Mengenal Kesenian Burok, Budaya Asli Masyarakat Pesisir Brebes
Kesenian burok adalah salah satu kesenian masyarakat pesisir Brebes, Jawa Tengah. Hanya saja kini kesenian itu makin terlupakan kalau tidak bisa dibilang mati suri.
Kesenian burok adalah salah satu kesenian masyarakat pesisir Brebes, Jawa Tengah. Hanya saja kini kesenian itu makin terlupakan kalau tidak bisa dibilang mati suri. Keprihatinan itulah yang diungkapkan Anggota DPRD Jateng Messy Widiastuti pada Mei 2022 lalu.
“Daerah ini jauh dari pusat kota, pesisir dan perbatasan. Dengan adanya kesenian Burok, kita harus ikut melestarikannya. Kesenian itu perlu sedikit sentuhan untuk dapat dilestarikan agar tetap hidup di tengah masyarakat,” kata Messy dikutip dari Jatengprov.go.id.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lantas seperti apa kesenian Burok itu? Berikut selengkapnya:
Mengangkat Filosofi Nabi
2.bp.blogspot.com
Pemerhati kebudayaan, Warsidi, mengatakan bahwa Kesenian Burok berangkat dari filosofi Nabi Muhammad SAW. Kesenian itu berangkat dari perjalanan Nabi Muhammad SAW menuju langit dengan menggunakan burok. Kisah perjalanan itu kemudian menjadi bagian dari syi’ar Islam yang disampaikan para wali tanah Jawa.
“Pada zaman kerajaan Islam, syi’ar agama dilakukan melalui kebudayaan, tari-tarian, wayang, topeng, dan sebagainya. Saat berdakwah menggunakan topeng, genjring, dan sejenis barong kemudian diplesetkan namanya jadi burok. Awalnya digunakan sebagai dakwah, kemudian berkembang jadi seni budaya, sampai sekarang menggunakan alat-alat musik,” ujar Warsidi.
Sejarah Berkembangnya Burok
©jatengprov.go.id
Dikutip dari Uinsdg.ac.id, kesenian Burok yang berkembang pada masyarakat Brebes awalnya dimulai dari Cirebon. Awalnya kesenian ini dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati dengan dibantu seorang seniman bernama Toal.
Namun pada masa revolusi tahun 1950-an kesenian ini hampir tidak terdengar. Pada tahun 1960, kesenian Burok muncul di Kecamatan Tanjung yang saat itu dianggap sakral oleh masyarakat.
Seiring perkembangannya, seni Burok kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Brebes meliputi beberapa kecamatan seperti Losari, Bulakamba, Banjarharjo, dan Kersana.
Kaya Akan Nilai
©jatengprov.go.id
Salah satu kelompok kesenian Burok tertua yang masih eksis hingga sekarang adalah Grup Seni Burok Irama. Lahir di Desa Banjarharjo pada tahun 1982, kelompok kesenian itu memiliki perjalanan yang menarik dan sangat berpengaruh di lingkungan masyarakat.
Awalnya, kesenian Burok di Banjarharjo merupakan seni tradisional yang sangat sederhana dan kaya akan nilai. Namun adanya perkembangan zaman membuat kesenian itu mengalami perubahan yang signifikan mulai dari bentuk dan sifatnya. Pada akhirnya kesenian itu hanya bersifat sebagai hiburan semata.