Mengenal Tradisi Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Wujud Syukur dari Panen Buah Melimpah
Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
Mengenal Tradisi Perang Tomat di Lereng Gunung Slamet, Wujud Syukur dari Panen Buah Melimpah
Perang Tomat merupakan salah satu tradisi unik warga lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada setiap event Festival Gunung Slamet.
-
Kapan Tomat Hijau dipanen? Tomat hijau memiliki tekstur yang lebih keras daripada tomat sayur karena dipanen sebelum waktunya.
-
Kapan pentol ayam matang? Masak pentol bakso sampai mengapung.
-
Kapan tomat-tomat itu ditemukan? Tomat tersebut, atau lebih tepatnya sisa-sisa tomat itu, kini telah ditemukan oleh kru ISS.
-
Apa itu Patung Perawan Sunti? Mengutip laman disbudpar.cirebonkota.go.id, Senin (4/12), patung itu diketahui bernama Perawan Sunti. Dahulu keberadaannya terletak di depan salah satu pintu gua, dan kini dipindahkan agar lebih aman.Patung Perawan Sunti menyerupai sosok perempuan yang tengah duduk setengah bersila, dengan warna abu-abu bercampur putih.
-
Bagaimana tomat bantu gula darah? Tomat memiliki manfaat yang cukup baik bagi individu yang mengalami tingkat gula darah yang tinggi karena dapat mengurangi risiko dari stress oksidatif. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara radikal bebas (pro-oksidan) dan antioksidan dalam tubuh akibat dari paparan berlebihan terhadap radikal bebas dan kurangnya asupan antioksidan.
-
Bagaimana bentuk kerajinan perak Koto Gadang? Dilansir dari laman indonesiakaya.com, kerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau. Hal ini sedikit menimbulkan kesan tidak menyolok mata saat digunakan.
Terbaru, tradisi itu diselenggarakan pada hari Minggu, 14 Juli 2024. Acara itu berlangsung meriah. Para peserta perang terbagi ke dalam dua kubu. Mereka saling menyerang dengan melemparkan buah tomat dari genggaman.
Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain. Agar acara semakin meriah, para peserta dibebaskan berbusana unik sebagai tameng tubuh. Keseruan perang tomat ini membuat para peserta senang karena menghadirkan pengalaman yang tak biasa.
“Kebetulan ini masih awal pertama kali ikut. Tapi ini jadi pengalaman yang luar biasa lah. Kita disediakan tomat, boleh ambil amunisi sebanyak-banyaknya, lalu kita lempar ke musuh,” kata Setyo Firnanda, salah seorang peserta perang tomat, dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Walaupun baru pertama kali ikut, Setyo mengaku berhasil melempar tomat dan mengenai banyak musuh. Apalagi ia diberi kebebasan melempar tomat ke manapun ia suka. Selain itu ia juga mengenakan alat pelindung agar lemparan musuh tidak mengenai dirinya.
Tercatat ada 300 kilogram tomat yang disiapkan untuk acara tersebut. Untuk acara itu, panitia membeli buah tomat yang busuk dan sudah tak layak konsumsi dari petani. Perang tomat digelar untuk mengingat perjuangan rakyat yang berperang di zaman dahulu.
“Jadi kegiatan ini untuk mengenang perjuangan rakyat zaman dahulu yang berperang menggunakan senjata. Acara ini juga menjadi satu-satunya di Indonesia,” kata Kepala Desa Serang, Sugito.
Perang tomat berjalan selama kurang lebih dua jam. Dalam perang itu, tak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah.
Sebab selain mengenang perjuangan rakyat di masa lalu, tujuan dari diadakannya kegiatan itu adalah sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
- Mengenal Tradisi Sumpah Pocong yang Dijalani Saka Tatal di Kasus Kematian Vina Cirebon
- Mengenal Tradisi Mendirikan Telur di Tangerang, Dipercaya Bisa Datangkan Berkah
- Mengenal Tradisi Ngarot Ala Desa Karedok Sumedang, Pameran Hasil Pertanian yang Sarat Makna
- Mengenal Tradisi Andung, Ungkapan Perasaan Duka saat Upacara Kematian Ala Suku Batak Toba
Diketahui, Desa Serang yang berada di lereng Gunung Slamet merupakan desa penghasil buah mulai dari stroberi, wortel, dan tomat.
Adanya acara perang tomat inipun menjadi potensi wisata Desa Serang. Terlebih setiap tahun desa itu mengadakan acara Festival Gunung Slamet.