Mencicipi Kue Nopia, Kuliner Khas Banyumas yang Dijuluki "Telur Gajah"
Nopia merupakan makanan khas Banyumas berbahan dasar tepung terigu. Walau begitu, bentuk makanan tersebut menyerupai telur. Namun karena ukurannya besar, masyarakat lebih akrab menyebutnya dengan nama “telur gajah”. Ada pula yang menyebutnya “telur halilintar”.
Setelah seharian berpuasa umat muslim dianjurkan untuk berbuka dengan yang manis-manis. Di Banyumas, ada kuliner manis unik yang cocok untuk menu buka puasa. Nama kuliner itu adalah Kue Nopia.
Dilansir dari Liputan6.com, Nopia merupakan makanan khas Banyumas berbahan dasar tepung terigu. Walau begitu, bentuk makanan tersebut menyerupai telur.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
Namun karena ukurannya besar, masyarakat lebih akrab menyebutnya dengan nama “telur gajah”. Ada pula yang menyebut kuliner ini dengan “telur halilintar”.
Sejarah Kemunculan Nopia
©YouTube/FolderDesa TV
Kue Nopia berangkat dari kultur Tionghoa di Banyumas. Pada tahun 1880, Nopia mulai dikenal luas publik. Konsumsinya tak hanya sebatas pada masyarakat Tionghoa saja, namun juga khalayak luas. Pada awalnya, nopia memiliki rasa bawang merah di bagian dalamnya. Namun seiring waktu cita rasanya bervariasi, mulai dari cokelat hingga durian.
Dilansir dari Liputan6.com, kue Nopia terbuat dari adonan bahan tepung terigu yang di dalamnya diisi dengan gula merah. Adonan tersebut kemudian dipanggang dengan tungku khusus yang terbuat dari tanah liat.
Proses pemanggangan Nopia butuh waktu sekitar 15 menit. Sementara sumber api untuk memanggang biasanya berasal dari kayu bakar pelepah pohon kelapa. Proses ini dilakukan demi menciptakan produk kue yang kulitnya memiliki tekstur keras namun renyah.
Sentra Nopia di Banyumas
©YouTube/FolderDesa TV
Di Kabupaten Banyumas, ada beberapa lokasi yang menjadi sentra Nopia, tepatnya di Desa Pekunden, Sudagaran, dan Kalisube. Desa Pekunden menjadi cikal bakal keberadaan Nopia di Banyumas.
Di desa itu, masyarakatnya telah menjadi perajin Nopia dan kemampuan itu diwariskan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Harga kue itu bervariasi tergantung besar kecilnya kemasan.
Satu kemasan misalnya, dihargai Rp24 ribu dan berisi 10 nopia. Kue ini cocok dijadikan oleh-oleh karena mudah dibawa ke mana-mana dan tahan lama.