Mengenal Sosok Gus Pur, Dalang Nyentrik Asal Magelang Pencipta Wayang Godhong
Selain menjadi dalang, Gus Pur juga terampil dalam melukis.
Selain menjadi dalang, Gus Pur juga terampil dalam melukis.
Mengenal Sosok Gus Pur, Dalang Nyentrik Asal Magelang Pencipta Wayang Godhong
Agus Purwanto atau lebih dikenal dengan nama Gus Pur, merupakan seorang dalang nyentrik asal Magelang, Jawa Tengah. Ia tinggal di daerah pedesaan dengan hamparan sawah dan udara sejuk tepatnya di Pringapus, Kalisalak, Kecamatan Salaman, Magelang.
(Foto: Uns.ac.id)
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa Pura Giri Salaka Alas Purwo didirikan? Saat itu para tokoh agama Hindu memiliki ide mendirikan pura karena ingin menjaga kesucian situs kawitan yang ramai didatangi orang.
-
Kenapa Mpu Purwa mengutuk Tunggul Ametung? Mpu Purwa marah mengutuk Tunggul Ametung. Kutukan itu berbunyi bahwa Tunggul Ametung akan mati karena keris.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Bagaimana ciri khas Pura Giri Salaka Alas Purwo? Ciri Khas Pura Giri Salaka Alas Purwo memiliki ciri khas yang membedakannya dengan pura lain di Banyuwangi. Pelinggih padmasana di Pura Giri Salaka Alas Purwo menghadap ke utara, sedangkan kebanyakan pura di Banyuwangi padmasananya menghadap ke timur. Selain itu, ada bangunan rajahkolocokro pada Pura Giri Salaka Alas Purwo yang tidak ditemukan di pura lain.
Sebagai seorang dalang, ia terkenal akan karyanya yang dinamakan “Wayang Godhong”. Karya ciptaannya itulah yang ia bawa dalam setiap pementasan.
Mengutip website Beritamagelang.id, Gus Pur bercerita bahwa karya Wayang Godhong muncul pada tahun 2010. Waktu itu ia tengah menyiapkan disertasi untuk gelar doktornya.
“Kebetulan secara tak sengaja saya sedang nyapu, kemudian dedaunan itu saya terawang di malam hari. Saya lihat daun itu tinggal serat-serat saja. Tuhan menciptakan ini, dan ketika melihat itu saya merasa tidak mampu menandingi kuasa ilahi. Merinding saya,” cerita Gus Pur dikutip dari Uns.ac.id.
Ia membuat wayang itu dari berbagai daun kering seperti daun tembakau, daun cengkeh, dan daun kering. Ia menamai karyanya itu “Wayang Godhong” karena dinilai lebih arif dan menjadi pijakan bagi semua orang untuk mengimplementasikannya.
Gus Pur bercerita bagaimana Wayang Godhong pada akhirnya menjadi ciri khasnya. Saat itu ia sering berkeliling di desa-desa untuk bertemu dengan para petani. Dari pertemuan-pertemuan itu ia ingin memiliki bahasa sendiri untuk bisa disampaikan pada para petani tembakau.
Lebih lanjut, Gus Pur mengaku terciptanya “Wayang Godhong” tidak hanya dari ilham yang ia peroleh saat menyapu.
Untuk menyempurnakan karyanya, ia juga melakukan riset demi menemukan filosofi daun yang ia gunakan sebagai dasar dari pertunjukan Wayang Godhong.
Baginya, filosofi itu adalah suatu gambaran tentang sikap berdoa dan memohon.
“Daun itu bertasbih, dia berdzikir. Bahkan daun yang jatuh saja itu kehendak yang Di Atas. Dan ketika sudah tua dan jatuh, ia jadi kesuburan, jadi pupuk. Godhong itu bisa disebut dari wit-witan. Wit-witan itu Kawitan, artinya pertama kali, asal mula kehidupan, ya dari pohon. Kita mungkin umurnya pendek, tapi daun ini sepanjang masa dan tetap ada,”
kata Gus Pur menjelaskan filosofi daun yang menjadi sumber inspirasinya dalam berkarya.
Namun pada suatu hari di tahun 2019, pohon beringin itu harus ditebang setelah adanya angin ribut sehingga membuat pohon itu tumbang.
Penebangan itu membuat Gus Pur marah. Sebagai bentuk protes, ia menggelar pertunjukan “Memedi Beringin Ninggal Janji”.
“Waktu pohon beringin itu dipotong saya marah. Saya kemudian bikin puisi. Karena bagi saya mengajar satu yang sederhana, yaitu oksigen yang keluar dari pohon itu,” kata Gus Pur.
Selain terampil menjadi dalang, Gus Pur juga terampil dalam melukis. Hal ini terbukti dari banyak lukisan terpampang di sanggarnya. Dia juga masih aktif mengajar sebagai dosen seni di Universitas 11 Maret Surakarta (UNS).