Potret Seni Reog Jalanan di Klaten, Jadi Hiburan Pengguna Jalan Jogja-Solo
Di sana mereka tampak lincah memainkan berbagai peran reog mulai dari celeng, jaran, topeng ganong hingga warok. Sebagai penanda atraksi, seorang pemain akan memukulkan pecut ke aspal hingga terdengar suara menggelegar.
Panas matahari tak menggoyahkan semangat para seniman reog yang biasa tampil di Jalan Jogja – Solo, Simpang Bendogantungan, Kecamatan Klaten Selatan, Jawa Tengah, Sabtu (5/11). Setiap harinya atraksi mereka mencuri perhatian para pengguna jalan.
Di sana mereka tampak lincah memainkan berbagai peran reog mulai dari celeng, jaran, topeng ganong hingga warok. Sebagai penanda atraksi, seorang pemain akan memukulkan pecut ke aspal hingga terdengar suara menggelegar.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Di mana saja wilayah Jawa Tengah yang masuk status waspada kekeringan? Selain Cilacap, ada 10 kabupaten lain di Jawa Tengah yang juga berstatus waspada kekeringan meteorologis yaitu Kebumen, Purworejo, Blora, Demak, Grobogan, Rembang, Kendal, Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri.
-
Di mana bukti penyebaran tungau ditemukan? Ini berdasarkan temuan baru para arkeolog di situs garnisun Romawi di Vindolanda di Northumberland, di selatan Tembok Hadrian.
-
Apa yang diyakini Anies tentang Jawa Tengah? “Saya rasa nuansa perubahan itu semakin terasa. Menginkan perubahan. Dan itu kemudian menonjol,” kata Anies usai acara Istighosah Kubro Masyayich & Alumni Pondok Pesantren di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/12). Sehingga, Anies pun menilai anggapan Jawa Tengah yang selama ini identik dengan julukan 'Kandang Banteng' bisa saja berubah. Menurutnya Jateng bukan hanya milik satu partai saja.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
“Kalau yang dibawain di sini itu kesenian reog, dan di sini para pemainnya harus bisa semua karena akan memainkan karakter celeng, topeng warok, ganongan maupun pecut,” kata salah satu pemain reog jalanan, Penceng (30) saat ditemui Merdeka di lokasi.
Diiringi Musik Modern hingga Tradisional
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Penceng menceritakan, dalam setiap penampilannya mereka diiringi musik modern hingga tradisional yang diputar lewat speaker kecil di pinggir jalan. Irama musiknya akan menyesuaikan atraksi yang ditampilkan.
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Dirinya menyebut bahwa banyak para pengguna jalan yang merasa terhibur dengan pertunjukan kesenian yang dimainkan. Hal ini menjadi penyemangat mereka untuk berkarya di jalan dengan tidak mengganggu arus lalu lintas.
“Di sini itu kami ngamen reog bersama sekitar 15 orangan. Sistem atraksinya itu setiap satu jam gentian. Ada yang turun, ada yang istirahat dan memang di sini asli Klaten semua,” lanjut Penceng antusias.
Dimulai Sejak Pagi hingga Malam
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Para seniman jalan ini biasanya mulai berkumpul di lokasi setiap hari, mulai pukul 06.00 WIB pagi hingga pukul 19.00 WIB petang. Sebelum beratraksi, mereka terlebih dahulu berdandan dengan berbagai karakter reog.
Untuk lokasinya tidak pernah pindah. Bahkan sejak beberapa tahun sebelum masa pandemi Covid-19 mereka masih tetap mengamen di Simpang Bendogantungan, Klaten.
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Saat ditanya soal penghasilan, Penceng mengaku bahwa dari sini bisa memenuhi kebutuhan hidup walau tidak menentu. Hal terpenting baginya, serta para pemain lain adalah rasa syukur atas rezeki yang diberikan pada hari itu.
“Pendapatannya tidak nentu juga. Kadang besar kadang kecil, dan kami di sini sama semua dibagi rata penghasilannya, yang penting kita semangatnya menampilkan kesenian ini,” lanjutnya.
Risiko Reog Jalanan
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Para pemain reog jalanan ini bukan tanpa risiko. Ribuan kendaraan menjadi ancaman kecelakaan bagi mereka saat mencari nafkah.
Belum lagi soal cuaca yang tidak menentu, membuat penghasilan mereka terkadang terganggu bahkan menurun drastis.
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Selain itu, mereka juga pernah mendapat teguran dari pihak kepolisian hingga Satpol PP. Meski begitu, berkat izin dari masyarakat serta adanya upaya evaluasi dari masing-masing pemain, kondisi ini bisa diminimalisir.
“Risikonya banyak. Di sini truk atau bus kan kalo ngerem nggak bisa mendadak, jadi kita harus nyesuaikan dengan durasi lampu merah. Dulu pernah juga dapat teguran, yang penting kata polisi kita jaga peraturan dan jaga ketertiban, dengan tidak mengganggu lalu lintas. Kalau dapat teguran pasti kita langsung perbaiki,” lanjut Penceng.
Membantu Warga Terdampak Pandemi Covid-19
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Kesenian reog jalanan ini juga membantu pemain yang sempat terdampak pandemi Covid-19. Salah satu pemain bernama Ali (30), yang merasa beruntung setelah menjadi anggota kesenian reog jalanan ini.
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Diungkapkan Ali, dirinya sempat terdampak pandemi hingga harus diberhentikan dari tempat kerja sebelumnya di sebuah pabrik, kawasan Klaten. Sempat menganggur beberapa waktu, pimpinan reog jalanan Klaten bernama Bagong, kemudian mengajaknya untuk bergabung.
“Saya ikut kesenian Reog ini belum lama, sekitar setengah tahun. Saya ikut ini setelah sebelumnya berhenti kerja di pabrik karena terdampak pandemi. Sebelumnya perusahaan di tempat bekerja itu mungkin mengalami penurunan omzet, sehingga saya dirumahkan. Awalnya saya ikut ini sempat canggung, karena baru pertama kali. Tapi setelah berlatih, akhirnya terbiasa,” kata pria 30 tahun itu.
Mengangkat Kesenian Reog
©2022 Nurul Diva Kautsar/Merdeka.com
Selain untuk mencari nafkah, Penceng, Ali dan para pemain reog lainnya memiliki semangat lain yang sama. Mereka ingin mengangkat kembali kesenian reog jatilan yang sempat menurun akibat perubahan zaman.
Diharapkan dengan adanya atraksi kesenian reog di jalanan lampu merah Simpang Bendo ini, kesenian asli tanah Jawa tersebut bisa terus terangkat. Para pengguna jalan pun bisa terhibur dan mengenal kesenian daerah asalnya.
“Harapannya dengan adanya kesenian jalanan reog ini, budaya Indonesia jangan sampai hilang dan jangan sampai direbut negara lain, kami ingin bareng-bareng nguri-nguri (melestarikan) kebudayaan Jawa agar terus terangkat,” kata Ali.