Mengenal Alat Deteksi Gempa dari Jogja, Bisa Memprediksi 3-7 Hari Sebelum Kejadian
Pihak UGM belum bisa mengumumkan hasil deteksi peralatan ini ke publik karena alat ini masih butuh pengembangan
Pihak UGM belum bisa mengumumkan hasil deteksi peralatan ini ke publik karena alat ini masih butuh pengembangan
Mengenal Alat Deteksi Gempa dari Jogja, Bisa Memprediksi 3-7 Hari Sebelum Kejadian
Indonesia merupakan negara yang kerap kali terjadi gempa. Tak jarang gempa yang terjadi begitu besar sehingga bisa merusak bangunan yang berdiri di atasnya. Oleh karena itu perlu alat deteksi agar masyarakat bisa waspada lebih dulu.
-
Bagaimana cara alat deteksi longsor ini bekerja? Alat itu kemudian akan mengirimkan data berupa kelembaban, curah hujan, hingga pergerakan tanah. Data tersebut bisa diakses melalui aplikasi pada ponsel dan komputer selama tersambung dengan jaringan internet. "Sensor unit akan disimpan pada tempat yang terindikasi rawan longsor, sementara alat kedua yaitu GP unit akan disimpan di tempat yang cukup jauh dari titik longsong," kata Cahyana dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (29/11).
-
Mengapa para ilmuwan ingin mendeteksi gempa di Bulan? Terobosan ini dilakukan ilmuwan untuk mengungkap berbagai misteri yang masih belum dipecahkan di Bulan hingga kini, seperti mempelajari fenomena gempa dan aktivitas seismik lainnya.
-
Di mana gempa terjadi? Mengutip informsi BMKG, pusat gempa berada di 8.52 LS,115.35 BT atau 2 km timur laut Gianyar, Bali dengan kedalaman 10 km.
-
Berapa kekuatan gempa yang terjadi? Gempa 4,9 Magnitudo mengguncang Bali, Sabtu (7/9).
-
Di mana gelembung plasma ini terdeteksi? Radar navigasi luar angkasa milik China mendeteksi ada gelembung plasma muncul di atas langit Mesir tepatnya di atas piramida Giza.
-
Bagaimana cara kabel optik mendeteksi gempa di Bulan? Upaya penggunaan serat optik di Bulan untuk melihat berbagai aktivitas seismik di Bulan dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi/sistem Pengindraan Akustik Terdistribusi (DAS). Serat optik memang bisa digunakan untuk mengindra aktivitas gempa dengan menghasilkan jaringan seismometer buatan yang padat.
Salah satu daerah rawan gempa di Indonesia ada di kawasan pesisir Pulau Jawa. Apalagi di sana ada zona Megatrust yang ancaman gempa paling dahsyatnya bisa mencapai magnitudo 8,7.
Mengantisipasi hal tersebut, tim peneliti Sistem peringatan Dini Gempa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2021 silam memasang sepuluh stasiun pemantau gempa bumi di sepanjang pesisir pulau Jawa.
Alat sistem peringatan dini tersebut mampu memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian, sehingga bisa dilakukan mitigasi bencana secara lebih tepat.
Selain bisa memprediksi gempa 3-7 hari sebelum kejadian, alat itu juga bisa memperhitungkan prediksi lokasi pusat gempa
Dilansir dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu hanya dapat memonitor kejadian gempa di atas magnitudo 4,5 antara Aceh hingga NTT untuk lempengan Indo-Australia.
Untuk dapat memantau lempengan di daerah lain maka harus dipasang stasiun EWS pada lokasi lempengan yang dipantau.
Cara Kerja Alat Deteksi Gempa
Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
Sepanjang proses uji coba, alat tersebut mampu memprediksi gempa yang terjadi di barat Bengkulu dengan magnitude 5,2 pada 28 Agustus 2020, gempa barat daya Banten pada 26 Agustus 2020, barat daya Bengkulu dengan magnitude 5,1 pada 29 Agustus 2020, dan Barat Daya Sinabang Aceh dengan magnitude 5,0.
- Membedah 3 Hasil Survei Pilkada Jakarta Terbaru, Elektabilitas Siapa Terkuat?
- Survei Peta Pilkada Jakarta: Anies Paling Banyak Didukung Emak-Emak, Ahok Golongan Pelajar
- TKN: Survei Elektabilitas Prabowo-Gibran Kalah Tipis Sekali dengan Ganjar-Mahfud di Jateng
- Berkali-kali Minta Jateng Dijaga, Ini Potret Hasil Survei Ganjar di 'Kandang Banteng'
DI Yogyakarta sendiri, alat tersebut mampu memprediksi 3-7 hari sebelum gempa. Meski telah berhasil memprediksi gempa, alat tersebut terus dikembangkan sehingga mampu memprediksi posisi pusat gempa secara lebih akurat.
Dikutip dari berbagai sumber, saat gempa CIanjur pada 21 November 2022, tim dari UGM mengklaim sudah mendeteksi tanda-tanda gempa beberapa hari sebelumnya.
Sunarno selaku ketua tim tersebut mengatakan bahwa tanda-tanda itu tertangkap melalui sistem peringatan dini gempa bumi yang dikembangkan dengan mengukur konsentrasi gas radon dan air tanah di level 1-3.
Saat itu, konsentrasi gas radon mengalami kenaikan hingga lebih dari sembilan kali lipat sebelum kejadian gempa bumi. Meski demikian, Sunarno mengakui bahwa tim UGM tidak memiliki hak untuk mengumumkan hasil publikasi itu kepada public karena berdasarkan United State of Geological Survey (USGS), sistem peringatan gempa yang ideal terdiri dari tanggal dan waktu, magnitudo, dan lokasi. Pada saat itu, sistem peringatan dini gempa UGM masih dalam pengembangan untuk mencapai sistem peringatan gempa bumi yang ideal.