Mengenal Rumah Adat Aceh, Ketahui Karakteristik dan Makna Filosofinya
Rumah adat Aceh biasanya mempunyai lebar cukup luas dan memanjang. Bukan hanya itu, rumah adat Aceh juga memiliki ukiran yang khas dan perpaduan warna gelap dan terang yang cantik. Baik karakter ornamen maupun pilihan warna yang digunakan dalam rumah adat Aceh ini pun mempunyai makna filosofis yang menarik untuk
Seperti diketahui, Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Mulai dari bahasa, pakaian adat, tradisi, tarian, hingga makanan khas. Bukan hanya itu, rumah adat juga menjadi salah satu unsur keragaman budaya bagi masing-masing daerah yang sangat menarik untuk disimak.
Dalam hal ini, setiap daerah di Indonesia mempunyai ciri khas rumah adat yang berbeda-beda. Hal ini tercermin dari model tampilan rumah, bentuk, hingga berbagai ornamen pada masing-masing rumah adat yang memiliki filosofi tersendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa, rumah adat menjadi salah satu arisan budaya yang menarik untuk dipelajari.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Salah satu rumah adat di Indonesia yang menarik dari segi bentuk dan karakteristiknya adalah rumah adat Aceh. Rumah adat Aceh yang sering disebut dengan Rumoh Aceh, merupakan salah satu budaya kebanggaan masyarakat Aceh. Rumah ini menggunakan model rumah panggung yang terbuat dari papan kayu sebagai bahan utama.
Rumah adat Aceh biasanya mempunyai lebar cukup luas dan memanjang. Bukan hanya itu, rumah adat Aceh juha memiliki ukiran yang khas dan perpaduan warna gelap dan terang yang cantik. Baik karakter ornamen maupun pilihan warna yang digunakan dalam rumah adat Aceh ini pun mempunyai makna filosofis yang menarik untuk disimak.
Dilansir dari laman Kemdikbud.go.id, berikut kami merangkum berbagai hal mengenai rumah adat Aceh yang perlu Anda ketahui.
Makna di Balik Rumah Adat Aceh
©2014 merdeka.com/afif
Rumah adat Aceh tidak jauh berbeda dengan rumah adat daerah lain yaitu berbentuk panggung. Gaya rumah panggung ini mempunyai filosofi tersendiri, baik dari segi perlindungan terhadap bencana alam maupun dari segi kehidupan sosial.
Rumah adat Aceh yang berbentuk panggung dibuat dengan jarak antara tanah dengan lantai 2,5 – 3 meter. Jarak ini dibuat agar orang masih dapat berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas di bawah atau di kolong rumah tersebut. Sebab, berbagai aktivitas masyarakat Aceh zaman dahulu sering dilakukan di bawah rumah.
Kolong rumah adat Aceh ini bisa dijadikan tempat untuk beristirahat atau tempat menyimpan hasil tani, hasil tangkapan ikan, atau juga menyimpan barang-barang yang digunakan untuk menangkap ikan seperti jala dan yang lainnya. Bukan hanya itu, kolong bawah rumah ini juga bisa digunakan anak-anak untuk tempat bermain.
Alasan rumah adat Aceh dibuat dengan bentuk panggung yaitu untuk fungsi penyelamatan. Misalnya fungsi penyelamatan ketika diserang hutan buas, atau bencana alam seperti banjir yang bisa tiba-tiba datang saat musim hujan. Dengan begitu, masyarakat Aceh bisa beristirahat dengan nyaman dari berbagai gangguan alam yang dapat menyerang.
Filosofi Warna
Berikutnya hal yang menarik untuk disimak dari rumah adat Aceh adalah filosofi warna. Tidak jauh berbeda dengan rumah adat lainnya, Rumoh Aceh biasanya juga dicat dengan pilihan warna yang khas. Setiap warna yang dipakai mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Berikut beberapa pilihan warna rumah adat Aceh dan makna filosofinya yang perlu diketahui :
- Kuning : digunakan pada bagian sisi segitiga perabung. Warna kuning bagi masyarakat Aceh dikenal dengan sifat yang kuat, hangat, dan dapat memberikan nuansa cerah.
- Merah : digunakan untuk melengkapi garis ukiran rumah. Merah dipahami sebagai karakter emosi yang berubah-ubah dan naik turun. Merah juga melambangkan gairah, senang, dan semangat. Artinya, emosi orang Aceh yang mudah naik turun juga sekaligus menunjukkan semangat dan gairah dalam mengerjakan sesuatu.
- Putih : digunakan untuk melengkapi ukiran rumah dengan nuansa yang lebih netral. Warna putih melambangkan suci dan bersih. Pada bagian ukiran juga diselingi dengan warna oranye yang melambangkan kehangatan, kesehatan, dan kegembiraan.
- Hijau : digunakan pada motif ukiran Rumoh Aceh. Warna hijau menandakan karakter kesejukan dan kehangatan. Hijau juga merupakan warna daun yang menyiratkan kesuburan.
Elemen Rumah Adat Aceh
©2014 merdeka.com/afif
Setelah mengetahui makna filosofis rumah adat Aceh, berikutnya perlu diketahui bahwa Rumoh Aceh ini mempunyai beberapa elemen penyusun. Setiap elemen penyusun bangun rumah adat aceh juga mempunyai nama khas dan makna filosofis yang tidak kalah menarik. Berikut beberapa elemen rumah adat Aceh dan makna filosofisnya yang perlu diketahui :
- Tameh: tiang yang digunakan sebagai penyangga badan rumah. Elemen ini dilatarbelakangi oleh peribahasa khas Aceh, “Kreuh beu beutoi kreuh, beulagee kreuh kayee jeut keu tamèh rumoh; Leumoh beu beutoi leumoh, beulagee taloe seunikat bubông rumoh” (Jika keras, haruslah sekeras kayu tiang penyangga rumah; jika lentur, mesti selentur tali pengikat atap rumah). Filosofi hidup orang Aceh tentang hal ini adalah teguh pendirian, tetapi tetap berhati lembut.
- Tameh raja: tiang raja, yakni tiang utama sisi kanan pintu masuk. Disebut tiang raja karena ukurannya yang lebhi besar dari beberapa tiang penyusun biasa yang digunakan.
- Tameh putroe: tiang putri, yakni tiang utama sisi kiri pintu masuk. Tiang putri merupakan pasangan tiang raja. Disebut tiang putri karena posisinya berdampingan dengan tiang raja
- Gaki tameh: kaki tiang, yaitu alas tiang, biasanya dari batu sungai. Alas tiang ini berfungsi menyangga tiang kayu agar tidak masuk ke dalam tanah.
- Rok: balok pengunci biasa. Sifatnya untuk menguatkan hubungan antar-ujung setiap balok.
- Thoi: balok pengunci yang arahnya tegak lurus dengan rok.
- Peulangan: tempat bertumpu dinding dalam (interior).
- Kindang: tempat bertumpu dinding luar (eksterior).
- Aleue: lantai, dibuat dari papan berbilah kecil.
- Rante aleue: pengikat lantai yang biasanya terbuat dari rotan atau tali.
- Lhue: balok rangka untuk penyangga lantai.
- Neudhuek lhue: tempat bertumpu lhue.
- Binteh: dinding.
- Binteh cato: dinding catur, salah satu bentuk jalinan dinding.
- Boh pisang: papan kecil di atas kindang.
- Tingkap: jendela. Jendela rumah Aceh dibuat ukuran kecil. Jendela utama ada pada sisi rumah.
- Pinto: pintu.
- Rungka: rangka atap.
- Tuleueng rhueng: balok wuwung, tempat bersandar kaso pada ujung atas. Balok ini terbuat dari kayu ringan agar tidak memberatkan beban atap. Gaseue gantong: kaki kuda-kuda.
- Puteng tameh: bagian ujung tiang yang dipahat, sebagai penyambung balok.
- Taloe pawai: tali pengikat atap yang diikatkan pada ujung bui teungeut.
- Bui teungeut: potongan kayu sebagai penahan neudhuek gaseue.
- Tulak angen: tulak angin, rongga tempat berlalu angin pada dinding sisi rumah yang berbentuk segi tiga
Rumah Tahan Gempa
Dari berbagai elemen penyusun rumah adat Aceh, tidak heran jika rumah panggung khas Aceh ini disebut sebagai rumah yang tahan gempa. Dalam hal ini, rumah adat Aceh menggunakan berbagai bahan alam untuk yang ringan namun tetap kuat. Salah satunya seperti daun rumbia yang digunakan sebagai atap, semakin terkena sinar matahari semakin kering dan ringan.
Rumah adat Aceh pun tidak menggunakan paku besi atau bahan apapun yang dapat membuat rumah menjadi berat. Ujung setiap balok disatukan dengan pasak kemudian diperkuat satu sama lain dengan diberi pahatan dan lubang. Selain itu, jumlah tiang penyangga Rumoh aceh juga banyak. Sehingga komponen ini dapat membuat rumah semakin kuat. Bahkan untuk menahan gempa, tiang-tiang yang digunakan dipilih dari bahan kayu yang padat.
Bukan hanya itu, posisi tiang juga disusun tidak terlalu rapat. Hal ini sangat berguna untuk memberikan ruang bagi arus air untuk melewati bawah rumah dengan lebih leluasa. Sehingga rumah adat Aceh ini sangat aman dan terencana untuk mengantisipasi banjir.