Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Meski telah merdeka, kondisi Indonesia saat itu masih belum stabil. Masih ada banyak pertempuran yang harus dilakoni masyarakat Indonesia untuk mengusir para penjajah dari tanah air, tak terkecuali pertempuran yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah.
Pertempuran ini tidak hanya melibatkan satuan militer saja, melainkan seluruh elemen masyarakat dari berbagai lapisan seperti Tentara Pelajar, Laskar Kere, hingga Laskar Wanita yang berperang melawan tentara Belanda.
-
Siapa yang berperang melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I? Mereka pun juga bertarung dengan laskar-laskar rakyat yang tak terkecuali beranggotakan umat Islam dari pesantren.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I dimulai? Tepat hari ini, 21 Juli pada tahun 1947 silam, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I terjadi? Mengutip dari beberapa sumber, berlangsungnya Agresi Militer Belanda I ini tepat di hari ketiga puasa. Di Sumatera Selatan, aksi tersebut dimulai setelah umat Islam menyantap makan sahur.
-
Apa tujuan utama Belanda dalam Agresi Militer I di Indonesia? Tujuan utama serangan ini untuk menguasai sumber daya alam Indonesia yang berada di Jawa dan Sumatera. Di Sumatera, Belanda ingin menguasai pertambangan dan perkebunan. Sementara di Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan tujuan menguasai pabrik, pelabuhan, dan perkebunan.
-
Siapa yang memimpin pasukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas? Dilansir dari kanal YouTube Hendri Teja, Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas, dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Jantje Mayer.
-
Siapa yang berjuang di Surabaya melawan tentara Belanda? Para pemuda rela bertempur menghadapi tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Dalam catatan sejarah, ada banyak konflik hingga pertempuran di Solo pada rentang waktu 1945-1949, di antaranya perebutan kekuasaan Jepang, Serangan Umum Surakarta, dan sebuah peristiwa diplomasi perundingan perjanjian gencatan senjata.
Puncak Pertempuran
Mengutip dari situs surakarta.go.id, peristiwa Serangan Umum Surakarta ini juga dikenal dengan peristiwa pertempuran 4 hari 4 malam di Kota Solo menjadi puncak dari berbagai pertempuran yang ada.
Keadaan tersebut ditambah dengan adanya masa transisi perjuangan politik dan diplomatik. Selain itu, Kota Solo sendiri juga menjadi basis besar perkumpulan pemuda yang menjadikan sebagai pusat kegiatan politik hingga pusat industri.
Pertempuran 4 hari 4 malam ini untuk melawan adanya Agresi Militer Belanda II. Untuk wilayahnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu wilayah basis gerilya, wilayah yang diduduki Belanda, dan wilayah yang tidak dikuasai oleh satu pihak.
Pengaruh Perjanjian Roem-Royen
Selain adanya Agresi Militer Belanda II, pengaruh lain dari pertempuran ini adalah diplomasi Indonesia untuk menyelesaikan masalah dalam Perjanjian Roem-Royen pada 14 April 1949.
Menanggapi rumor tidak adanya jalan keluar dalam jalur Diplomasi, membuat Mayor Ahmadhi memutuskan untuk menyusun rencana masuk ke kota "Stra 15 km" apabila terjadi serangan senjata.
Keputusan dalam perjanjian Roem-Royen justru membuat keruh Kota Solo. Kembalinya Yogyakarta ke ibu pertiwi pada tahun 1949 membuat pasukan Belanda di Yogyakarta harus mundur dan ditempatkan di Solo.
- Melihat Perayaan Sekaten dan Maulid Nabi di Keraton Surakarta Tahun 1912, Warga yang Ingin Nonton Wajib Ucapkan Kalimat Syahadat
- Surya Paloh Bicara Siasat Buat Undang-Undang: Tidak Mungkin Bisa Atasai Masalah
- Penuh Keseruan, Aksi Warga Semarang Main Perosotan di Kali Ini Curi Perhatian
- Upaya Merangkul Masyarakat Jakarta agar Dekat dengan Seni
Lancarkan Serangan
Pada Agustus 1949, Gubernur Militer mengeluarkan instruksi untuk bertempur 4 hari di Kota Solo. Perintah ini menginstruksikan untuk segera menyerang pos-pos milik Belanda.
Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari. Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.
Berhasil Desak Belanda Mundur
Pada pertempuran ini Belanda dibuat terkejut dengan serangan mendadak dari rakyat Indonesia. Hal ini membuat Belanda harus mengerahkan seluruh armada udaranya.
Meski dihujani bom-bom dari udara, para pejuang gerilya terus melakukan perlawanan dan pertempuran tanpa pandang bulu. Mereka tetap konsisten menyerang pos-pos Belanda lalu masuk ke kampung bersama rakyat lainnya.
Perang ini akhirnya membuat Belanda tersudut dan terkepung tak berdaya. Kemudian, Presiden Soekarno memerintahkan untuk menghentikan baku tembak. Instruksi tersebut menandakan berhentinya pertempuran 4 hari 4 malam itu.