Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Di sebelah selatan Kota Salatiga menuju ke arah Boyolali, ada sebuah jembatan kembar yang menjadi bagian dari Jalan Raya Semarang-Solo.
Jembatan kembar itu dulunya menjadi lokasi pertempuran dahsyat antara pejuang Indonesia dengan tentara Belanda.
-
Kapan Jembatan Gantung Girpasang dibangun? Dengan adanya jembatan itu, warga yang tadinya harus berjalan kaki selama 19 menit menuruni tebing kini tinggal berjalan kaki 2 menit menyeberangi jembatan.
-
Di mana Jembatan Kaca Berendeng dibangun? Jembatan ini cukup mencolok di atas Sungai Cisadane, dan begitu indah saat malam.
-
Kapan Jembatan Kaca Berendeng diresmikan? Jembatan ini mulanya diresmikan pada 4 Februari 2018 lalu, untuk mengakomodasi pemenuhan infrastruktur publik di sana.
-
Kapan Jembatan Semanggi dibangun? Merujuk esi.kemdikbud.go.id, jembatan ini pertama kali dibangun pada 1961 dan dipimpin oleh arsitek Ir. Soetami yang ketika itu menjabat sebagai menteri pekerjaan umum.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Bagaimana Jembatan Kudung Kendeng Lembu dibangun? Material yang digunakan untuk membangun jembatan didominasi kayu berdiameter besar yang terbukti kokoh hingga kini.
Dahulu saat pertempuran, pasukan Indonesia dibantu rakyat menghancurkan jembatan penghubung itu, sehingga perjalanan pasukan Belanda untuk melancarkan Agresi Militer menuju ke Kota Solo terhambat. Tercatat ada 11 tentara Indonesia yang gugur di jembatan itu, beserta rakyat-rakyat yang membantu perjuangan mereka.
Di bawah jembatan itu tinggal seorang warga bernama Mas Aji. Ia mengaku sudah lima tahun tinggal di sana.
Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe
Mas Aji mengaku betah tinggal di tempat itu karena suasananya yang tenang. Menurutnya, tempat itu merupakan titik paling tengah di Pulau Jawa.
“Yang memberi nama Tengaran kan Sunan Kalijaga. Kalau penampakan di sini banyak. Tapi biasanya hanya anak kecil,” kata Mas Aji dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Musala Tua
Tak jauh dari jembatan bersejarah itu, terdapat sebuah musala tua. Di sana terdapat makam para pejuang yang gugur dalam pertempuran Tengaran.
Tercatat ada lima pejuang yang dimakamkan di sana yaitu Dul Badri, Kiai Saghoji, Amri, Kiai Mawardi, dan Bajuri. Mereka gugur bersama dalam peristiwa itu yaitu pada tanggal 25 Mei 1947.
Musala itu merupakan bangunan bertingkat dua. Lantai paling atas digunakan sebagai tempat beribadah para pejuang sebelum terjun ke medan perang. Kini, musala tua itu sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat ibadah.
- Peristiwa Merah Putih, Penyerbuan Markas Militer Belanda oleh Rakyat Manado untuk Pertahankan Kemerdekaan Indonesia
- Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
- Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang "Dewa Judi"
- Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi
Masih di Tengaran, terdapat sebuah gedung tua yang dulu digunakan sebagai markas tentara Belanda selama berada di Tengaran. Kini, gedung tua itu dimanfaatkan oleh Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) sebagai kebun benih.
Pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947, pergerakan pasukan Belanda terhenti untuk menuju ke arah Solo karena putusnya Jembatan Tengaran. Selama perbaikan jalan penghubung, pasukan Belanda membuka markas di gedung itu.
Saat tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe mengunjungi bangunan itu, tampak banyak bagian dari bangunan yang masih asli. Dinding-dindingnya masih asli peninggalan zaman Belanda.
Kini bangunan itu ditinggali oleh Bapak Joko Suyono bersama istrinya. Dia ditugaskan oleh Pemprov Jateng untuk menjaga tempat itu.
Pada saat pertama dibangun, gedung itu digunakan sebagai tempat penelitian pertanian pemerintah Kolonial Belanda.
Gedung itu memiliki pekarangan yang sangat luas. Pekarangan itu digunakan untuk pembenihan berbagai macam tanaman buah, seperti pohon durian dan sukun.