dari Gunung Merapi. Berdasarkan sejarah letusan, wilayah terdampak letusan kemungkinan tak akan sampai 5 km.
Selain itu, Hanik juga membuat skenario banyaknya magma yang mencapai permukaan bumi melonjak hingga 100 ribu meter per hari dan kubah lava yang memenuhi kawah mencapai 10 juta meter kubik dengan lontaran material yang dikeluarkan sebanyak 50 persen.
©2020 Liputan6.com/Gholib
Maka, bila skenario itu terjadi, bahaya yang terjadi adalah di Kali Woro sejauh 6 km, Kali Gendol sejauh 9 km, Kali Opak 6 km, Kali Kuning 7 km, Kali Boyong 6,5 km, Kali Putih 5 km, Kali Senowo 8 km, Kali Trising 7 km, dan Kali Apu 4 km.
Penambangan dan Pendakian Dihentikan
©2017 Merdeka.com
Untuk sementara ini, guguran lava yang terjadi dominannya menuju ke Kali Senowo, Kali Lamat, dan Kali Gendol dengan jarak maksimal 3 km. Untuk mengantisipasi peristiwa yang tidak diinginkan, sejumlah hal harus dilakukan seperti menghentikan penambangan di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi dan tidak melakukan pendakian serta beraktivitas di daerah berbahaya.
“Selain itu segera mengungsi bila terjadi guguran lava atau awan panas yang terus menerus,” imbau Hanik dikutip dari Liputan6.com.