Masih Serumpun, Begini Sejarah Hubungan Komunitas Melayu dan Jawa di Malaysia
Di masa silam, Orang Melayu punya hubungan yang erat dengan Orang Jawa. Bahkan, mereka menganggap Orang Jawa termasuk bagian dari mereka. Namun saat kolonialisasi terjadi di negeri itu, hubungan antar keduanya merenggang.
Di Kuala Lumpur, Malaysia, terdapat sebuah jalan bersejarah yang bernama Jalan Tun Perak. Namun, masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan nama “Jalan Jawa”, yang sebenarnya nama itu sudah diberikan sejak tahun 1889. Jalan ini termasuk jalan tertua di Kota Kuala Lumpur.
Sesuai namanya, jalan ini dulunya menjadi pusat aktivitas perdagangan komunitas orang Jawa. Dilansir dari ANTARA, adanya toponim nama jalan ini membuktikan bahwa komunitas Jawa sudah hadir sejak lama di Kuala Lumpur, Malaysia.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Bahkan dalam catatan pelayar Portugis, Eredia, menyebutkan setelah kekalahan Malaka dari Portugis pada tahun 1511, komunitas Jawa tetap diberi tempat oleh Portugis untuk melakukan aktivitas perdagangan di semenanjung. Bahkan sebenarnya antara orang Jawa dan Melayu berbicara bahasa yang sama seperti halnya pada penduduk di Pahang, Johor, Lingga, Patani, dan timur Sumatra.
Lalu sejauh mana hubungan antara kedua komunitas itu di masa lalu? Dan lantas apa yang membuat hubungan mereka sempat meregang?
Tidak Dibedakan
©cheme.utm.my
Sebelum Portugis datang, para pedagang dari Arab memanggil semua penduduk yang mendiami Nusantara dengan sebutan Orang Jawi. Mereka tidak membedakan mana Orang Melayu dan mana Orang Jawa.
Sementara itu, salah satu penulis Melayu, Syed Abdullah Hamid El-Edrus menggunakan istilah Dunia Melayu untuk komunitas muslim di Semenanjung Malaya. Dalam istilahnya, El-Edrus tidak membedakan mana yang Melayu dan Jawa.
Mendapatkan Tempat
Sementara itu Sejarawan Wang Gungwu menggambarkan Orang Jawa mendapatkan tempat khusus di hati Masyarakat Melayu di Malaysia.
Mereka mengakui Orang Jawa sebagai “imigran serumpun” karena memeluk kepercayaan yang sama dengan Orang Melayu yaitu Islam. Gaya berbicaranya pun tak jauh beda.
Sementara itu, Orang China dan India yang tinggal di Malaysia dianggap sebagai “imigran tak serumpun” karena mereka mempunyai latar belakang yang sepenuhnya berbeda.
Perceraian Jawa-Melayu
Namun, kini kondisinya berbeda. Orang Jawa tak pernah dianggap lagi menjadi bagian dari Melayu. Orang Melayu juga tak pernah menjadi bagian dari Nusantara. Dilansir dari ANTARA, perceraian ini dimulai sejak Inggris mengkolonialisasi wilayah Semenanjung Malaya.
Berdasarkan Perjanjian London 1824, Inggris setuju menyerahkan semua pusat perdagangannya di Sumatera dan tidak akan membuat perjanjian dengan pemimpin lokal. Sebaliknya, Belanda menyerahkan kawasan Semenanjung Malaya kepada Inggris dan tidak akan membuat perjanjian pada pemimpin lokal.
Perjanjian inilah yang dipercaya menggeser konteks dunia Melayu yang baru berdasarkan struktur identitas sipil dan teritorial versi kolonial.
Eksodus Imigran dari India dan China
Dilansir dari ANTARA, Inggris sengaja menciptakan rekayasa populasi dari masyarakat monoetnis menjadi masyarakat multietnis melalui aktivitas buruh perkebunan dan pertambangan. Mereka kemudian mendatangkan imigran dari China dan India untuk bekerja di dua sektor tersebut.
Sebenarnya Inggris juga mendatangkan imigran dari Jawa. Namun mulai abad ke-20, percobaan pengambilan buruh dari Jawa mulai menghadapi banyak masalah karena Belanda juga memerlukan tenaga mereka. Dalam waktu yang bersamaan, tepatnya antara tahun 1907-1936, terjadi lonjakan besar imigran dari China ke Malaysia sebanyak 708. 404 jiwa. Begitu pula dengan imigran India yang mengalami lonjakan sebanyak 73.538 jiwa.
Salah satu penyebab dominasi buruh India dan China adalah karena kinerja mereka disukai oleh pemerintah Inggris. Selain itu tenaga mereka murah namun memiliki daya juang. Sebaliknya, orang Melayu dan Jawa dianggap pemalas.
Komunitas Jawa di Malaysia
©2012 Merdeka.com
Perlahan, kehadiran Orang Jawa di Malaysia semakin dilupakan. Dunia Melayu hanya didefinisikan atas tiga ras besar yaitu Melayu, China, dan India. Walau begitu, peranakan Jawa tetap eksis dan diakui sebagai bagian orang Melayu di Malaysia.
Salah satunya adalah mantan wakil perdana menteri Zahid Hamidi, yang merupakan keturunan asli Jawa yang sukses di pemerintahan. Tak hanya itu, di wilayah Sabah, masih banyak keturunan Jawa yang memegang tampuk kepemimpinan di wilayahnya.