Mengenal Owa Jawa, Primata Setia yang Terancam Punah
Owa Jawa adalah primata sejenis kera yang paling langka di dunia. Salah satu ciri dari hewan yang memiliki nama latin Hylobates moloch itu adalah tidak adanya ekor dan memiliki lengan tangan yang panjang dibandingkan dengan panjang tubuhnya sendiri.
Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di antara pulau-pulau lain di gugus kepulauan Indonesia. Di pulau itu, banyak sekali proyek pembangunan seperti mal, gedung perkantoran pencakar langit, proyek tol, proyek kereta api cepat, tempat wisata, dan masih banyak lagi.
Baik di desa maupun di kota, pembangunan terjadi begitu cepat. Hal ini membuat mereka lupa bahwa dulunya Pulau Jawa kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya fauna asli yang menghuni pulau itu. Salah satu fauna khas Pulau Jawa itu adalah Owa Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dilansir dari Indonesia.go.id, Owa Jawa adalah primata sejenis kera yang paling langka di dunia. Salah satu ciri dari hewan yang memiliki nama latin Hylobates moloch itu adalah tidak adanya ekor dan memiliki lengan tangan yang panjang dibandingkan dengan panjang tubuhnya sendiri.
Lengan tangan yang panjang inilah yang membantunya untuk berayun dari dahan pohon satu ke dahan pohon lainnya. Berikut selengkapnya:
Tinggal di Hutan
©2014 merdeka.com/imam buhori
Habitat Owa Jawa tersebar di hutan-hutan yang masih terdapat di Jawa. Habitat besar mereka tersebar di Taman Nasional Ujung Kulon, daerah Gunung Halimun dan Gunung Salak, serta Taman Nasional Gede Pangrango. Tubuhnya berwarna keabu-abuan dengan sisi kepala lebih gelap dan wajah berwarna kehitaman.
Owa Jawa hidup di atas dahan-dahan tinggi pepohonan. Mereka hidup berkelompok dan bergerak menyusuri kanopi hutan dengan berayun dan memanjat dari satu pohon ke pohon yang lain. Di pagi hari dan siang hari, Owa Jawa akan mengeluarkan suaranya untuk mengumandangkan daerah teritorinya. Untuk bertahan hidup, mereka memakan buah-buahan, daun, dan bunga-bunga yang tumbuh di habitat mereka.
Setia Sama Pasangan
©2014 merdeka.com/imam buhori
Owa Jawa merupakan hewan yang dikenal setia dengan satu pasangan seumur hidup mereka. Oleh karena itu, mereka dikenal sangat selektif dalam memilih pasangan hidup.
Biasanya satu keluarga inti Owa Jawa Terdiri dari pasangan jantan dan betina serta satu sampai dua orang anak. Owa betina akan melahirkan setiap tiga tahun sekali dengan masa mengandung selama tujuh bulan. Setelah lahir, sang anak akan disusui selama delapan belas bulan lamanya.
Sang anak akan tinggal bersama orang tuanya hingga berusia delapan tahun. Setelah itu barulah dia akan memisahkan diri untuk mencari pasangannya sendiri.
Terancam Punah
©2014 merdeka.com/imam buhori
Di habitat aslinya, Owa Jawa terancam punah. Apalagi, jangka kelahirannya cukup lama dan kasus-kasus perburuan ilegal marak dilakukan.
Padahal selain bisa mengancam populasi Owa Jawa di hutan, perburuan itu akan berdampak pada kondisi psikologis Owa Jawa. Bayi Owa Jawa yang diambil itu menyebabkan dia akan sangat stres kehilangan induknya dan akhirnya mati. Sementara keluarga yang ditinggalkan karena anggotanya terbunuh akan menjadi stress, sakit-sakitan, dan kemudian mati.
Apalagi kalau pasangannya mati, seekor Owa Jawa tidak akan mencari pasangan lain dan hidup menyendiri sampai akhir hayatnya.
Usaha Konservasi
©2014 merdeka.com/imam buhori
Untuk menjaga populasi Owa Jawa di habitat aslinya, polisi hutan biasanya melakukan patroli di taman-taman nasional dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan tempat keberadaan Owa Jawa. Selain itu, mereka juga menanam jenis-jenis tanaman asli sebagai sumber pakan Owa Jawa itu sendiri.
Payung hukum juga ditegakkan untuk melindungi Owa Jawa dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. P92 tahun 2018 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar. Hal ini tak lepas dari keberadaannya yang masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau terancam punah.